Al-Ta'lim al-Muta'allim (25)
Kecerdasan Ke Tiga
Oleh: Nasaruddin Umar
Anggapan manusia sebagai homo sapiens (spesies yang berfikir) ternyata dianggap oleh para pakar keliru. Visi baru ilmuan menemukan bukti porsi intelektualitas manusia hanya merupakan bagian terkecil dari totalitas kecerdasan manusia. Kalangan ilmuan menemukan tiga bentuk kecerdasan dalam diri manusia, seperti disosialisasikan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal, bahwa selain kecerdasan intelektual (Intellectual Quotient/IQ), kecerdasan emosional (Emotional Quotient EQ), masih ada kecerdasan ketiga yang disebutnya dengan Spiritual Intelligence (SI). Di Indonesia dipopulerkan oleh Ary Ginanjar dengan istilah Spiritual Quotient (SQ). IQ kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak, EQ kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam jiwa, dan SQ kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang berpusat di dalam roh.
Kita bisa meragukan atau memperdebatkan ketiga kategori ini tetapi untuk sementara di dalam tulisan ini akan dibahas SQ yang merupakan kecerdasan krtiga manusia. Ketiga aktifitas kreatif di atas juga mengingatkan kita kepada tiga konsep struktur kepribadian Sigmund Freud (1856-1939), yaitu id, ego, dan superego. Id adalah pembawaan sifat-sifat fisik-biologis seseorang sejak lahir. Id ini menjadi inspirator kedua struktur berikutnya. Ego, bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya menjinakkan keinginan agresif dari Id. Ego berusaha mengatur hubungan antara keinginan subjektif individual dan tuntutan objektif realitas sosial. Ego membantu seseorang keluar dari berbagai problem subyektif individual dan memelihara agar bertahan hidup (survival) dalam dunia realitas. Superego berfungsi sebagai aspek moral dalam kepribadian, berupaya mewujudkan kesempurnaan hidup, lebih dari sekedar mencari kesenangan dan kepuasan. Superego juga selalu mengingatkan dan mengontrol Ego untuk senantiasa menjalankan fungsi kontrolnya terhadap id.
Meskipun tidak identik, IQ dapat dihubungkan dengan Id, Ego dapat dihubungkan dengan EQ, dan Superego dapat dihubungkan dengan SI. Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan. Seringkali ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses; sementara pemilik IQ pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh SI. Mekanisme SI tidak berdiri sendiri di dalam memberikan kontribusinya ke dalam diri manusia tetapi intensitas dan efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh unsur kecerdasan ketiga (SI).
SI sulit sekali diperoleh tanpa kehadiran EQ, dan EQ
tidak dapat diperoleh tanpa IQ. Sinergi ketiga kecerdasan ini biasanya disebut
multiple intelligences yang bertujuan untuk melahirkan pribadi utuh (al-insan
al-kamil). Untuk penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan,
internalisasi ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat ditawar lagi. Terutama
di negeri kita yang generasi barunya sedang dilanda krisis karakter dan
pembentukan jati diri. Kiranya kurikulum 2013 yang sedang disosialisasikan saat
ini sudah mengakomodir pemikiran ini.
Di dalam Al-Qur'an, ketiga bentuk kecerdasan ini
tidak dijelaskan secara terperinci. Namun, masih perlu dikaji lebih mendalam
beberapa kata kunci yang berhubungan dengan ketiga pusat kecerdasan yang
dihubungkan dengan ketiga substansi manusia, yaitu unsur jasad yang membutuhkan
IQ, unsur nafsani yang membutuhkan EQ, dan unsur roh yang membutuhkan SI.
Substansi manusia dalam Al-Qur'an mempunyai tiga unsur, yaitu unsur jasmani,
unsur nafsani, dan unsur rohani. Keterangan seperti ini dapat difahami di dalam
beberapa ayat, antara lain Q.S. al-Mu'minn/23:12-14. Kata khalqan akhar dalam
ayat ini dapat diasosiasikan dengan kecerdasan ketiga atau unsur Lahut menurut
perspektif tasawuf. []
DETIK, 14 Juli 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar