Selasa, 25 September 2012

(Ngaji of the Day) Menghentikan Kekerasan Sektarian


Menghentikan Kekerasan Sektarian

Oleh: Mukhlisin


Sungguh memprihatinkan. Lagi-lagi negara Indonesia dikotori dengan adanya konflik antara penganut paham Syi’ah dan Sunni pada 26 Agustus 2012 di Sampang, Madura. Sampai sekarang, konflik antara sekte Syi’ah dan Sunni tersebut belum bisa dituntaskan. Jika tidak segera diselesaikan, maka konflik tersebut akan tereskalasi menjadi lebih besar.


Bentrok antara penganut paham Syi’ah dan kaum Sunni merupakan tragedi yang seharusnya tidak terjadi. Banyak isu yang melatarbelakangi kasus itu, ada yang mengatakan masalah asmara, ada yang mengatakan karena konflik pribadi, dan ada pula yang mengatakan disebabkan oleh emosi masyarakat yang dipicu oleh kebandelan atau kekolotan golongan Sy’iah yang masih menyebarkan ajarannya.


Sangatlah aneh dan memalukan jika antara golongan Islam saling bermusuh-musuhan. Kita tahu bahwa kedua kelompok itu berasal dari kalangan muslim. Meskipun ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Golongan Sunni mempunyai rukun iman enam, sedangkan Syi’ah hanya ada lima. Yaitu, iman kepada Allah, nabi-nabi-Nya, Hari Qiyamat, Imamah (Khilafah), dan keadilan. Namun, pada dasarnya tujuan mereka adalah sama, yaitu mengabdi, pasrah, dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Islam itu Damai


Nabi Muhammad pernah berkata bahwa, “Perbedaan di antara ummatku adalah rahmat”. Dari hadits tersebut jelaslah bahwa Nabi tidak pernah melarang ummatnya untuk memiliki pandangan yang berbeda. Akan tetapi, beliau tidak menginginkan ummatnya saling membenci, bahkan bermusuhan. Sebab, hal itu akan membuat Islam menjadi hancur berantakan sehingga sulit untuk mengalami kemajuan.


Lebih tegas lagi Nabi Muhammad mengatakan, “Orang mukmin bagi mukmin lainnya bagaikan bangunan yang satu sama lain saling menguatkan”. Dalam hadits itu Nabi menginstruksikan kepada ummatnya untuk saling hidup damai dan bersatu, sehingga bisa membentuk benteng yang solid dan kokoh yang tidak mudah digoyahkan atau dihancurkan oleh lawan.


Namun, apa jadinya jika ummat Islam saling bentrok dan berpecah-belah. Mampukah Islam menjadi lebih baik dan maju. Kiranya sangatlah sulit untuk menjadi maju jika tidak ada persatuan dan kesatuan di antara ummat Islam. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, yaitu kehancuran.


Oleh sebab itu, dipandang sangat perlu bagi setiap muslim untuk memahami nilai-nilai ajaran Islam, khususnya kaum Sunni dan Syi’ah. Islam bukanlah agama yang mengajarkan ummatnya untuk bertindak kekerasan yang mengedepankan otot dan kekuatan fisik. Melainkan Islam adalah agama perdamaian yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan juga persatuan. Jika ada ummat Islam yang masih melakukan kekerasan, maka itu bukanlah Islam.


Islam adalah agama “Rahmatan lil ‘alamin” yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. Maka dari itu, sangatlah keliru jika masih ada sebagian kaum muslim berdakwah dengan kekerasan dan mengataskan dirinya sebagai ummat Islam. Perbuatan seperti bukanlah rahmat, akan tetapi ‘laknat’.


Perlu kita ketahui bahwa, ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad merupakan kelanjutan dari ajaran Nabi Ibrahim. Dulu, ketika pada masa Nabi Ibrahim, tidak mengenal adanya komunalisme dan sektarianisme (baca: Fiqih Lintas Agama). Karena hal itu akan melahirkan sikap primordial sehingga setiap golongan menganggap dirinyalah yang paling benar. Ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim adalah Al-Hanifiyah Al-Samhah (kecondongan yang lapang/toleran).


Jadi, Islam sangat menganjurkan bahkan mewajibkan ummatnya untuk bersikap toleransi. Baik antara sesama muslim maupun non-muslim. Sebab, tanpa adanya toleransi, maka yang terjadi adalah sikap saling fanatik sehingga sangat berpotensi munculnya pertentangan.


Dan yang tidak kalah penting, sebagai ummat Islam kita harus tahu bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Tuhan adalah orang yang bertaqwa (Muttaqin). Bukan orang yang berstatus Islam akan tetapi tidak mau menjalankan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam. Percuma saja menganggap diri kita Islam namun tidak pernah berbuat kebaikan. Apalagi berbuat kekerasan yang bisa menyebabkan kehancuran.


Untuk itu, kiranya perlu bagi ummat Islam yang masih bertindak kekerasan untuk memamahi hakikat Islam. Agama Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan dan permusuhan. Akan tetapi Islam itu sangat mengedepankan iman, ilmu, dan amal shaleh. Harus diketahui bahwa Tuhan menilai hamba-hambaNya bukan dari agamanya, akan tetapi berdasarkan keimanan dan juga amal perbuatannya. Jika kita senantiiasa berbuat kebajikan, maka kelak akan mendapatkan kenikmatan. Demikian pula sebaliknya. Jika kita berbuat kejahatan, maka kelak akan mendapatkan kesengsaraan.


Imbauan

Dalam konteks ini, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan. Sudah seharusnya pemerintah memberikan perlindungan dan keamanan bagi rakyatnya. Konflik antara penganut paham Syi’ah dan Sunni sangat riskan jika tidak segera dihentikan. Masyarakat yang pada dasarnya tidak ikut menanggung dosa pun bisa saja menjadi korban.


Maka dari itu, secepatnya pemerintah memerintahkan kepada seluruh aparat kepolisian dan juga Intelejen untuk mencari tahu akar permasalahan dari konflik tersebut. Jika itu disebabkan oleh konflik pribadi, maka lebih mudah untuk diselesaikan. Akan tetapi jika tidak, maka pemerintah harus mampu mempertemukan kedua belah pihak untuk mendamaikannya.


Selain itu, peran media massa juga sangat penting. Media massa yang menjadi salah satu aset maju tidaknya negara tentu harus bisa memberikan kontribusi yang baik terhadap keadaan masyarakat. Jangan hanya menyuguhkan masalah akan tetapi tidak bisa memberikan solusi permasalahan. Oleh sebab itu, dalam hal ini, media massa perlu untuk menampilkan berita-berita yang berbau pendidikan agar bisa menyadarkan masyarakat. Media juga harus menampilkan tulisan-tulisan yang memuat tentang solusi terhadap konflik antara sekte Syi’ah dan Sunni. Dengan demikian, diharapkan konflik tersebut bisa berhenti secepatnya. Semoga. Wallahu a’lam bi al-shawab. []

 

* Pegiat di Pusat Kajian Islam IAIN Walisongo Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar