KHOTBAH JUM'AT
Islam Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَّسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Islam hadir di bumi dengan membawa penekanan
pada prinsip tauhid sebagai pegangan utama hidup. Ia menjadi tonggak dari
keseluruhan sikap manusia, khususnya umat Islam, dalam menjalani tidak hanya
ibadah tapi juga muamalah (hubungan sosial). Tentang muamalah, tauhid
mengajarkan pengesaan mutlak kepada Allah dan pengakuan bahwa hanya Allah yang
mahaagung dan mahasempurna. Dari sini kita temukan kaitan yang sangat dekat
antara prinsip ketuhanan dan kemanusiaan. Sebab, tauhid secara tidak langsung
meniscayakan adanya kesetaraan bagi manusia karena derajat dan kelas paling
tinggi hanya milik Allah. Pembedaan derajat dan kelas pada tataran manusia
bersifat semu di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Karena itu, tidak ada satu pun yang berhak
mengklaim diri memiliki derajat lebih mulia hanya karena berasal dari ras atau
asal-usul primordial tertentu. Klaim semacam itu pernah dilakukan iblis pada
awal penciptaan manusia, dan akhirnya iblis terhempas dari surga dan menjadi
makhluk terkutuk selama-lamanya. Mula-mula Allah perintahkan para malaikat,
termasuk iblis, untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai tanda hormat. Perintah
penghormatan itu ditaati seluruh malaikat, tapi iblis dengan penuh kesombongan
membangkang dari perintah tersebut.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ. قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
“Allah berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu
bersujud (kepada Adam) ketika Kuperintahkan kepadaMu?’ Iblis menjawab, ‘Kami
lebih baik daripada dia: Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Kauciptakan
dari tanah’.” (QS al-A’raf: 12)
Jamaah sidang Jumat hadâkumullah,
Manusia dan kemanusiaan menjadi perhatian
yang serius dalam Islam. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pertama kali mensyiarkan agama ini, kondisi negeri Arab sedang dirundung
kebejatan moral dan pelecehan nilai-nilai kemanusiaan yang parah. Perang dan
pertumpahan darah lantaran fanatisme antarsuku terjadi di mana-mana. Kaum
perempuan dinjak-injak martabatnya—bahkan berkembang perilaku mengubur
hidup-hidup bayi perempuan karena dianggap tak berguna dan memalukan keluarga.
Perjudian dan eksploitasi ekonomi terhadap kaum miskin melalui riba marak.
Dengan demikian betapa berat misi Nabi kala
itu. Beliau tidak hanya hendak membersihkan paganisme atau penyembahan terhadap
berhala, tapi juga menata moral masyarakat Arab yang dilanda kelangkaan rasa
kemanusiaan yang akut. Tentang misi ini, Rasulullah pernah mendeklarasikan diri
bahwa beliau diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak.
Perhatian Islam terhadap manusia dan
kemanusiaan ini eksplisit dalam Islam. Al-Qur’an Surat al-Isra’ ayat 70
menyebut, “walaqad karramnâ banî âdam (dan telah Kami muliakan anak cucu
Adam/manusia). Ayat menggunakan redaksi karramnâ (Kami [Allah] mulaikan) yang
berarti bahwa manusia mulia bukan saja karena ada manusia lain yang memuliakan
tapi memang Allahlah yang memuliakannya.
Jamaah sidang Jumat hadâkumullah,
Pesan kemanusiaan lain juga sangat jelas
disampaikan Rasulullah dalam haji wada’ pada tahun ke-10 hijriah. Saat itu
Rasulullah seperti memberi isyarat melalui pidato tentang tanda-tanda bahwa
beliau akan meninggalkan dunia ini. Para sahabat yang peka akan tanda-tanda itu
tak kuasa membendung tangis dan haji wada’ itu pun diwarnai banjir air mata dan
kesan yang mendalam. Di tengah suasana haru biru tersebut, sebuah pesan
substansial keluar dari lisan Rasulullah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلاَلِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلاَ لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى. رواه أحمد والبيهقي والهيثمي
"Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya
Tuhanmu adalah satu, dan nenek moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa
Arab terhadap bangsa lain. Tidak ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa
Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah terhadap orang yang
berkulit hitam. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam terhadap yang
berkulit merah. Kecuali dengan taqwanya.." (HR. Ahmad, al-Baihaqi, dan
al-Haitsami).
Pidato Rasulullah tersebut pengandung pesan
yang mendalam atas nilai-nilai kemanusiaan. Beliau memulainya dengan seruan “yâ
ayyuhan nâs” (wahai manusia). Rasulullah tentu tahu bahwa pada momen haji wada’
mayoritas—bahkan mungkin semuanya—yang ada di hadapan beliau adalah orang
mukmin. Tapi Nabi tidak menggunakan redaksi “yâ ayyuhal ladzîna âmanû” (wahai
orang-orang beriman). Hal ini menandakan bahwa substansi ajaran yang beliau
pidatokan bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia. Pidato tersebut
keluar lebih dari 10 abad sebelum deklarasi Hak Asasi Mansia (HAM) oleh PBB
pada 1948.
Hadits Nabi tersebut menegaskan kembali
tentang prinsip tauhid, juga tentang muasal bapak yang satu (yakni Nabi Adam),
baru disusul peringatan tentang prinsip kesetaraan manusia. Lagi-lagi ini
meneguhkan logika yang di awal tadi disampaikan bahwa berangkat dari tauhid,
pengakuan terhadap kesetaraan manusia muncul. Manusia bersumber dari satu
leluhur yang dimuliakan Allah sehingga tidak boleh seorang pun membuat klaim
keistimewaan bangsanya, rasnya, bentuk fisiknya, asal daerahnya, dibandingkan
orang lain. Soal derajat kemuliaan, Islam memberi kriteria khusus, yaitu takwa.
Artinya, segenap prestise manusia diukur oleh dan dikembalikan kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Hal ini juga senada dengan seruan lain dalam
Al-Qur’an:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
"Wahai manusia sesungguhnya Kami
menciptakan kamu sekalian dari seorang pria dan seorang wanita dan kami
menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku, agar kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantaramu di sisi Allah ialah orang yang
saling bertaqwa". (Q.S. al-Hujarat:13).
Jamaah sidang Jumat hadâkumullah,
Pesan lainnya dalam haji wada’ yang tak kalah
pentingnya adalah imbauan Rasulullah untuk membuktikan diri sebagai mukmin dan
muslim yang baik dengan menjamin hak-hak hidup dan ekonomi orang lain, dan
tentu saja dengan senantiasai meningkatkan ketaatan dan manjauhi
larangan-larangan Allah.
Imam Ahmad menriwayatkan hadits yang
berbunyi:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ : أَلا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ ؟ الْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذُّنُوبَ
Artinya: “Nabi SAW bersabda saat haji wada’,
‘Maukah kalian kuberitahu pengertian mukmin? Mukmin adalah orang yang
memastikan dirinya memberi rasa aman untuk jiwa dan harta orang lain. Sementara
muslim ialah orang yang memastikan ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang
lain. Sedangkan mujahid adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam keta’atan
kepada Allah SWT. Sedangkan orang yang berhijrah (muhajir) ialah orang yang
meninggalkan kesalahan dan dosa.”
Jamaah sidang Jumat hadâkumullah,
Mari kita selalu panjatkan doa agar kita
tetap menjadi manusia yang berbudi luhur, manusia yang menghormati kemanusiaan
dirinya dan orang lain, dan manusia yang berserah diri kepada Allah. Semoga
Allah selalu membimbing kita semua untuk tetap dalam jalan keridhaan-Nya.
بَارَكَ
الله
لِي
وَلَكُمْ
فِى
اْلقُرْآنِ
اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِي
وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ
مِنْ
آيَةِ
وَذِكْرِ
الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ
اللهُ
مِنَّا
وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ
وَإِنَّهُ
هُوَ
السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ،
وَأَقُوْلُ
قَوْلِي
هَذَا
فَأسْتَغْفِرُ
اللهَ
العَظِيْمَ
إِنَّهُ
هُوَ
الغَفُوْرُ
الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar