Silisilah Ajengan
Unung, Tokoh NU Tasikmalaya, Terhubung dengan Hadratussyekh
Di dalam buku A. E.
Bunyamin Nahdlatul Ulama di Tengah-tengah Perjuangan Bangsa, NU ke Tasikmalaya
diperkenalkan Ajengan Fadil sekitar 1928. Ia merupakan seorang kiai dari daerah
Cikotok (sekarang masuk wilayah Kabupaten Ciamis) yang kemudian menetap di
daerah Nagarawangi (Tasikmalaya). NU berdiri pun dimulai dari rapat di rumah
Ajengan Fadil.
Di antara ajengan
yang pertama kali turut menjadi penggurus NU adalah KH Ahmad Qulyubi atau
disebut Ajengan Unung. Silsilah nasab leluluhur Ajengan Unung, di dalam buku
Ringkasan Riwayat Hidup KH O. Qolyubi yang ditulis putranya KH Ahmad Thabibudin
pada 27 November 1955, terhubung dengan pendiri NU, Hadratussyekh KH Hasyim
Ays’ari.
Berikut silisilah
Ajengan Unung:
Ajengan Unung bin
Abdulghani (Asiam atau Icong), bin Natawijaya (Bapa Lijam) , bin Iskin bin
Katam Jiwaraga (Aki Dukun) bin Kiai Raden Mas Narawulan (Bagus Jamri, putra
Dalem Suniawenang Cineam, Tasik) bin Rd. Mas Sutanagara di Sukasindang, Setia
Mulya bin Rd. Mas Wisonajaya bin Rd. Mas Prabu Singajiwakusumah, {kuburannya di
Cipajaran, Tamanjaya (Gobras), Cibereum, Tasikrnalaya}. Rd. Mas Rangsang (Rd.
Mas Cakrakusumah), Sultan Mataram anu gelarannana: Kanjeng Sultan Agung
Senapati Ing Alaga Abdurrohman Sayyidin Panatagama. Rd. Mas Jolang (Panembahan
Seda Krapyak), Sultan Mataram, bin Sutawijaya, Senapati Adiwijaya/Kepala
Pasukan Pengawal Sultan Adiwijaya (Jakatingkir) di Pajang bin Kiai Ageng Pamanahan,
Kepala daerah Mataram/Kepala Pasukan Pengawal Sultan Adiwijaya.
Di dalam buku
tersebut menyebutkan bahwa silsilah itu bisa dilanjutkan dengan menukil
silisilah KH Abdul Wahid Hasyim Tebuireng, Jombang. Kiai Ageng Ngluwihan Solo
Kiai Ageng Sela Kiai Ageng Soba.
KH A. Qulyubi
dilahirkan di kampung Madewangi, Tasikmalaya sekitar tahun 1891 M. Pernah
menimba ilmu di Tanah Suci Makkah pada 1912 hingga 1916.
Terkait dengan NU,
dalam catatan ringkas "Riwayat Ngadegna NU Cabang Tasikmalaya" yang
ditulis KH Ahmad Thabibudin tahun 1955 dengan bahasa Sunda, diceritakan KH
Fadil dan KH Unung menemui para kiai di Tasikmalaya. Untuk Kiai yang di kota
hanya beberapa tempat, kecuali di Singaparna.
Saat NU akan ramai, kolonial Belanda menakuti-nakuti sampai banyak pengurus dan anggota NU menyerahkan kembali kartu NU. Termasuk di Kampung Madewangi (tempat KH Unung) dari 60 orang tinggal 35 orang. Namun, ketika Ketua NU dipegang "Juragan" Ahmad Dasuki, anggota NU kembali banyak. Dan lagi-lagi terus dihalangi Belanda, kemudian banyak yang keluar lagi. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar