Mengembangkan Ruang
Baca
Judul Buku
: Mengembangkan Ruang Baca
Penulis
: John Wood
Penerbit
: Alvabet
ISBN
: 978-602-9193-47-3
Ketebalan
: 422 halaman
Cetakan
: Pertama, Mei 2014
Peresensi
: A Muchlishon Rochmat
Pendidikan adalah
senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. (Nelson Mandela)
Pendidikan merupakan
pondasi dasar suatu bangsa. Apabila pendidikannya bagus, maka bangsa tersebut
akan makmur sejahtera. Begitupun sebaliknya. Suatu bangsa akan kacau kalau
pendidikannya tidak beres. Negara-negara Barat, Jepang, Singapura, Korea
Selatan, dan negara maju lainnya bisa dipastikan bahwa masyarakatnya terdidik
dengan baik. Sementara di negara-negara miskin dan berkembang sebaliknya.
Pendidikan tidak bisa
dilepaskan dengan membaca. Bisa dibilang bahwa membaca adalah kunci daripada
pendidikan. Dari beberapa survei yang ada, masyarakat negara-negara maju itu
gemar membaca. Sementara negara-negara miskin dan berkembang memiliki minat
baca yang rendah dan bahkan sangat rendah. Hasil Studi Most Littered Nation In
the World 2016 menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia adalah 0,01
persen pertahun atau berada diperingkat enam puluh dari enam puluh negara yang
disurvei.
Orang tidak membaca
setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, masyarakat memiliki budaya membaca
yang lemah. Kedua, masyarakatnya tidak mampu untuk mengakses buku bacaan. Tipe
yang pertama biasanya mereka memiliki kemampuan untuk mengakses atau membeli
buku sementara yang kedua tidak kuat membeli buku tetapi mereka memiliki
semangat baca yang tinggi.
Adalah John Wood
seorang yang terus berupaya untuk membangun perpustakaan dan menyediakan akses
bacaan kepada anak-anak yang tidak memiliki akses sama sekali terhadap buku.
Pada usia tiga puluh lima tahun ia mengundurkan diri dari jabatan eksekutif di
Microsoft. Bersama dengan Erin Ganju dan Dinesh Shrestha, John membangun
Lembaga Swadaya Masyarakat Room to Read tahun 1999. Sebuah lembaga yang concern
dalam dunia pendidikan.
Buku Mengembangkan
Ruang Baca ini adalah kisah John Wood dalam membangun dan mengembangkan Room to
Read. Di buku ini, ia menceritakan dengan cukup detil bagaimana ia pertama kali
membangun sebuah perpustakaan di Bahundanda Nepal hingga akhirnya ia mampu
membangun sepuluh ribu perpustakaan di sepuluh negara –bahkan lebih- dalam
jangka waktu sepuluh tahun.
Dengan buku ini, John
berupaya untuk membuka mata kita semua bahwa ada ratusan juta bahkan milyaran
anak yang tidak memiliki akses terhadap buku bacaan karena mereka tidak
memiliki uang untuk membelinya. Padahal mereka memiliki keinginan untuk
membaca. John dengan timnya di Room to Read berusaha untuk menjembatani ‘jarak’
tersebut.
Di buku ini, John
menceritakan bahwa awalnya Room to Read fokus hanya membangun perpustakaan.
Namun karena adanya satu alasan tertentu, Room to Read juga membangun sekolah
dan juga mencetak buku.
Buku setebal 422
halaman ini menjadi sepenggal kisah bagi John dan timnya dalam mewujudkan
puluhan ribu perpustakaan, ribuan sekolah, dan ribuan judul buku di banyak
negara seperti Nepal, Kamboja, Vietnam, India, Bangladesh, Zambia, Laos, Sri
Lanka, Afrika Selatan, dan lainnya. Meski demikian, semangat untuk membangun
perpustakaan yang lebih banyak lagi masih terus membara. Seakan tidak pernah
terpuaskan jika melihat masih banyaknya anak yang tidak memiliki akses terhadap
buku.
Tidak selalu manis,
buku ini juga banyak mengungkap saat-saat sulit Room to Read. Salah satunya
adalah batalnya salah seorang donatur memberikan donasi. Padahal sebelumnya
donatur tersebut sudah berjanji untuk berdonasi dan tim sudah membuat rencana
pembangunan dan menyebar rencana tersebut. Kejadian ini tidak hanya terjdi satu
dua kali.
Tujuan John
mendirikan Room to Read hanya satu yaitu agar anak-anak dimanapun memiliki
akses terhadap literasi dan buku-buku yang ditulis dalam bahasa ibu mereka
sejak usia dini. Ia yakin bahwa apa yang dikatakan oleh Nelson Mandela itu
adalah benar adanya. Pendidikan adalah cara untuk memutus mata rantai
kemiskinan dan menciptakan kehidupan yang layak. Dan membaca adalah
kuncinya.
Room to Read menjadi
Non-Government Organization (NGO) yang tumbuh sangat cepat dan diperhitungkan.
Beberapa penghargaan yang diperoleh Room to Read adalah: memenangi lima kali
Social Capitalist Award dari Majalah Fast Company, menerima penghargaan dari
Skoll Foundation pada bidang inovasi gerakan sosial, Confucius Prize for
Literacy (UNESCO) di bidang keaksaraan. Karena transparansi, efektivitas, dan
efisiensinya, Room to Read mendapatkan rating empat bintang dari Charity
Navigator untuk manajemen fiskal yang sehat selama lima tahun
berturut-turut.
Selamat
membaca... []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar