Tiga Tanda Orang Bertawakal
Menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad
Salah satu tanda orang mukmin sejati adalah
memiliki sikap tawakal kepada Allah subhânahu wata‘âlâ. Tawakal merupakan
bagian dari buah tauhid. Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam
kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar
Al-Hawi, 1994, hal. 179) menjelaskan tentang tiga tanda orang yang benar-benar
bertawakal sebagai berikut:
وللمتوكل
الصادق ثلاث علامات: الأولى أن لا يرجوغيرالله ولا يخاف إلا الله، وعلامة ذالك أن
لا يدع القول بالحق عند من يُرجى و يُخشى عادة من المخلوقين كالأمراء والسلاطين
“Ada tiga tanda bagi orang yang bertawakal
dengan sebenarnya, yakni pertama, tidak berharap kecuali kepada Allah sekaligus
tidak takut kecuali kepada-Nya. Hal itu ditandai dengan keberaniannya
mengatakan sesuatu yang benar di hadapan seseorang yang umumnya orang memiliki
harapan sekaligus merasa takut kepadanya seperti para amir dan raja.”
Tanda pertama ini berkiatan erat dengan apa
yang diucapkan seorang Muslim dalam setiap menunaikan shalatnya, yakni pada
saat membaca surah Al-Fatihah, ayat 5:
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya kepada Engulah kami menyembah dan
hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.”
Wujud menyembah dan memohon pertolongan hanya
kepada Allah tentu saja tidak hanya berupa shalat, tetapi juga dalam bertawakal
kepada-Nya dalam seluruh urusan hidup dan mati. Orang-orang yang benar-benar
bertawakal kepada Allah tidak merasa takut untuk berkata benar di depan
para penguasa maupun orang-orang kaya yang bisa memberikan fasilitas apa
saja.
Demikian pula mereka tidak takut berkata
“tidak” ketika suatu persoalan bertentangan dengan apa yang telah disyariatkan
oleh Allah meskipun mendapat ancaman atau hukuman dari para penguasa maupun
dari orang-orang kaya yang bisa memberikan fasilitas apa saja. Jadi orang yang
bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya akan menyerahkan seluruh
urusannya kepada Yang Maha Satu semata sehingga tidak ada yang mereka takuti
kecuali Allah.
والثانية
أن لا يدخل قلبه همُّ الرزق ثقة بضمان الله بحيث يكون سكون قلبه عند فقد ما يحتاج
اليه كسكونه في حال وجوده وأشد
Artinya: “Kedua, tidak pernah merisaukan
masalah rezeki disebabkan merasa yakin akan adanya jaminan Allah sehingga
hatinya tetap tenang dan tentram di kala suatu keuntungan luput darinya, sama
seperti di kala ia memperolehnya.”
Tanda kedua ini berkaitan erat dengan jaminan
Allah tentang rezeki sebagaimana termaktub dalam surah Al-An’am, ayat
151:
نَحْنُ
نَرْزُقُكًمْ وَإِيَّاهُمْ
Artinya: “Kamilah yang memberikan rezeki
kepadamu dan kepada mereka.”
Orang-orang yang benar-benar bertawakal
kepada Allah tidak menujukkan kekhawatiran dan ketakutannya berkaitan
dengan rezeki bagi dirinya maupun bagi orang-orang yang menjadi tanggungannya.
Hal ini disebabkan mereka meyakini kebenaran surah Al-An’am, ayat 151 di atas.
Allahlah yang memberi rezeki kepada setiap makhluk yang diciptakannya.
Oleh karena itu, orang-orang yang benar-benar
bertawakal kepada Allah tetap merasa tenang ketika kesulitan ekonomi
sedang melanda baik dalam sekala terbatas mapun luas sebagaimana ketika ekonomi
sedang dalam puncak kesuksesan. Seorang karyawan perusahaan yang terkena PHK
karena sesuatu hal sedangkan ia benar-benar bertawakal kepada Allah tentu
bersikap tenang karena meyakini “Bos Besar” tidak pernah mem-PHK siapapun.
Dialah – dan bukan bos kecil - yang memberinya rezeki lewat pintu mana saja
yang Dia kehendaki.
والثالثة
أن لا يضطرب قلبه في مظان الخوف علما منه أن ما أخطأه لم يكن ليصيبه وما أصابه لم
يكن ليخطئه
“Ketiga, tidak pernah hatinya terguncang pada
saat diperkirakan akan datangnya suatu bahaya disebabkan ia yakin sepenuhnya
bahwa tak satu pun ditetapkan ia terhindari darinya, akan tetap menimpanya; dan
tak satu pun ditetapkan akan menimpanya, akan terhindar dari dirinya.”
Tanda ketiga ini berkaitan dengan keyakinan
akan ketetapan Allah. Orang-orang yang benar-benar bertawakal kepada
Allah tentu bersikap tenang menghadapi segala keadaan yang mungkin
terjadi disebabkan keridhaannya atas apa yang telah ditetapkan-Nya. Ancaman
bahaya sebesar apapun tidak akan mengguncangkan jiwa mereka. Mereka meyakini
apa yang akan terjadi kepada mereka hanyalah apa yang telah
ditetapkan-Nya.
Singkatnya, orang-orang yang benar-benar
bertawakal kepada Allah akan terlihat tanda-tandanya dari tiga hal.
Pertama, mereka mandiri dan berani dalam mengatakan kebenaran tanpa rasa takut
akan hukuman dari orang-orang berkuasa dan berpengaruh. Kedua, mereka tidak
merisaukan soal rejeki karena meyakini Allah telah menjamin rezeki bagi semua
yang diciptakan-Nya. Ketiga, mereka bersikap tenang terhadap musibah yang akan
menimpa atau tidak akan menimpa mereka karena mengimani takdir dan iradat
Allah. []
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar