Al-Ta'lim al-Muta'allim (21)
Ontologi Alam Malakut
Oleh: Nasaruddin Umar
Alam Malakut sudah masuk wilayah alam gaib mutlak. Alam ini dihuni oleh para makhluk spiritual seperti para jin, malaikat, termasuk iblis. Alam ini tidak bisa diakses dengan panca indera atau kekuatan-kekuatan fisik manusia. Alam ini hanya bisa diakses oleh manusia jika mereka mampu menggunakan potensi lahut atau malakut yang dimilikinya. Cara mengaksesnya ialah dengan jalan mukasyafah, yaitu penyingkapan hijab-hijab yang selama ini menyelimuti diri manusia karena faktor dosa dan pencemaran yang terjadi di dalam diri manusia, sehingga menyelubungi rohani atau kalbu manusia Tentu hal ini bisa dicapai manakala manusia melakukan upaya-upaya spiritual secara intensif (mujahadah).
Alam malakut ini memiliki keistimewaan di banding alam-alam yang ada di bawahnya, karena alam ini sudah lebih dekat dengan pusat wilayah sakral (wilayah al-Qudsiyyah) yang akan dibahas dalam artikel mendatang. Manusia dimungkinkan untuk mengakses alam ini jika sudah sampai pada maqam spiritual tertentu. Dalam sejarah Islam ada beberapa tokoh terkemuka yang sudah sampai kea lam ini. Bahkan nabi Muhammad saw jauh telah melampaui alam ini.
Jika kita merujuk kepada pendapat Syekh Abduk Qadir
Jailani yang membagi roh itu kepada empat tingkatan, maka semakin mudah kita
memahami kemungkinan itu. Menurut Syhek Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Sirr
al-Asrar, roh itu memiliki empat tingkatan, yaitu: Roh jasadi yang berinteraksi
dengan alam Mulk; roh ruhani yang berinteraksi dengan alam malakut; roh
sulthani yang berinteraksi dengan alam Jabarut; dan roh al quds yang
berinteraksi dengan alam lahut.
Namun perlu diingatkan di sini bahwa kita sebagai
hamba tidak boleh terkecoh oleh bayangan keindahan alam-alam di atas manusia.
Jangan sampai kita lengah sehingga seolah-olah pencarian kita bukan lagi
tertuju kepada ridha Allah semata melainkan sudah terkecoh oleh unsur-unsur
kekeramatan. Semakin tinggi tingkat pencarian seseorang semakin tinggi pula
unsur pengecohnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi:
"Wahai hamba-Ku, jika engkau ingin masuk ke
wilayah kesakralan-Ku (Haramil Qudsiyah), maka jangan engkau tergoda oleh alam
Mulk, alam Malakut, dan alam Jabarut; karana alam Mulk adalah syaitan bagi
orang alim, alam Malakut, syaitan bagi orang arif, alam Jabarut syaitan bagi
orang yang akan masuk ke alam Qudsiyah".
Yang penting bagi manusia mengerjakan secara tulus,
ikhlas, dan pasrah apapun perintah Tuhan dan meninggalkan segala rangannya maka
dengan sendirinya manusia akan mendaki ke martabat spiritual lebih tinggi.
Semakin bersih seseorang dari dosa semakin terbuka peluang untuk mengakses alam
gaib, termasuk alam gaib mutlaq, sebagaimana diisyaratkan dalam hadis Nabi:
"Seandainya bukan karena setan menyelimuti jiwa anak cucu Adam maka
niscaya mereka menyaksikan malaikat di langit". (H.R. Ahmad).
Dengan demikian, tebal atau tipisnya alam gaib tidak
sama bagi setiap orang. Ada orang yang alam gaibnya sangat tebal dan dan orang
yang merupakan pilihan Tuhan alam gaibnya sudah sangat tipis bahkan sudah
transparan. Para Nabi, khususnya Nabi Muhammad saw sepertinya diberi kemampuan
untuk memahami rahasia tuhan seluas-luasnya karena sudah sampai ke alam puncak,
Sidratil Muntaha, ketika ia Isra'Mi'raj. Kita sebagai umatnya juga diberi
peluang melakukan mi'raj. Bukankah Nabi telah mengatakan: Al-Shalatu Mi'raj
al-mu'minin (Shalat adalah mikrajnya orang-orang beriman). []
DETIK, 10 Juli 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar