Openbaar Vergadering
Nahdlatoel Oelama
Di dalam majalah
Swara Nahdlatoel Oelama, Oetoesan Nahdlatoel Oelama dan Berita Nahdlatoel
Oelama akan ditemukan openbaar vergadering. Begitu dalam majalah yang
diterbitkan Cabang NU Tasikmalaya, Al-Mawaidz.
Ini adalah cara-cara
NU untuk eksistensi pada awal pertumbuhan. Hampir setiap Cabang NU melakukan
hal ini. tidak hanya di Jawa, tapi mulai dari Ampenan hingga di Borneo
(Kalimantan).
Openbaar Vergadering
adalah pertemuan terbuka. Sebelum paertemuan, biasanya dipublikasikan di majalah
atau koran sebagai undangan terbuka tanpa batasan kalangan yang hadir. Istilah
tersebut digunakan majalah NU dari 1930-an hingga 1940-an.
Sebagaimana
acara-acara NU hari ini, Openbaar Vergadering dimulai dengan pembacaan
ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Di dalam Openbaar
Vergadering ini, seorang voorzitter (ketua) atau bestuur (pengurus) NU
menjelaskan maksud dan tujuan serta cita-cita NU berdiri. Kemudian satu per
satu kiai NU menjelaskan ajaran-ajaran agama Islam.
Di dalam pertemuan
itu pula NU menyangkal tuduhan-tuduhan pihak luar yang menejelek-jelekkan NU.
Di Tasikmalaya misalnya Openbaar Vergadering dijadikan sarana menjelaskan
kepada publik atas tuduhan NU menyebarkan agama merah.
Majalah mingguan NU
Tasikmalaya Al-Mawaidz No 20 edisi 26 Desember 1933 tahun ke-1 melaporkan bahwa
di sekitar daerah Citanduy ada membicarakan NU di belakang, tak berani
berhadapan langsung dengan pengurus NU. Mereka menyebut NU menyebarkan agama
beureum (agama merah).
Padahal
ajengan-ajengan dan pengurus NU jika menjelaskan agama selalu bersumber dari
Al-Qur’an dengan menyebut surat berikut ayatnya. Jika mengutip sebuah kitab,
disebut pengarangnya, jilidnya, halamannya, nomornya, juga titimangsanya. Hal
ini memang dipertegas kepada para ajengan NU supaya apa yang mereka katakan itu
tidak dianggap mengada-ada. Dengan demikian bisa terukur dan diketahui oleh
semua orang. Jika ada kekliruan juga bisa dikoreksi secara terbuka.
Pada Openbaar
Vergadering, biasanya NU mengundang wedana, camat, bupati, mantri polisi untuk
hadir. Tak hanya itu, mereka juga mengundang pers. Tak heran, makanya beberapa
kegiatan NU ada di surat kabar Sipatahoenan dan Shin Po dan koran-koran lain.
Dalam laporan Berita
Nahdlatoel Oelama maupun Al-Mawaidz, Openbaar Vergadering NU sering dihadiri
ribuan umat Islam. di Cirebon sampai dihadiri 6-7 ribu orang (lihat Berita
Nahdlatoel Oelama No 24 tahun ke-6 edisi 15 Oktober 1937).
Di Indramayu, karena
dihadiri sekitar 6-7 ribu orang, Openbaar Vergadering NU hampir dibubarkan
polisi. Untung Asisten Wedana Cirebon membantu meyakinkan polisi bahwa kegiatan
itu aman terkendali dan jauh dari politik.
Sebagaimana
diketahui, waktu itu, rapat-rapat terbuka seperti itu sebenarnya susah
mendapatkan izin. Namun NU selalu meyakinkan bahwa organisasinya hanya
membicarakan masalah keagaman, zonder politik. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar