Memupuk Harapan, Membangun Kepastian
Oleh: Bambang Soesatyo
UPAYA bersama mengendalikan wabah corona, SARS-CoV-2,
maju satu langkah lagi setelah tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan
Vaksinasi. Langkah ini tidak hanya membangun harapan, tetapi juga menjadi modal
penting untuk mengakhiri ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Di tengah ketidakpastian akibat lonjakan kasus
Covid-19 yang tampak masih sulit dikendalikan, memupuk harapan bagi pulihnya
dinamika kehidupan bersama harus terus diupayakan. Cepat atau lambat, daya rusak
pandemi ini terhadap kehidupan umat manusia harus bisa dihentikan dengan akal
dan budi.
Dengan memperkuat harapan, semua orang terdorong
untuk terus berupaya sehingga terhindar dari jebakan putus asa. Dengan berharap
dan berupaya, kepastian akan mudah diraih.
Memang, ketika Presiden menandatangani Perpres itu,
vaksin penangkal Covid-19 baru memasuki tahap persiapan produksi skala besar,
karena bahan bakunya masih harus didatangkan dari China. PT Bio Farma
mendapatkan komitmen dari partnernya, Sinovac, pasokan untuk 50 juta dosis
vaksin corona.
Bahan baku vaksin corona itu dijadualkan tiba
bertahap di Tanah Air mulai November 2020 hingga Maret 2021. Namun, uji klinis
vaksin ini di dalam negeri telah dilakukan dengan cermat.
Uji klinis fase III oleh Bio Farma sejak 11 Agustus
2020 yang melibatkan ratusan relawan itu berjalan lancar. Tidak ada laporan
mengenai efek samping dari uji klinis itu. Semua proses ini diawasi dan
mendapatkan pengawalan regulatory oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Perpres No 99/2020 untuk penanggulangan Pandemi
Covid-19 itu ditandatangani Presiden pada Senin (5/10/2020) dan diundangkan
sehari setelahnya. Perpres ini otomatis menggambarkan tingginya tingkat
keyakinan pemerintah.
Maka, ketika pemerintah sudah dengan berani menunjukan optimismenya, seluruh elemen masyarakat pun diharapkan optimis menghadapi hari-hari mendatang. Ibarat badai permasalahan, tekanan yang bersumber dari pandemi Covid-19 plus resesi ekonomi sekarang ini pasti bisa dilalui jika semua orang berani memupuk harapan dan terus berupaya.
Perpres itu memang belum secara tegas mencantumkan
waktu pengadaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi. Namun, mencermati jadual dan
rencana produksi Bio Farma, bisa dipastikan bahwa vaksinasi akan direalisasikan
pada kuartal pertama 2021.
Oleh karena pemerintah begitu optimis, Perpres ini
bahkan sudah merinci mekanisme pengadaan, pendanaan, tata cara vaksinasi hingga
target vaksinasi serta peran dan fungsi kementerian/lembaga (K/L) maupun
pemerintah daerah.
Kementerian kesehatan diberi wewenang melaksanakan
vaksinasi, dan karenanya berwenang pula menetapkan kriteria dan prioritas
penerima vaksin, prioritas wilayah penerima vaksin, Jadwal dan tahapan
pemberian vaksin, serta standar pelayanan vaksinasi. Vaksinasi Covid-19
diberikan dua dosis per orang dengan jarak minimal 14 hari, sehingga dapat
membentuk kekebalan (antibodi) terhadap Covid-19 secara optimal.
Perpres yang sama juga menetapkan bahwa prioritas
pemberian vaksin ditujukan kepada petugas medis, paramedis contact tracing,
TNI/Polri serta aparat hukum yang jumlahnya mencapai hampir 3,5 juta orang.
Prioritas berikutnya meliputi pemuka agama dan tokoh masyarakat, aparatur
daerah (kecamatan, desa, RT/RW), serta sebagian pelaku ekonomi. Jumlah kelompok
ini mencapai lebih dari 5,6 juta orang.
Berikutnya adalah para guru/tenaga pendidik dari
tingkat PAUD/TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi yang berjumlah lebih dari
4,3 juta orang. Aparatur pemerintah (pusat, daerah, dan legislatif) juga
mendapat prioritas. Jumlahnya lebih dari 2,3 juta orang.
Di urutan berikutnya adalah peserta BPJS PBI
(Penerima Bantuan Iuran) yang jumlahnya 86,6 juta orang lebih. Kelompok lain
yang juga diprioritaskan mencapai lebih dari 57,5 juta orang.
Target minimal dari program vaksinasi corona mencapai
160 juta warga. Untuk itu, pemerintah menyiapkan vaksin dari dua produsen.
Vaksin Bio Farma-Sinovac diberikan kepada 102.451.500 orang yang masuk kelompok
prioritas di Pulau Jawa. Sedangkan vaksin dari kerja sama PT Kimia Farma -
Sinopharm (China) - G42 dari Uni Emirat Arab akan diberikan kepada 27 juta
sasaran prioritas di luar Jawa.
Berarti, masih ada sekitar 30,5 juta warga yang juga
harus disiapkan vaksin-nya. Salah satu alternatif yang telah dijajaki oleh
pemerintah adalah pengadaan vaksin dari GAVI-CEPI yang harganya relatif murah.
Vaksin GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunization) dan CEPI (Coalition
for Epidemic Preparedness Innovation) bisa disebut sebagai hasil kerja sama
multilateral karena melibatkan sejumlah negara dan institusi.
Di tengah rivalitas global yang cukup sengit untuk
mendapatkan vaksin corona yang volume produksinya masih sangat terbatas, upaya
pemerintah menargetkan vaksinasi bagi 160 juta warga terbilang luar biasa dan
progresif. Sebab, dengan target seperti itu, harus tersedia minimal 320 juta
dosis vaksin, karena per orang harus menerima dua kali vaksinasi. []
SINDONEWS, 09 Oktober 2020
Bambang Soesatyo | Ketua MPR RI, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar