Senin, 05 Oktober 2020

Nasaruddin Umar: Al-Ta'lim al-Muta'allim (16) Hewan Punya Nabi?

Al-Ta'lim al-Muta'allim (16)

Hewan Punya Nabi?

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Hewan sebagai salah satu contoh alam syahadah gair muthlaq bukan hanya karena memiliki unsur-unsur biologis dengan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, tetapi menurut Ibn Hazm dalam kitab terkenalnya: Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwai wa al-Nahl, jilid 1, dijelaskan bahwa hewan-hewan pun punya nabi seperti halnya komunitas manusia. Dalam kitab ini dijelaskan dalam satu bab tersendiri binatang termasuk ikan, burung, serangga, dan kutu, juga mempunyai nabi. Ia mendasarkan pendapatnya pada ayat:

 

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ

 

"Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan". (Q.S. Fathir/35:24).

 

Ibn Hazm berpendapat bahwa kata umamum mitslukum (umat-umat seperti kalian juga) ialah komunitas binatang, dan setiap komunitas itu ada nabinya. Ayat di atas juga menegaskan bahwa setiap umat diutus kepada mereka pembawa peringatan (nadzir), yang sering menjadi istilah lain dari nabi. Ada ayat secara eksplisit menyatakan serangga mendapatkan wahyu dari Allah Swt:

 

وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ


"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (Q.S. al-Nahl/16:68). Kata wahyu selalu dikonotasikan dengan nabi. Jika ratu lebah yang memimpin komunitas lebah itu maka nabinya adalah seekor betina.

 

Prof Andi Mappatoba, guru besar Universitas Hasanuddin Makassar menyelesaikan disertasinya dengan meneliti lebah madu menyimpulkan bahwa komunitas lebah itu memiliki keistimewaan. Masyarakat lebah dibagi tiga, yaitu lebah pekerja yang tugas sehari-harinya mengumpulkan sari madu dari berbagai kembang, masyarakat pengawal ratu yang bertugas mengamankan ratu dan sarang lebah, dan yang paling tinggi derajat dan kekuasaannya ialah ratu lebah. Ratu lebah usia rata-ratanya juga jauh lebih panjang dari pada lebah pekerja. Tidak dapat diragukan bahwa komunitas hewan juga hamba setia dan selalu bertasbih kepada Allah Swt sebagaimana halnya manusia, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an:


تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

 

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (Q.S. al-Isra'/17:44).

 

Kenabian hewan tentu saja tidak sama dengan kenabian manusia. Kenabian hewan tidak memiliki kekuatan legitimasi (hujjah) selain dari kaumnya sendiri. Hanya nabi dari bangsa manusia yang dituntut untuk memiliki tanggung jawab lebih besar terhadap amanah berat yang diembannya sebagai khalifah. Beratnya amanah ini juga diabadikan dalam Al-Qur'an:

 

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا


"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh". (Q.S. al-Ahdzab/33:72).

 

Nabi sebagai salah satu nama dari pemimpin sebuah komunitas, wajar kalau binatang juga mempunyai nabi. Kenabian hewan hanya berlaku bagi komunitasnya. Misalnya komunitas lebah tunduk kepada ratu lebah pimpinannya. Mungkin juga burung-burung yang memiliki banyak spesies juga tunduk kepada pimpinan spesiesnya. Hal yang sama juga terjadi pada serangga lain dan ikan-ikan di laut dan di rawa-rawa. []

 

DETIK, 05 Juli 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar