Membenahi Lembaga
Pendidikan Islam
Judul Buku
: Pendidikan Islam: Memperkuat Umat dan
Memperkuat Kesadaran Bela Negara
Editor
: M Hamdar Arraiyyah dan Jejen Musfah
Penerbit
: Kencana
ISBN
: 978.602.422.028.0
Ketebalan
: 212 halaman
Cetakan
: Pertama, November 2016
Peresensi
: A Muchlishon Rochmat
Tidak bisa dipungkiri
bahwa lembaga pendidikan Islam memiliki kontribusi yang tidak sedikit untuk
mencerdaskan bangsa ini. Sistem pendidikan Islam sudah ada jauh sebelum sistem
pendidikan yang diperkenalkan Belanda itu ada di Nusantara. Ia sudah menjadi identitas
keindonesiaan, bukan hanya keislaman.
Dulu lembaga
pendidikan Islam identik dengan pesantren, namun seiring dengan perkembangan
zaman maka lembaga pendidikan Islam semakin bervariasi. Mulai pesantren
tradisional (salafiyah), pesantren modern (khalafiyah), madrasah diniyah,
madrasah ibtidaiyah sampai aliyah, perguruan tinggi Islam, dan ma’had ‘aly.
Semuanya memiliki model dan karakteristik masing-masing, namun satu hal yang
sama yaitu menjadikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai core pendidikan.
Buku Pendidikan
Islam: Memperkuat Umat dan Memperkuat Kesadaran Bela Negara ini membahas
tentang lembaga pendidikan Islam mulai dari pesantren hingga perguruan tinggi
Islam. Ringkasnya, buku ini memaparkan langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk meningkatkan performa lembaga pendidikan Islam.
Seperti yang kita
tahu, tidak sedikit lembaga pendidikan Islam, utamanya pesantren, yang
kondisinya sangat memprihatinkan. Sarana prasarana yang sangat minim, kurikulum
yang tidak menyinggung persoalan zaman, dan sistem pengajaran yang tidak up to
date. Memang, pesantren umumnya masih bersifat tradisionalis. Tetapi bukankan
kaidah yang dipakai adalah al-muahfadzatu ala qadimis salih wal akhdzu bil
jadidil aslah.
Buku ini menawarkan
kiat-kiat bagaimana lembaga pendidikan Islam menghadapi tantangan zaman yang
semakin komplek dan complecated. Seperti artikel dari Abd. A’la yang membahas
bagaimana strategi pesantren agar bisa menjadi pendidikan internasional.
Menurut dia, pesantren memiliki modal yang kuat untuk mengembangkan pendidikan
internasional. Mulai aspek sejarah hingga nilai-nilai yang melekat di
pesantren.
Misalnya, di dalam
sejarahnya pesantren memiliki peranan yang cukup signifikan dalam jaringan
religio-intelektual internasional. Bahkan, pesantren internasional menjadi mata
rantai penting jaringan tersebut pada abad ke tujuh belas dan delapan
belas.
Buku ini juga
menyajikan bagaimana madrasah terus bertransformasi dan menyesuaikan diri
sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Misalnya tulisan Jejen Musfah yang
mengupas soal madrasah negeri model. Ia menyebutkan, untuk membangun sekolah
model itu sesuatu yang tidak gampang, apalagi mempertahankannya di tengah
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Menurut dia, ada empat hal yang
seharusnya diperhatikan untuk menjadikan madrasah model yaitu terus menerus
memperbaiki kurikulum, melatih guru dan staf, fasilitas belajar yang baik dan
memadahi, dan kepala sekolah yang kompeten.
Buku setebal 212
halaman ini juga mengupas hal ihwal perguruan tinggi Islam. Mulai dari
persoalan integrasi keilmuan hingga internasionalisasi pendidikan tinggi Islam.
Semuanya diuraikan secara cukup rinci.
Selain itu, buku ini
juga mengungkapkan peran pendidikan Islam dalam membentuk karakter dan jatidiri
bangsa Indonesia yang majemuk. Bukankan inti dari pengajaran pendidikan agama
Islam adalah menebarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Itu sangat sesuai
dengan kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural.
Memang, buku ini
merupakan kumpulan artikel yang ditulis dari beberapa orang –bukan satu butu
utuh ditulis satu orang, namun demikian artikel-artikel tersebut menjadi
penyempurna bagi yang lainnya. Ada dua puluh sembilan artikel. Meski kadangkala
ada pengulangan bahasan, tetapi itu bisa menjadi titik tekan kepada pembaca bahwa
bagian tersebut merupakan bagian dasar yang dibahas di dalam buku ini.
Bagaimanapun,
pendidikan Islam sudah banyak berkontribusi kepada bangsa ini. Sudah saatnya,
pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian lebih
kepada lembaga pendidikan Islam agar bisa terus eksis dan berkembang serta
mampu menjawab tantangan zaman.
Lembaga pendidikan
Islam juga berhasil melahirkan ulama yang memiliki pengetahuan agama yang
sangat mendalam, bahkan pemikir keislaman dan keindonesiaan yang tidak hanya
terampil berdakwah lisan tetapi juga terampil menulis opini di koran dan
majalah, bahkan menulis buku yang berbobot. (hal. xii) []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar