Ekstrimisme Dalam Islam
Oleh: KH Abdurrahman Wahid
Dalam sejarahnya yang sudah lebih dari 14 abad, Islam secara
keseluruhan menggunakan cara-cara damai untuk mengembangkan ajaran. Dari
permulaan sejarahnya, hubungan Islam dengan agama lain di bawah bimbingan Nabi
Muhammad telah menunjukkan wajah damainya, sehingga menjadi terkenal apa yang
dikemudian hari di ketahui bernama Piagam Madinah (Medina Charter). Pada
khotbah terakhir sebelum meninggalkan dunia fana ini, Nabi Muhammad telah
merumuskan dokumen tersebut sebagai pegangan bagi kaum Muslimin di yang antara
lain berisikan hak-hak asasi manusia, hak-hak dan kewajiban bernegara, hak
perlindungan hukum, sampai toleransi beragama yang oleh ahli-ahli politik
moderen disebut manifesto politik pertama dalam Islam.. Mereka tidak boleh
diganggu oleh komunitas muslim atas dasar alasan apapun. Kemampuan hidup secara
damai dengan golongan-golongan lain itu, adalah pandangan dasar Islam.
Perlu diingatkan dalam hal ini, Islam tidak pernah memunculkan
diri sebagai sebuah negara, melainkan sebagai komunitas. Dua buah hal yang sama
sekali tidak pernah disinggung secara teoritik dalam Islam. Kedua hal itu
adalah ketentuan mengenai suksesi kepemimpinan, dan ukuran fisik dari sebuah
negara dari pandangan Islam, walaupun demikian dalam praktek kedua hal itu
diserahkan sepenuhnya kepada kaum muslimin sendiri, sebagai sebuah komunitas.
Patut diingat tentang pergantian kepemimpinan dalam Islam, ketika Nabi Muhammad
meninggal ia digantikan oleh Khalifah Abu Bakar. Ini dicapai melalui pernyataan
kesetian oleh suku-suku bangsa Arab di Madinah. Di hari terakhir kekhalifahanya
Abu Bakar menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Ketika ia akan mati
karena ditikam perutnya, Umar menyatakan agar dibentuk Dewan Pemilih (Al-Haddi
wa Al-Aqdi) sebagai pemilih khalifah yang baru, dengan syarat putranya sendiri
Abdullah bin Umar tidak diangkat. Diangkatlah Usman bin Affan sebagai ketiga.
Setelah itu, Islam berubah menjadi sekian banyak penguasa yang saling
mengajukan klaim diri mereka atau pun keturunan-keturunan mereka Khalifah.
Dengan berbagai nama mereka itu mengajukan claim sebagai “pemimpin” kaum
muslimin. Tercatat minimal ada tiga orang dengan tuntutan seperti itu: Raja
Maroko, Raja Saudi Arabia dan Pimpinan Ulama di Iran.
Hal kedua yang tidak pernah disinggung adalah besar kecilnya
ukuran negara dalam Islam. Nabi Muhammad memimpin sebuah komunitas ratusan ribu
orang banyaknya di tengah-tengah padang pasir. Khalifah kedua Umar “memerintah”
sebuah imperium dunia, terbentang dari Andalusia di Spanyol hingga perbatasan
anak benua India. Kemudian para penjajah di dunia Islam hingga saat ini. Dan
belakangan, sejak tahun-tahun 50-an, negara-Kota seperti Kuwait bermunculan
pula di dunia Islam.
Dalam perubahan-perubahan begitu cepat, muncul pula tantangan
berupa “peradaban Barat” yang bersifat kebendaan dalam segala bentuknya. Kalau
orang melihat perkembangan Islam sebagai sesuatu yang bersifat Kultural ia
tidak akan berkecil hati terhadap tantangan tersebut. Ia gunakan kajian kawasan
Islam “Islamic Area Studies” sebagai titik tolak mempelajari bagaimana mereka
menjawab tantangan-tangangan tersebut. Dengan segala cara. Termasuk bagaimana
kaum muslim menjawab tantangan “teknologi Barat” tanpa kehilangan orisinalitas
ajaran.
Namun, ada pula sejumlah sangat kecil kaum muda muslimin yang
mendekati Islam dari sudut kelembagaan. Mereka melihat lembaga-lembaga Islam
“diancam” oleh teknologi barat. Ini membuat mereka khawatir karenanya mereka
menjawab dengan menggunakan kelarasan, melalui teknologi yang mereka ketahui,
yang tidak lain adalah “teknologi barat”.
Karenanya, kita tidak dapat mengandalkan diri kepada segala macam
teori tentang perbedaan budaya seperti teori perbenturan budaya (clash of
civilizations) dari Huntington. Berapa ratus ribu orang penuda muslim belajar
dari “masyarakat Barat” penlis sendiri termasuk salah seorang diantaranya
memang tidak mungkin penulis sepenuhnya menjadi “orang barat” namun penulis
sepenuhnya menjadi “orang barat” namun, penulis juga tidak akan menentang
dengan kekerasan cara-cara hidup orang barat. Karenanya, melalui diseminasi
informasi dan pengembangan teknologi, kita semua akan maju bersama sebagai anak
manusia. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar