Empat Makam
Bersejarah di Tengah Kebun Raya Bogor
Bogor Botanical
Gardens atau Kebun Raya Bogor saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat
rekreasi, tetapi juga lokasi edukasi kekayaan hayati bagi masyarakat Kota Bogor
dan sekitarnya, khususnya para pelajar. Tak kalah penting, keberadaan kebun
seluas 87 hektar ini juga berfungsi sebagai paru-paru kota, penyedia oksigen
berharga di tengah penat dan polusi kota.
Namun siapa sangka,
di tengah rimbunnya pohon dan aneka ragam tumbuh-tumbuhan, ada situs bersejarah
berupa makam keramat. Makam ini terletak sekitar 600 meter dari pintu utama 1
Kebun Raya Bogor dan di hari-hari biasa, cukup ramai yang melakukan ziarah.
Keramaian pengunjung yang berziarah semakin meruah ketika momen akhir pekan
tiba.
NU Online pada Kamis
(5/4/2018) berhasil menelusuri makam yang lokasinya dekat Sungai Ciliwung
Cisadane tersebut. Di atas sungai yang membelah kebun raya yang memiliki
keragaman flora sebanyak 15.000 lebih ini melintang wahana jembatan gantung
berwarna merah. Umumnya makan ini diketahui seiring pengunjung mengarah perjalanannya
ke jembatan yang terbuat dari baja dan menjadi ikon Kebun Raya Bogor itu.
Setelah mendekati
situs yang telah diresmikan menjadi cagar budaya oleh Pemerintah Kota Bogor,
Jawa Barat itu, terdapat empat makam di area seluas lebih kurang 100 meter persegi
tersebut. Empat makam tersebut ialah makam Ratu Galuh Mangku Alam Prabu
Siliwangi, Mbah Jepra, Mbah Baul, dan Solendang Galuh Pangkuan.
Saat NU Online
hendak menemui juru kunci (kuncen) bernama Abdurrohman, biasa disapa Pak
Rohman, terdapat beberapa orang yang sedang berziarah dan Pak Rohman sedang
mendampinginya. Ia mendampingi peziarah di makam Ratu Galuh yang makamnya
terletak berdampingan dengan Mbah Baul. Namun, makan Ratu Galuh memiliki sekat
tersendiri.
Empat makam ini
terletak persis di bawah tanah yang membentuk lereng dan di bawah pohon yang
cukup besar didampingi pohon-pohon kecil sehingga kondisinya sangat rindang.
Permukaan area makam diletakkan batu-batu sungai berukuran sedang untuk
melapisi tanah sehingga tidak becek ketika hujan, cukup natural dan artistik.
Adapun makam Mbah
Jepra terletak agak tinggian sehingga meskipun peziarah duduk di makam Ratu
Galuh yang memiliki sekat, tapi makam Mbah Jepra sangat jelas terlihat.
Sedangkan makam Solendang Galuh Pangkuan terletak di luar area pagar.
Empat makam ini
terawat dengan baik, para pengunjung tidak hanya disuguhkan keanekaragaman
hayati, tetapi juga situs sejarah penting bagi masyarakat Bogor dan Jawa Barat.
Menurut Pak Rohman
sang juru kunci, empat makam keramat ini ditemukan sekitar 600 tahun lalu oleh
ayahnya, H Rahmat pada tahun 1946. Makam-makam ini diyakini adalah makam Ratu
Galuh, istri kedua Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran.
Kemudian Mbah Jepra
(Panglima Kerajaan Pajajaran), Mbah Baul (Senopati Kerajaan Pajajaran), dan
Solendang Galuh Pangkuan (seorang yang hidup pada era Kerajaan Pajajaran
akhir).
Namun, menurut
catatan sejarah Sandi Nusantara (2016) yaitu komunitas yang berkecimpung di
dunia kebudayaan dan sejarah Nusantara, makam yang terletak di tengah bukan
Ratu Galuh Mangku Alam dalam artian istri kedua Prabu Siliwangi, yakni Nyai
Subanglarang, tetapi Ratu Galuh Mangku Alam yaitu Sribaduga Maharaja Prabu
Linggabuana.
Adapun maksud dari
Ratu Galuh yang berada di Kebun Raya Bogor tersebut ialah Ratu, makna dari “Ra
Tunggal” yang berarti Maharaja. Hal demikian bernisbat kepada trah Eyang Sastra
yang bermaksud “Ra” adalah Raja Cahaya, sedangkan “Tu” adalah tunggal atau
satu.
Ada yang namanya
raja, dan ada pula yang namanya maharaja. Seperti misalnya, Prabu Wastu Kencana
adalah maharaja yang juga disebut Ratu, karena raja tunggal.
Prabu Wastu Kencana
tersebut mempunyai anak Prabu Linggabuana yang juga masih merupakan maharaja.
Dari Prabu Linggabuana memecah dua kerajaan; Kerajaan Galuh dan Sunda.
Kerajaan Galuh
diberikan kepada anaknya yang bernama Prabu Dewa Niskala. Sedangkan Kerajaan
Sunda diberikan kepada anaknya yang bernama Prabu Susuktunggal.
Awalnya, baik Prabu
Wastu Kencana maupun Prabu Linggabuana adalah maharaja. Kemudian, setelah
kerajaan itu dipecah menjadi dua, Prabu Dewa Niskala dan Prabu Susuktunggal
menjadi seorang raja biasa.
Mengenai Mbah Jepra
yang mempunyai nama asli Syekh Ja’far Shodiq dan Mbah Baul yang bernama asli
Syekh Mambaul Ulum, keduanya merupakan Panglima Prabu Lingabuana.
Terlepas dari
perbedaan versi sejarah tersebut, keempat situs makam yang dekat dengan lokasi
tumbuhan langka bernama Rafflesia Arnoldi atau Bunga Bangkai ini menarik setiap
pengunjung yang datang ke Kebun Raya Bogor.
Menurut Kuncen Pak
Rohman, turis mancanegara yang setiap harinya ada untuk berwisata ke Kebun Raya
Bogor juga tidak pernah melewatkan salah satu objek wisata sejarah ini.
Dari keempat situs
makam ini, lebih lanjut pengunjung bisa mempelajari dan memahami sejarah
kerajaan-kerajaan Tatar Sunda seperti Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Pakuan,
Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Sunda yang diyakini berdiri antara 1030-1579
masehi. []
(Fathoni Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar