Syair Syekh Ibnu Rajab
tentang Bulan Safar
Nama Ibnu Rajab al-Hanbali sudah tak asing
lagi di kalangan pengaji kitab hadits maupun fiqih. Di antara karangan yang
ditulisnya adalah Syarh ‘Ilal at-Tirmidzi, Fadhlu ‘Ilmi Salaf ‘ala
al-Khalaf, al-Qawâ’id al-Kubra, Lathâif al-Ma’ârif, dan masih
banyak lagi.
Ulama kelahiran Baghdad (736 H) ini lahir di
keluarga yang saleh dan berilmu. Nama Rajab dinisbahkan kepada kakeknya, Abu
Ahmad Rajab. Disebut Rajab sebab beliau lahir di bulan Rajab. Konon kakeknya
adalah seorang yang ahli dalam bidang fiqih. Adapun ayahnya adalah Ahmad bin
Rajab al-Hanbali, lahir di Baghdad dan tumbuh di sana.
Al-‘Alîmi menyebut Ibnu Rajab al-Hanbali
sebagai seorang yang berilmu, mengamalkan ilmunya, zuhud, memiliki keteladanan,
al-hafidh yang tsiqah (penghafal hadits yang terpercaya),
penasihatnya kaum Muslimin, orang yang memberi faedah kepada para ahli hadits,
orang yang karangannya sangat indah. (Ibnu Rajab al-Hanbali ad-Dimasqi, Lathâif
al-Ma’ârif fîmâ li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif, Dar Ibn Katsir, Damaskus,
halaman 11)
Dalam kitabnya , Lathâif al-Ma’ârif,
Ibnu Rajab dalam bab Wadhâif Syahri Shafar menyebutkan syair di bulan Safar:
وَغَيْرُ
تَقِيٍّ يَأْمُرُ النَّاسَ بِالتُّقَى ... طَبِيْبٌ يُدَاوِي النَّاسَ وَهُوَ
سَقِيْم
Orang yang tidak bertakwa
memerintahkan orang-orang untuk bertakwa, (ia seperti) seorang dokter yang
mengobati manusia sedangkan dirinya sedang sakit.
يَا
أَيُّهَا الرَّجُلُ الْمُقَوِّمُ غَيْرَهُ. ... هَلَّا لِنَفْسِكَ كَانَ ذَا
التَّقْوِيْم
Wahai seorang yang suka menilai orang
lain, bukankah dirimu yang lebih berhak dievaluasi.
اِبْدَأْ
بِنَفْسِكَ فَأَنْهِهَا عَنْ غَيِّهَا ... فَإِذَا انْتَهَتْ عَنْهُ فَأَنْتَ
حَكِيْم
Mulailah dari dirimu, kemudian
cegahlah ia dari kesesatan. Apabila kesesatan telah sirna dari dirimu, maka
engkau adalah orang yang bijaksana.
فَهُنَاكَ
يَقْبَلُ مَا تَقُوْلُ وَيَقْتَدِى ... بِالْقَوْلِ مِنْكَ وَيَنْفَعُ
التَّعْلِيْم
Maka Nasehatmu akan diterima, ucapanmu
akan dituruti, tutur katamu akan jadi pengajaran.
لَا
تَنْهَ عَنْ خَلْقٍ وَتَأْتِي مِثْلَهُ ... عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْم
Janganlah engkau melarang suatu
tingkah laku sedangkan engkau melakukanya, sebuah aib besar jika engkau
melakukannya
كَمْ
ذَا التَّمَادِي فَهَا قَدْ جَاءَنَا صَفَرُ ... شَهْرٌ بِهِ الْفَوْزُ
وَالتَّوْفِيْقُ وَالظَّفَرُ
Berapa banyak orang yang memiliki
tuntutan, maka ini telah datang bulan Safar kepada kita. Bulan yang disertai
dengan kemenangan, taufik, dan keberhasilan.
فَابْدَأْ
بِمَا شِئْتَ مِنْ فِعْلٍ تَسُرُّ بِهِ ... يَوْمَ الْمَعَادِ فَفِيْهِ الْخَيْرُ
يَنْتَظِرُ
Maka mulailah berbuat sesuatu yang
akan membuatmu senang di hari kembali (hari kiamat), maka disana engkau akan melihat
kebaikan.
تُوْبُوا
إِلَى اللهِ فِيْهِ مِنْ ذُنُوْبِكُمْ ... مِنْ قَبْلُ يَبْلُغُ فِيْكُمْ حَدُّهُ
الْعُمْرُ
Bertaubatlah kepada Allah di bulan
Safar dari dosa-dosa, sebelum batas akhir usia menghampiri pada kalian.
(Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathâif al-Ma’ârif
fîmâ li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif, Dar el-Ibn Hazm, juz 1 halaman 79)
Bait-bait di atas mengingatkan kita untuk
senantiasa memerhatikan keadaan diri kita sendiri sebelum menasihati orang
lain. Jika kita telah mengoreksi diri kita dan membenahinya, maka akan timbul
teladan dalam diri, sehingga ucapan dan perilaku baik kita akan diikuti oleh
orang lain.
Juga di bait-bait selanjutnya, Ibnu Rajab
al-Hanbali mengingatkan kita bahwa bulan Safar telah datang, bulan yang mana di
dalamnya terdapat banyak kebaikan. Beliau mengimbau kita untuk bertobat,
memperbarui hubungan vertikal antara kita dan Allah ﷻ sebelum ajal
menjemput.
Semoga kita diberikan anugerah untuk selalu
ingat kepada Allah SWT di sepanjang waktu dan sisa umur yang kita miliki.
Terkhusus di bulan Safar ini. Âmîn.. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar