Penjelasan tentang
Syahidnya Korban Tsunami dan Tertimpa Reruntuhan Gempa
Gempa Lombok usai, kini Palu dirundung duka
dengan gempa yang begitu dahsyat. Perumahan warga tergusur oleh tsunami yang
menerjang, bangunan banyak yang runtuh. Di antara mereka meninggal sebab
tenggelam, ada juga yang tertimpa bangunan.
Segala usaha kita kerahkan, dari donasi
hingga relawan kemanusiaan. Ya, kita harus yakin bahwasannya para korban itu
adalah syahid. Bukan tanpa dalil, akan tetapi Nabi Muhammad ﷺ serta para ulama
terdahulu sudah menjelaskan perihal demikian.
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat Hadits
Nabi yang berbunyi:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ؟ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ فِي
سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، قَالَ: إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ،
قَالُوا: فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ
فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي
الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، قَالَ
ابْنُ مِقْسَمٍ: أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ: وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ
Dari Abu Hurairah, beliau berkata,
“RasululLah ﷺ bersabda: "Apa
yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian?” Para sahabat menjawab,
“Wahai RasululLah, orang yang meninggal di jalan Allah itulah orang yang mati
syahid.” Beliau ﷺ bersabda: “Kalau
begitu, sedikit sekali jumlah umatku yang mati syahid.” Para sahabat berkata,
“Lantas siapakah mereka wahai RasululLah?” Beliau ﷺ bersabda:
“Barangsiapa terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di
jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena penyakit kolera juga syahid,
siapa yang mati karena sakit perut juga syahid.” Ibnu Miqsam berkata, “Saya
bersaksi atas ayahmu mengenai hadits ini, bahwa Nabi juga berkata, “Orang yang
meninggal karena tenggelam juga syahid.” (HR Muslim)
Sepintas hadits di atas sudah menyimpulkan
bahwasannya orang yang tenggelam pun termasuk mati syahid di sisi Allah ﷻ. Dalam hadits lain yang terdapat dalam kitab Sunan an-Nasa`i
disebutkan:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: )فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَيْهِ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ، وَمَا تَعُدُّونَ
الشَّهَادَةَ؟( قَالُوا: الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ:
الْمَطْعُونُ
شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْهَدَمِ
شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرَقِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ
تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدَةٌ
"
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memberikan pahala kepadanya sesuai
niatnya, apa yang kalian ketahui tentang mati Syahid?” Mereka berkata,
“Berperang di jalan Allah Azza wa Jalla,” Rasulullah ﷺ bersabda: “Mati
syahid ada tujuh macam selain berperang di jalan Allah Azza wa Jalla; Orang
yang meninggal karena penyakit tha’un (wabah pes) adalah syahid, orang yang
meninggal karena sakit perut adalah syahid, orang yang meninggal tenggelam
adalah syahid, orang yang meninggal tertimpa benda keras adalah syahid, orang
yang meninggal karena penyakit pleuritis adalah syahid, orang yang mati
terbakar adalah syahid dan seorang wanita yang mati karena hamil adalah
syahid.” (HR An-Nasa`i)
Dari kedua hadits di atas, kita dapat
memahami bahwa korban Tsunami dan tertimpa runtuhan bangunan, seperti
disebabkan gempa, jatuhnya adalah syahid. Perlu diketahui pula, mengenai
masalah mati syahid, para fuqaha membagi syahid menjadi tiga. Pertama, syahid
dunia dan akhirat. Kedua, syahid akhirat. Ketiga, syahid dunia. Adapun dalam
masalah di atas, maka masuknya kepada syahid akhirat.
Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan dalam
kitabnya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu:
شهيد
في حكم الآخرة فقط: كالمقتول ظلماً من غير قتال، والمبطون إذا مات بالبطن،
والمطعون إذا مات بالطاعون، والغريق إذا مات بالغرق، والغريب إذا مات بالغربة،
وطالب العلم إذا مات على طلبه، أو مات عشقاً أو بالطلق أو بدار الحرب أو نحو ذلك
Syahid akhirat saja adalah seperti orang yang
meninggal teraniaya tanpa adanya peperangan, meninggal akibat sakit perut,
wabah penyakit, tenggelam, meninggal sebab berkelana, meninggal ketika mencari
ilmu, menahan cinta (karena Allah), tercerai, berada di daerah musuh dan
sebagainya. (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Dar el
Fikr, Damaskus, Suriah, juz 2, halaman 699-700)
Syekh Nawawi al-Bantani menerangkan juga
dalam kitab Nihâyatuz Zain:
أما
الشَّهِيد فَهُوَ ثَلَاثَة أَقسَام لِأَنَّهُ إِمَّا شَهِيد الْآخِرَة فَقَط
فَهُوَ كَغَيْر الشَّهِيد وَذَلِكَ كالمبطون وَهُوَ من قَتله بَطْنه بالاستسقاء
أَي اجْتِمَاع مَاء أصفر فِيهِ أَو بالإسهال والغريق وَإِن عصي فِي الْغَرق
بِنَحْوِ شرب خمر دون الغريق بسير سفينة فِي وَقت هيجان الرّيح فَإِنَّهُ لَيْسَ
بِشَهِيد الخ
Syahid itu terbagi menjadi tiga, adakalanya
syahid akhirat saja, maka ia seperti orang yang tidak syahid. Yang demikian
seperti orang yang sakit perut, yaitu orang yang mati karena sakit perut,baik
berupa busung air (perutnya dipenuhi cairan kuning) atau sebab diare, dan orang
yang tenggelam, meskipun tenggelamnya disebabkan maksiat,dengan meminum miras
misalnya, bukan orang yang tenggelam disebabkan naik perahu di saat angin
ribut, orang yang tenggelam dengan cara seperti ini bukan termasuk syahid
(sebab ada unsur bunuh diri) dst. (Syekh Nawawi al-Bantani, Nihâyatuz Zain fii
Irsyad al-Mubtadiîn, Dar el Fikr, Beirut, cetakan pertama, juz 1, halaman 161)
Syekh Abu Bakar Syatha’ Dimyathi juga
menjelaskan bahwa orang yang tenggelam dan orang yang tertimpa bangunan
termasuk syahid akhirat. Beliau menyebutkan macam-macam orang yang
dikategorikan syahid akhirat, diantaranya, sebagaimana disebutkan:
والميت
غريقا وإن عصى بركوب البحر، والميت هديما
“Orang yang meninggal karena tenggelam, meski
ia dalam keaadaan maksiat, dan orang yang meninggal karena tertimpa sesuatu.”
(Syekh Abu Bakar Syatha’ Dimyathi, I’ânatu ath-Thalibin ‘ala Halli al’Fâdzi
Fathul Mu’în bi Syarh Qurrati al-‘Ain bi Muhimmati ad-Dîn, Dar el-Fikr, juz 2,
halaman 124)
Demikian penjelasan mengenai kesyahidan
korban gempa bumi yang menimbulkan Tsunami. Semoga kita dan keluarga selalu
diberi keselamatan dan ampunan dari Allah ﷻ. Juga semoga kita dihindari dari menghukumi suatu kaum dengan
cap yang buruk, apa pun itu. Karena kita tidak mengetahui hakikat suatu musibah
yang menimpa mereka. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar