Rabu, 28 Oktober 2020

Nasaruddin Umar: Ilmuan Muslim Populer di Barat (1) Ibn Rusyd (Averroes)

Ilmuan Muslim Populer di Barat (1)

Ibn Rusyd (Averroes)

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Di dalam abad pertengahan dunia Islam mencapai prestasi yang biasa disebut The Golden Age. Bukan hanya soal pencapaian target politik para pemimpinnya tetapi juga prstasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kini semakin banyk diungkap peran ilmuan muslim di dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hampir semua bidang keilmuan, baik ilmu-ilmu agama, humaniora, maupun ilmu-ilmu eksakta seperti matematika, kimia, fisika, biologi, astronomi, dan ilmu-ilmu praktis lainnya, sebagaimana dijelaskan di dalam 42 artikel terdahulu. Dalam artikel mendatang akan diturnkan ilmuan-ilmuan muslim yang tersohor di dunia Barat, meskipun namanya ada yang disamarkan.

 

Salahsatu di antara nama-nama itu ialah Ibn Rusyd. Ia yang bernama lengkap Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad Ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Ahmad ibn Rusyd, yang di Eropa lebih dikenal dengan Averroes. Ia lahir di Cordova, Andalusia, Spanyol sekarang, pada tahun 520H/1126M. Ia wafat 15 tahun setelah wafatnya rivalitas intelektualnya, Abu Hamid al-Ghazali. Ibn Rusyd anak multi talenta berasal dari ayah dan kakek Ibn Rusyd yang dikenal sebagai hakim termasyhur pada masanya. Ayah dan kakeknya menjadi hakim agung di Andalusia. Ibnu Rusyd sendiri pernah menjabat hakim di Sevilla dan Cordova pada masa Khalifah al-Manshur Ibn Rusyd mendalami banyak disiplin ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika-tasawuf, dan filsafat. Ia seorang tokoh "kutu buku" sejak kecil dan mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja. Ibn Rusyd lahir dari genetic cerdas baik dari pihak ayah maupun ibunya.


Selain ilmuan dalam bergai bidang keilmuan, ia juga aktif mengambil bagian dalam perjuangan fisik, ikut ke medan perang melawan Alphonse, raja Argon. Khalifah begitu menghormati Ibnu Rusyd melebihi penghormatannya pada para pejabat daulah al-Muwahhidun dan ulama-ulama yang ada masa itu. Posisinya yang sedemikian penting di dalam pemerintahan tidak membuatnya takbur dan berbagga hati. Ia tetap menampilkan kebersahajaan dan ketawadhu'an di dalam masyarakat. Ia dikenal sangat konsisten dan istiqamah mempertahankan perinsip, khususnya kejujuran ilmiah. Karena kejujurannya sehingga ia mengalami masa tidak enak dengan raja penguasa (khalifah).


Ibn Rusyd tidak mengindahkan pendapat khalifah penguasa untuk menghentikan menulis hal-hal di luar ilmu-ilmu murni. Namun Ibn Rusyd terus menulis apapun yang akan ia tulis. Akhirnya hubungan dekat dengan Khalifah segera berakhir. Khalifah menginstruksikan agar karya-karya Ibn Rusyd disingkirkan, termasuk karya-karyanya yang pernah dipesan khusus oleh Khalifah. Sebagian karyanya dimusnahkan. Yang selamat ialah yang berkaitan dengan ilmu-ilmu murni saja. Ia menjalani pengasingan di Yasyanah. Tentu saja tindakan Khalifah ini sangat konyol dan menyebabkan kerugian ilmu pengetahuan yang luar biasa. Ternyata pengalaman pahit Ibn Rusyd bukan hanyak pada dirinya tetapi juga dialami oleh sejumlah ilmuan lainnya. Inilah pengalaman pahit yang haus dialami oleh orang-orang yang tangguh di dalam mempertahankan perinsipnya.


Keunggulan Ibn Rusyd dalam bidang keilmuan dibuktikan dengan parktek keseharian Ibn Rusyd. Di pagi hari ia peraktek sebagai dokter dan ilmuan kimia-biologi, di sing hari ia peraktek sebagai ahli fikih dan member bantuan hokum kepada masyarakat. Di malam hari ia seorang ulama sufi. Banyak karya Ibn Rusyd yang sangat menakjubkan. Jika kita membaca kitab Bidayah al-Mujtahid yang berisi fikih perbandingan mazhab, kita lupa kalau dia seorang dokter. Jika kita membaca Kulliyaat fi at-Tibb, yang berisi ensiklopedia kedikteran, samasekali tidak disangka kalau dia seorang ulama fikih. Jika kita membaca kitabnya Fashl Al-Maqal fi Ma Bain al-Hikmah wa al-Syari'ah, yang memuat aspek sufisme dalam konsep Syari'ah Islam, jauh dari persangkaan kita kalau dia seorang dokter spesialis bedah. Perdebatan kreatif-produktifnya dengan Imam Al-Gazali betul-betul menampilkan sebuah pribadi utuh dan wawasan keilmuannya yang komperhensif. Sulit dicari bandingannya saat ini. []

 

DETIK, 20 Juli 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar