Belajar dari
Abdurrahman bin Auf
Dalam sebuah hadist
riwayat Abu Dawud disebutkan, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari
sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.
Nama lengkapnya
Abdurrahman bin Auf bin Abd Auf bin Abd al-Harits bin Zuhroh bin Kilab
al-Quraisy al-Zuhri. Diceritakan, sebelum dia masuk Islam namanya adalah Abdul
Ka’bah, ada juga yang menyebutkan Abd Amr. Lalu setelah masuk Islam, Nabi
Muhammad saw. mengganti namanya menjadi Abdurrahman.
Dia dikenal sebagai
sahabat Nabi Muhammad saw. yang paling kaya dan dermawan. Dikutip dari buku 101
Sahabat Nabi, Abdurrahman mendermakan dua ratus uqiyah emas untuk memenuhi
kebutuhan logistik pada saat akan perang Tabuk. Di waktu yang lain, Abdurrahman
juga pernah menyumbangkan separuh hartanya (dua ribu dinar) saat Nabi Muhammad
saw. menyeru kepada umat Islam untuk berinfaq di jalan Allah.
Diriwayatkan juga bahwa
Abdurrahman bin Auf juga memberikan santunan kepada veteran perang Badar.
Jumlah veteran Badar mencapai seratus orang dan per orangnya mendapatkan
santunan empat ratus dinar.
Abdurrahman bin Auf
juga bertugas untuk menjamin kesejahteraan dan kebutuhan keluarga para istri
nabi (ummahatul mukminin) setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Termasuk, menjaga
keselamatan dan memberikan pengawalan manakala mereka bepergian. Dan masih
banyak lagi cerita tentang kedermawanan Abdurrahman.
Di samping itu,
Abdurrahman bin Auf ada seorang prajurit yang tangguh. Dalam beberapa
peperangan yang diikuti umat Islam, dia tidak hanya memberikan bantuan materiil
tapi juga tenaga. Bahkan, boleh dibilang Abdurrahman selalu mengikuti
peperangan yang diikuti Nabi Muhammad saw.
Pada saat perang
Uhud, sekujur tubuh Abdurrahman terkena dua puluh satu luka. Dua gigi serinya
tanggal dan kakinya pincang terkena sabetan. Sementara pada waktu perang Badar,
Abdurrahman berhasil memunuh musuh-musuh Islam, diantaranya Umar bin Utsman bin
Ka’ab at-Taimy.
Abdurrahman bin Auf
adalah sahabat yang berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan nyawanya
demi tegaknya panji Islam. Setidaknya, ada dua pelajaran yang bisa diambil dari
sahabat Abdurrahman bin Auf. Pertama, kedermawan Abdurrahman. Dia adalah
sahabat yang paling kaya. Namun, ia menjadikan kekayaannya untuk mendukung
berkibarnya Islam.
Singkatnya,
Abdurrahman adalah pribadi yang zahid. Ia tidak silau dengan harta benda dunia.
Saat hendak meninggal dunia, Abdurrahman menangis tersedu-sedu ‘meratapi’ harta
benda yang dimilikinya. Ia menyebut Mus’ab bin Umair dan Hamzah bin Abdul
Muthalib lebih baik dari dirinya karena mereka berdua meninggal tanpa
meninggalkan apapun.
“Sesungguhya aku
takut bila aku menjadi orang yang dipercepat kebaikannya di kehidupan dunia.
Aku takut ditahan dari sahabat-sahabatku karena banyaknya hartaku,” kata
Abdurrahman bin Auf.
Kedua, terus
memperjuangkan Islam meski dijamin masuk surga. Sebagaimana hadist riwayat Abu
Dawud, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin
masuk surga. Akan tetapi, ia tetap mempertaruhkan jiwa dan raganya. Tidak
leha-leha.
Abdurrahman wafat
tahun 31 H –ada yang menyebut 32 H- di Madinah pada usia 72 tahun –ada yang
menyebut 75 dan 78 tahun. Ia dimakamkan di Baqi’ bersama dengan sahabat-sahabat
nabi yang lainnya. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar