Senin, 19 Oktober 2020

Khofifah: Dirgahayu TNI, Konsisten Mengabdi di Masa Pandemi

Dirgahayu TNI, Konsisten Mengabdi di Masa Pandemi

Oleh: Khofifah Indar Parawansa

 

PANDEMI Covid-19 belum selesai. Upaya mencegah persebaran virus masih berlangsung. Semua bergerak. Semua mengambil peran. Tak terkecuali Tentara Nasional Indonesia (TNI).

 

Peran TNI sangat terlihat dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Termasuk di Jawa Timur. TNI berkolaborasi bersama pemerintah dan Polri. Semua bersama-sama menyusun strategi untuk mencegah virus yang memiliki nama lain SARS-Cov-2 itu.

 

Terbukti, strategi yang disusun cukup berhasil. TNI mengerahkan jaringan sampai di tingkat desa. Begitu juga Polri. Mereka menjadi agen pencegahan wabah Covid-19 di lapangan. Mereka berhadapan langsung dengan masyarakat.

 

Setiap anggota TNI dan Polri mengemban amanah yang mulia. Yakni, menyosialisasikan kepada masyarakat tentang penerapan standar protokol kesehatan. Bukan hanya itu, dua lembaga strategis di negeri ini juga menjadi garda terdepan dalam menangani kasus positif Covid-19 di masyarakat.

 

Bintara pembina desa (babinsa) memiliki magnet yang kuat terhadap masyarakat. Petuah mereka banyak didengar. Karena itu, babinsa menjadi tonggak utama dalam memahamkan masyarakat tentang Covid-19.

 

Risikonya cukup besar. Tak jarang, resistensi dari masyarakat muncul. Bukan hanya itu, babinsa berhadapan langsung dengan masyarakat. Potensi tertular pun sangat tinggi. Tapi, tugas tetaplah tugas. Babinsa menjalani dengan penuh tanggung jawab.

 

Rasa ikhlas dan tulus meluluhkan ketakutan itu. Babinsa bersama Polri turun mengawal masyarakat dalam melawan dan mencegah persebaran Covid-19. Apresiasi yang luar biasa. Cara itu relatif berhasil. Masyarakat di tingkat pedesaan memahami permasalahan Covid-19. Mereka bisa menyusun prosedur dan ketetapan awal penangnan Covid-19. Termasuk tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk saling menjaga situasi di lingkungan masing-masing.

 

Permasalahan kecil yang terjadi akibat Covid-19 terdeteksi sejak dini. Penanganannya pun lebih awal. Dengan begitu, rantai persebaran virus di tingkat pedesaan bisa ditekan.

 

Sejak awal, pemerintah menyatakan tak akan bisa melawan Covid-19 sendirian. Perlu peran dan partisipasi dari pihak lain. TNI ikut andil bersama Polri dan didukung masyarakat. Semua saling mengisi dan melengkapi. Saling nyekrup sehingga pola penanganan Covid-19 terlaksana dengan baik.

 

Peran itu dilaksanakan bersama. Tidak ada yang merasa paling unggul. TNI bersatu dengan elemen lain memberi kontribusi nyata yang sangat berarti. Bisa jadi, langkah itu bagian dari pengabdian kepada ibu pertiwi. Yakni, memastikan Indonesia, khususnya Jawa Timur, aman, sehat, serta kondusif.

 

Di lingkungan TNI, pengabdian kepada masyarakat sudah menjadi kepatutan. Ada istilah pembinaan teritorial atau binter. Yakni, satu dari sekian strategi yang diterapkan TNI-AD untuk menyatu dengan masyarakat. Strategi yang harus diwujudkan karena TNI-AD merupakan bagian dari rakyat.

 

Sejarah mencatat, cikal bakal TNI berawal dari kesatuan rakyat yang memiliki satu niat dan tekad untuk merebut dan mempertahankan serta mengisi kemerdekaan. TNI merupakan bagian dari rakyat.

 

Mereka lalu menyatu dalam satu kelompok yang diberi nama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Seiring berjalannya waktu, nama BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Lalu, berganti menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dan terakhir menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

 

Sejarah tersebut merupakan bukti bahwa TNI lahir dan besar bersama masyarakat. Tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Wajar jika lembaga tersebut memiliki slogan Bersama Rakyat TNI Kuat.

 

Masa pandemi merupakan momentum untuk membuktikan konsistensi dan dedikasi TNI kepada masyarakat. Dan itu sudah terbukti. TNI bersama banyak pihak berkolaborasi menangani wabah ini.

 

Kerja sama yang luar biasa. TNI tidak menunjukkan egosentris. TNI dengan kekuatannya tetap menempatkan peran sebagai mitra dalam bekerja. Saling mengisi dan saling melengkapi. TNI lebih mengutamakan proses untuk mencapai tujuan. Dengan begitu, keberhasilan menjadi hasil kerja keras bersama.

 

Di Jawa Timur, ada rumah sakit darurat lapangan. Kepala BNPB menunjuk Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II mengomandani rumah sakit yang dikhususkan pasien Covid-19 tanpa gejala dan gejala ringan. Pola penanganan dan pencapaiannya luar biasa.

 

Hingga kini, sudah ribuan yang dirawat di rumah sakit itu sembuh dengan nol kematian. Pencapaian yang patut mendapat apresiasi.

 

Di luar itu, saat ini TNI memiliki tantangan yang luar biasa. Tepatnya di era milenial. Informasi bergerak cepat. Mobilisasi manusia juga tak sebatas fisik. Mereka boleh diam di rumah, tapi komunikasi bisa menjangkau ke seluruh antero negeri. Kemajuan yang patut didukung, tapi juga perlu diwaspadai.

 

Perlu strategi agar mampu mengendalikan teritorial sehingga selaras dengan tujuan negara. TNI dituntut mampu mengorkestrasi kelompok dan masyarakat.

 

Pembinaan teritorial dengan mengorkestrasi semua potensi bisa mencapai hasil maksimal. TNI bersama masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, Polri, serta pemerintah menjalin komunikasi yang baik. Berkolaborasi dalam menjalankan tugas negara. Peran dari masing-masing objek akan menguatkan tujuan dan hasil pembinaan yang dilakukan TNI.

 

Kompetisi tak lagi relevan. Kolaborasi yang lebih dominan. Dunia usaha sudah meninggalkan istilah kompetisi. Antar perusahaan berkolaborasi untuk mewujudkan produk yang dibutuhkan pasar. Target mereka merebut pasar. Kolaborasi membuat mereka semakin kuat.

 

Cara itu pulalah yang digunakan lembaga militer di Indonesia. Targetnya adalah menjaga NKRI tetap utuh. Cara mewujudkannya dengan berkolaborasi bersama banyak pihak. Dirgahayu TNI, jaya selalu. []

 

JAWA POS, 5 Oktober 2020

Khofifah Indar Parawansa | Gubernur Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar