Kamis, 14 Februari 2019

(Hikmah of the Day) Belajar dari Abdurrahman bin Auf


Belajar dari Abdurrahman bin Auf

Dalam sebuah hadist riwayat Abu Dawud disebutkan, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. 

Nama lengkapnya Abdurrahman bin Auf bin Abd Auf bin Abd al-Harits bin Zuhroh bin Kilab al-Quraisy al-Zuhri. Diceritakan, sebelum dia masuk Islam namanya adalah Abdul Ka’bah, ada juga yang menyebutkan Abd Amr. Lalu setelah masuk Islam, Nabi Muhammad saw. mengganti namanya menjadi Abdurrahman.

Dia dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad saw. yang paling kaya dan dermawan. Dikutip dari buku 101 Sahabat Nabi, Abdurrahman mendermakan dua ratus uqiyah emas untuk memenuhi kebutuhan logistik pada saat akan perang Tabuk. Di waktu yang lain, Abdurrahman juga pernah menyumbangkan separuh hartanya (dua ribu dinar) saat Nabi Muhammad saw. menyeru kepada umat Islam untuk berinfaq di jalan Allah. 

Diriwayatkan juga bahwa Abdurrahman bin Auf juga memberikan santunan kepada veteran perang Badar. Jumlah veteran Badar mencapai seratus orang dan per orangnya mendapatkan santunan empat ratus dinar. 

Abdurrahman bin Auf juga bertugas untuk menjamin kesejahteraan dan kebutuhan keluarga para istri nabi (ummahatul mukminin) setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Termasuk, menjaga keselamatan dan memberikan pengawalan manakala mereka bepergian. Dan masih banyak lagi cerita tentang kedermawanan Abdurrahman. 

Di samping itu, Abdurrahman bin Auf ada seorang prajurit yang tangguh. Dalam beberapa peperangan yang diikuti umat Islam, dia tidak hanya memberikan bantuan materiil tapi juga tenaga. Bahkan, boleh dibilang Abdurrahman selalu mengikuti peperangan yang diikuti Nabi Muhammad saw. 

Pada saat perang Uhud, sekujur tubuh Abdurrahman terkena dua puluh satu luka. Dua gigi serinya tanggal dan kakinya pincang terkena sabetan. Sementara pada waktu perang Badar, Abdurrahman berhasil memunuh musuh-musuh Islam, diantaranya Umar bin Utsman bin Ka’ab  at-Taimy. 

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan nyawanya demi tegaknya panji Islam. Setidaknya, ada dua pelajaran yang bisa diambil dari sahabat Abdurrahman bin Auf. Pertama, kedermawan Abdurrahman. Dia adalah sahabat yang paling kaya. Namun, ia menjadikan kekayaannya untuk mendukung berkibarnya Islam. 

Singkatnya, Abdurrahman adalah pribadi yang zahid. Ia tidak silau dengan harta benda dunia. Saat hendak meninggal dunia, Abdurrahman menangis tersedu-sedu ‘meratapi’ harta benda yang dimilikinya. Ia menyebut Mus’ab bin Umair dan Hamzah bin Abdul Muthalib lebih baik dari dirinya karena mereka berdua meninggal tanpa meninggalkan apapun.

“Sesungguhya aku takut bila aku menjadi orang yang dipercepat kebaikannya di kehidupan dunia. Aku takut ditahan dari sahabat-sahabatku karena banyaknya hartaku,” kata Abdurrahman bin Auf.  

Kedua, terus memperjuangkan Islam meski dijamin masuk surga. Sebagaimana hadist riwayat Abu Dawud, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Akan tetapi, ia tetap mempertaruhkan jiwa dan raganya. Tidak leha-leha. 

Abdurrahman wafat tahun 31 H –ada yang menyebut 32 H- di Madinah pada usia 72 tahun –ada yang menyebut 75 dan 78 tahun. Ia dimakamkan di Baqi’ bersama dengan sahabat-sahabat nabi yang lainnya. []

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar