Melansir perkataan seorang ahli hikmah, Syekh as-Samarqandi menuturkan dalam kitab Tanbih al-Ghafilin, ada sepuluh pintu yang menyebabkan godaan setan masuk pada diri manusia.
Pertama, buruk sangka dan selalu merasa kurang terhadap pemberian yang ada. Kebalikannya adalah baik sangka dan qanaah atas apa yang diberikan Allah. Lantas apa yang memecahkan penyakit buruk sangka dan menguatkan rasa qanaah? Di antaranya adalah firman Allah, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya,” (QS Hud [11]: 6).
Kedua, perasaan berumur panjang dan berangan-angan jauh. Kebalikannya adalah rasa takut terhadap kematian yang datang tiba-tiba. Kemudian apa yang memecahkan angan-angan panjang dan menguatkan rasa takut terhadap kematian tiba-tiba? Di antaranya adalah firman Allah, “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dirinya akan meninggal,” (QS Luqman [31]: 34).
Ketiga, gandrung terhadap kesenangan dan kenikmatan. Kebalikanya adalah keyakinan atas hilangnya nikmat dan buruknya pertanggungjawaban (hisab) akhirat. Apa yang memecahkan kegandrungan dan menguatkan keyakinan itu? Di antaranya adalah firman Allah, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka),” (QS Al-Hijr [15]: 3).
Keempat, sifat ujub dan takabur. Kebalikannya adalah sifat rendah hati dan rasa takut terhadap buruknya akibat. Apa yang memecahkan sifat ujub dan menguatkan rendah hati? Di antaranya adalah firman Allah, “Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia,” (QS Hud [11]: 105).
Kelima, merendahkan dan tak menghormati orang lain. Kebalikannya adalah mengetahui hak-hak sesama muslim. Adapun yang memecahkan sikap merendahkan dan menjunjung tingginya hak sesama muslim adalah salah satu firman Allah, “Padahal kemuliaan (keluhuran) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui,” (QS Al-Munafiqun [63]: 8).
Keenam, sifat hasud dan dendam. Rasa hasud sendiri adalah keinginan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain, dan diharapkan beralih kepada orang yang menghasudinya. Kebalikannya adalah sifat adil dan rida atas pemberian Allah. Di antara yang dapat menghilangkan sifat hasud dan menguatkan sifat rida adalah firman Allah, “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan,” (QS Az-Zukhruf [43]: 32).
Ketujuh, sifat riya dan selalu ingin dipuji orang lain. Lawannya adalah rasa ikhlas. Di antara yang dapat menangkal sifat riya dan membangkitkan rasa ikhlas adalah firman Allah, “Barangsiapa mengharap berjumpa dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya (ikhlas),” (QS Al-Kahfi [18]: 110).
Kedelapan, sifat kikir. Kebalikannya adalah keyakinan akan hancurnya segala yang ada di tangan makhluk dan kekalnya segala yang ada di tangan Allah. Di antara yang dapat menangkal sifat kikir dan menumbuhkan sifat murah hati adalah firman Allah, “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal,” (QS Al-Nahl [16]: 96).
Kesembilan, sifat sombong. Lawannya adalah sifat tawadhu. Di antara yang dapat mengusir sifat sombong dan meninggikan sifat tawadhu adalah firman Allah, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu,” (QS Al-Hujurat [49]: 13).
Kesepuluh, sifat tamak dan berharap kepada makhluk. Lawannya adalah berhenti berharap kepada pemberian makhluk, di samping tentunya percaya atas apa yang ada di sisi Allah, serta bertakwa kepada-Nya. Di antara yang dapat menangkal sifat tamak dan menumbuhkan rasa putus asa terhadap pemberian makhluk adalah firman Allah, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar; dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS Al-Thalaq [65]: 2-3). (Lihat: Syekh Ibrahim as-Samarqandi, Tanbih al-Ghafilin, [Surabaya: Harisma], hal. 218).
Demikian pintu-pintu masuknya godaan setan pada diri manusia. Semoga kita bisa lebih mewaspadainya. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar