Jumat, 16 Oktober 2020

Nasaruddin Umar: Al-Ta'lim al-Muta'allim (23) Ontologi al-A'yan al-Tsabitah

Al-Ta'lim al-Muta'allim (23)

Ontologi al-A'yan al-Tsabitah

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Al-a'yan bentuk jamak dari 'ain yang bisa diartikan secara bahasa dengan entitas (entity). Al-Tsabitah berarti tetap atau permanen. Dengan demikian, al-A'yan al-Tsabitah dapat diartikan dengan entitas permanen. Disebut entitas-entitas tetap karena keberadaannya masih bersifat potensial dan tersembunyi dalam pengetahuan Tuhan ('Ilmiyyah al-Haq). Berbeda dengan level alam yang sudah merupakan keberadaan kongkrit (maujud/existand) atau aktual. Keberadaan yang terakhir ini tidak lagi disebut disebut entitas tetap (al-tsabit) karena sudah bersifat aktual dan menerima perubahan (al-hawadits). Al-A'yan al-Tsabitah masuk ke dalam wilayah keberadaan sakral (al-Khadharat al-Qudsiyyah). Al-A'yan al-Tsabitah sudah masuk dalam level pembahasan yang tinggi (advanced) dan tidak banyak ditemukan di dalam buku-buku tasawuf populer.

 

Keberadaan potensi dan keberadaan aktual di sini tidak bisa disamakan dengan konsep platonisme yang juga mengenal dunia ide dan dunia nyata. Dalam dunia ide Plato hanya merupakan dunia abstrak yang berada di dalam wilayah ontologis dan masih bersifat potensial. Sedangkan wujud (existant) merupakan manifestasi dari dunia ide, yang sesungguhnya tidak berbeda dengan dunia ontologi ide, setidaknya antara keduanya memiliki hubungan simetri. Wujud potensial dan wujud aktual dalam konsep al-A'yan al-Tsabitah tidak mesti harus sama, bahkan mungkin tidak ada hubungannya sama sekali.


Meskipun al-A'yan al-Tsabitah tidak lagi masuk kategori 'alam tetapi belum masuk dalam pembahasan puncak (The Top of The Sacred). Masih ada pembahasan lebih tinggi lagi yang disebut dengan level Ahadiyyah (akan dibahas dalam artikel mendatang). Bahkan ada segi dari dari level al-A'yan ini masih berada dalam kategori maqam al-khalq atau level alam, yang disebut dengan al-a'yan alkharijiyyah, yakni sesuatu yang berwujud di level konkrit melalui proses emanasi agung (al-faidh al-muqaddas). Di sebut al-a'yan al-kharijiyyah karena berada di lingkaran luar dari al-A'yan al-Tsabitah.


Al-A'yan al-Tsabitah sudah masuk di level Wahidiyyah atau apa yang disebut di atas dengan pengetahuan Tuhan ('Ilmiyyah al-Haq). Al-A'yan al-Tsabitah masuk ke dalam "the Principle level" dan tidak akan pernah berada di dalam "the relative level". Keberadaan al-A'yan ini merupakan hasil dari proses tajalli pertama (al-tajalli al-awwal) yang biasa juga disebut dengan emanasi awal (al-faidh al-aqdas). Proses emanasi berikurtnya, yaitu al-faidh al-muqaddas, melahirkan al-a'yan al-kharijiyyah, yaitu keberadaan yang sudah aktual, bukan lagi keberadaan potensial. Al-a'yan al-kharijiyyah inilah yang masuk ke dalam "the relative level". Dengan kata lain, yang masuk di level aktual atau relatif hanya manifestasi (madhahir)-nya saja, bukan hakekatnya, karena hakekat al-a'yan al-karijiyyah yang tidak lain adalah al-A'yan al-Tsabitah, tetap berada di "the principle level".


Dari sinilah nanti muncul konsep al-mumtani'at dan konsep al-mumkinat. Potensi wujud (al-a'yan al-tsabitah) yang tidak mungkin termanifestasi menjadi wujud aktual (al-a'yan al-kharijiyyah) disebut al-mumtani'at. Sebaliknya, potensi wujud (al-a'yan al-tsabitah) yang mungkin atau sudah termanifestasi menjadi wujud aktual (al-a'yan al-kharijiyyah) disebut al-mumkinat. Dalam level atau konsep al-mumtani'at tidak mungkin dijumpai adanya pertentangan dan paradks antara satu sifat dengan sifat lanilla, misalnya antara al-Dhahir dan al-Bathin; al-Awwal dan al-Akhir, al-Jalal dan al-Jamal, karena kesemuanya itu adalah sifat dari hakekat ketuhanan (haqaiq al-Ilahiyyah/Divine Realities) yang tidak mungkin berada di dalam level aktual (al-kharijiyyat).


Sebagai entitas yang berada di level Wahidiyyat, maka al-A'yan al-Tsabitah merupakan sesuatu yang tidak terciptakan (uncreatable). Semua ciptaan (maj'ul) seperti semua jenis alam termasuk para malaikat adalah wujud yang sudah aktual (kharijiyyah), karena itu segala yang diciptakan tidak bisa disebut dengan al-A'yan al-Tsabitah. []

 

DETIK, 12 Juli 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar