Humor Tinggi dan Marahnya Seorang Presiden Santun
Oleh:
Dahlan Iskan
Presiden
Obama kembali jadi pelawak. Di depan forum tahunan wartawan Washington bulan
lalu, gelak tawa tidak habis-habisnya. Seperti setahun sebelumnya: setengah jam
pidato tepuk tangannya lebih dari 70 kali.
Salah satu sasaran humornya tentu para calon presiden. Setelah
lama ngelawak dan ngerjain dua capres dari partainya sendiri, Bernie Sanders
dan Hillary Clinton, wajahnya berubah seperti mau menutup pidato. Lalu
memasukkan kertas ke saku jasnya. Sambil mengucapkan kata-kata seperti akhir
sebuah sambutan.
Yang hadir tahu belum seharusnya pidato penuh humor itu berakhir.
Melihat seluruh wartawan dan pimpinan media itu terperangah, tiba-tiba Obama
ngelawak lagi. Tentang gayanya yang seolah mau mengakhiri pidato itu.
’’Saya hanya bercanda,’’ katanya. Belum mungkin pidato itu
berakhir. ’’Kalian kan tahu saya belum menyebut Donald,’’ katanya.
Donald Trump. Capres Partai Republik itu memang sering jadi
sasaran humor Obama.
Tentu kali ini pun Obama tidak boleh melewatkan konglomerat yang
juga terkenal sering dikerubungi wanita cantik itu. Kali ini Obama seperti
membela capres yang juga penyelenggara ratu kecantikan, Miss Universe, itu.
Dia angkat nama Trump tinggi-tinggi. Untuk dijatuhkan, tentunya.
’’Kalau ada yang bilang Donald itu tidak punya pengalaman luar negeri, itu
tidak benar,’’ katanya seolah membela. ’’Dia sudah berpengalaman bertemu Miss
Swedia, Miss Argentina, Miss Azerbaijan…’’
Belum selesai kalimat itu, hadirin sudah menenggelamkan pidatonya
dengan tepukan gemuruhnya. Tahun lalu, di forum yang sama, Obama lebih seru
lagi ngerjain Donald Trump. Sampai ada yang menganalisis keseriusan Trump dalam
pencapresan kali ini dilatarbelakangi ’’brutal’’-nya humor Obama saat itu.
Apalagi Trump hadir langsung di forum yang amat besar tersebut.
Jenis humor Obama seperti itu membuat dia digelari ’’killer
comedian’’.
Obama memang seru kalau lagi ngerjain Trump karena Trump selalu
mengecam Obama. Apa pun yang dikerjakan Obama dianggap salah oleh Trump.
Dari penampilan tahunannya di forum Washington Correspondent itu,
tak ayal lagi, Obamalah presiden yang paling humoris. Humor yang sangat cerdas.
Bukan humor yang membuat posisi presiden turun ke level pelawak. Humor yang
kadang menguliti dirinya sendiri.
Misalnya, dia ceritakan betapa mudanya dirinya saat jadi presiden
dulu. Kini, katanya, rambutnya sudah abu-abu. Beda, katanya, dengan istrinya
yang tetap kelihatan muda dan cantik. Lantas, di layar dia tampilkan slide tiga
fotonya berdua dengan istri. Saat pertama jadi presiden, saat terpilih lagi
empat tahun kemudian, dan foto tahun terakhir jadi presiden.
Di foto pertama sama- sama kelihatan muda. Di foto kedua sang istri
terlihat kian modis, sedangkan Obama kian terlihat tua. Yang lucu foto ketiga.
Sang istri tetap cantik, sedangkan wajah Obama sudah menjadi wajah tengkorak.
Rupanya, Obama sengaja mengganti foto bagian kepalanya dengan tengkorak kepala.
Presiden Clinton dalam humornya juga sering mengerjai dirinya
sendiri. Misalnya, saat tampil terakhir di forum yang sama 16 tahun yang lalu.
Itu adalah tahun terakhir masa jabatannya yang kedua. Saat itu Clinton baru
saja jadi bulan-bulanan. Terkait dengan hubungannya dengan gadis Lewinsky.
Clinton pun bilang begini. Dan hadirin menggemuruh: Hanya delapan
tahun saya di Gedung Putih sudah mampu menyediakan untuk Anda sekalian bahan
berita yang tidak akan habis selama 20 tahun.
Dia benar. Sekarang peristiwa itu sudah 16 tahun berlalu. Soal
gadis tersebut masih jadi bahan pemberitaan. Apalagi istrinya kini jadi capres.
Rasanya tidak hanya cukup untuk 20 tahun. Tapi sampai setelah dia meninggal
pun.
Forum tahunan wartawan bertemu presiden di acara makan malam besar
seperti itu sudah berlangsung sejak 1921. Sudah hampir 100 tahun. Semua
berpakaian resmi. Jas dan dasi kupu-kupu. Tentu akan banyak yang kangen dengan
acara tahunan yang mengesankan itu. Apalagi kalau yang terpilih nanti Trump.
Trump tidak kalah menghibur. Penampilannya di acara TV sangat
disukai. Humornya juga brutal. Hanya gaya membawakannya lebih norak. Tidak
pernah mau mengejek diri sendiri.
Dari ingatan media, Ronald Reagan, George W. Bush, dan Clinton
termasuk yang suka melawak. Tapi, di antara semua itu, mereka sepakat Obamalah
yang nomor 1.
Persiapan Obama tampak begitu baik. Meskipun tidak membaca, pidato
lawakan itu ada teksnya. Slide-slide-nya juga brilian. Pakai film pendek
segala. Obama tahu kapan berhenti sebentar dan kapan agak lama. Seorang pelawak
profesional pernah diterima Obama. Dia mengatakan kadang Obama berhenti terlalu
lama. ’’Saya tahu,’’ jawab Obama. ’’Saya sengaja.’’
Jadi, Obama memang mengatur penampilannya dengan sadar, dengan
ilmu dan dengan latihan.
Tahun ini Obama mengakhiri pidatonya agak mengejutkan. Begitu
mengucapkan kata penutup ’’God blessed America’’, tangan kirinya mengangkat mik
tinggi-tinggi. Tangan kanannya membuat gerakan merokok di dekat bibirnya. Mik
tersebut dia jatuhkan. Glodak.
Hadirin pun bergemuruh.
Sinyal apakah yang ingin dia gambarkan?
’’Sudah tidak ada mik lagi,’’ tulis seorang analis keesokan
harinya. Itu berarti tidak akan ada lagi yang mengalahkan dirinya.
Tapi, menurut pendapat saya, itu untuk mengingatkan peristiwa
dramatis lima bulan lalu. Sangat mengejutkan saat itu. Pada bulan Februari itu,
Obama lagi pidato di depan kongres. MPR-nya Amerika. Forum gabungan antara
House (DPR) dan Senat (DPD).
Menurut UUD, seorang presiden Amerika wajib menyampaikan laporan
perkembangan negara kepada kongres setahun sekali. Biasanya Januari atau paling
lambat awal Februari. Dulunya laporan itu cukup tertulis. Tapi, hampir 100
tahun terakhir selalu disampaikan langsung. Bahkan sejak ada radio dan TV
disiarkan langsung.
Boleh dikata pidato Obama terakhir di depan kongres ini berupa
curhat. Tapi serius. Mengenai mengapa kongres terus menghambat program
utamanya. Mulai kesehatan, pendidikan, sampai energi baru. Dia uraikan lagi
betapa pentingnya program tersebut untuk masa depan Amerika baru. Tapi, Partai
Republik yang menguasai kongres terus menolak. ’’Waktu kita kalah karena Uni
Soviet berhasil meluncurkan Sputnik, kita langsung membuat program penjelajahan
ruang angkasa,’’ ujar Obama. ’’Kongres langsung menyetujui nyaris hanya dalam
satu malam.’’
Sepuluh tahun kemudian, katanya, orang Amerika langsung berjalan
di bulan.
Tidak ada yang menyangka, saat mengakhiri pidatonya, Obama bikin
kejutan. Begitu selesai mengucapkan kata penutup, Obama mengangkat mik yang dia
pakai pidato di podium. Dia jatuhkan mik itu. Di depan forum kenegaraan resmi
kongres. Tidak hanya itu. Sesaat kemudian, dia raup kertas naskah pidatonya.
Dia hamburkan kertas-kertas itu ke atas dengan dua tangannya. (*)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar