Jumat, 12 Oktober 2018

Secarik Nasihat Kiai Subchi kepada Laskar Santri


Secarik Nasihat Kiai Subchi kepada Laskar Santri

KH Subchi Parakan, Temanggung, Jawa Tengah dijuluki Kiai Bambu Runcing karena perannya memberikan kekuatan lahir dan batin kepada para pasukan santri dan senjata tradisional saat itu, bambu runcing.

Bila dibanding dengan senjata penjajah, bambu runcing tidak ada apa-apanya. Namun, dengan sepuhan doa dari Kiai Subchi (1855-1958), bambu runcing menjelma menjadi senjata berkekuatan dahsyat.

Di lingkungan masyarakat Parakan dan ulama Temanggung, Kiai Subchi dikenal sebagai sosok ulama ‘alim, wara’, tawadhu, dermawan, dan memiliki jiwa nasionalisme tinggi. Sikap terakhirnya itu yang membuat dirinya mempunyai semangat berlipat ketika membantu laskar santri yang tergabung dalam Hizbullah dan Sabilillah.

Bukan hanya laskar santri, saat itu Panglima Divisi V Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Kolonel Soedirman juga ramai-ramai mendatangi Kiai Subchi di Parakan guna meminta doa dan wejangan. Wejangan Kiai Subchi tidak hanya membangkitkan nasionalisme, tetapi juga kesadaran akan kewajiban membela agama dari penjajah.

Wejangan (nasihat) Kiai Subchi yang hingga kini masih terlintas di benak bekas tentara Hizbullah dan Sabilillah maupun TKR dan laskar-laskar lainnya ialah:

“Luruskan niat untuk mempertahankan agama, bangsa, dan tanah air. Ingat selalu kepada Allah SWT. Jangan menyeleweng dari tujuan, apalagi berbuat maksiat. Dan kuatkan persatuan kita. Jika hendak kembali pulang, beramai-ramailah membaca syahadat.” (Choirul Anam, 1985)

Jiwa nasionalisme Kiai Subchi tertanam sebagai komitmen bersama terhadap agama dan bangsa. Komitmen kebangsaan ini juga dilakukan oleh para kiai di berbagai daerah yang mempunyai tanggung jawab sosial membebaskan bangsa Indonesia dari ketidakperikemanusiaan penjajah.

Komitmen ini terus membuncah sehingga ketika proklamasi kemerdekaan RI, Kiai Subchi bersama para ulama dan kaum muda Temanggung membentuk Laskar Barisan Muslimin Temanggung (BMT) pada 27 November 1945. Tujuan utama BMT ini adalah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. 

Juga karena terkenal kealimannya, banyak pejuang kemerdekaan RI terutama dari Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk meminta berkah doa dan suwuk senjata mereka yang berupa bambu runcing dan senjata lainnya kepada Kiai Subchi.

Ketika NU di resmikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926, Kiai Subchi dan para ulama Temanggung lainnya memprakarsai berdirinya PCNU Temanggung dan beliau menjabat sebagai Rais Syuriyah pertama.

Sebagaimana kesaksian KH Saifuddin Zuhri, Kiai Subchi sangat menaruh perhatian besar terhadap kaderisasi anak muda NU melalui Gerakan Pemuda Ansor. (Berangkat dari Pesantren, LKiS, 2013)

Adapun doa yang diucapkan oleh Kiai Subchi untuk menyepuh ribuan bambu runcing adalah sebagai berikut (Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan NU, 2010: 132):

Bismillahi
Ya hafidhu, Allahu Akbar
Dengan nama Allah
Ya Tuhan Maha Pelindung
Allah Maha Besar

[]

(Fathoni Ahmad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar