Gerakan Muslim Sederhana
Oleh Dito Alif Pratama
Budaya hedonisme kian memasyarakat di Indonesia, tidak hanya pemerintah negaranya, bahkan masyarakat kelas menengah ke bawah pun turut memanjakan virus akut tersebut. Perilaku hedonisme yang dipertontonkan pemerintah pun sangat beragam, antara lain, pamer harta kekayaan, pamer jabatan hingga fasilitas serba mewah yang dimilikinya yang kesemuanya tak lebih dari pemberhalaan nafsu sesaat mereka semata. Bahkan untuk masyarakat golongan kelas menengah ke bawah pun sudah banyak yang terbawa arus zaman, mulai dari cara berpakaian yang berlebihan, cara bertutur kata dan bersosial hingga sudut pandang.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Tentu hal demikian amat bertolak belakang dengan ajaran Islam yang mengajarkan kita nilai kesederhanaan dan larangan boros dalam hal men tasharruf kan harta dan apapun yang kita miliki. Dalam Islam, prilaku boros adalah pekerjaan syaitan, dan syaitan amat kufur kepada Tuhannya. Lantas, Apakah kita hendak menjerumuskan diri kita kepada kekufuran lantaran membiasakan diri dengan prilaku hedonis dan boros harta? Tentu Tidak. Dari ini, langkah konkret yang harus kita lakukan adalah bagaimana membiasakan budaya sederhana dalam kehidupan. Dengan kata lain, gerakan Muslim sederhana.
Hidup sederhana bukan berarti miskin, sederhana berarti cukup dan mencukupi segala kebutuhan hidup, kebutuhan rohani, jasmani, maupun materi. Cukup disini tentu memiliki makna yang luas, dalam artian adalah bagaimana kita selalu mensyukuri nikmat yang ada (qona’ah) dengan apa yang kita miliki, dan terus berusaha dengan maksimal mendapatkan yang lebih, dengan begitu kita akan selalu merasa bahagia dalam kehidupan. Dari ini bisa dipahami bahwa konsep sederhana yang tengah kita bincang adalah sebuah kepantasan dan kewajaran tanpa memaksakan sesuatu yg diluar jangkauan kita. Jalankanlah apa yang ada saja yang masih dalam jangkauan dan kemampuan.
Meminjam istilah Musthofa Bisri, Sederhana hendaknya menjadi pondasi kehidupan umat Islam, sederhana dalam ibadah, sederhana dalam cinta dan sederhana dalam hidup.
Dalam hal ibadah, Islam adalah agama yang agung yang senantiasa mengajak para pemeluknya untuk menyembah Rabb semesta alam dengan tidak berlebih-lebihan. Pakaian untuk ibadah tidak mesti harus selalu baru, asal layak dan suci. Sederhana bukan berarti kita kikir, justru harus membuat kita terus berupaya menginfakkan maupun menshadaqahkan kelebihan harta yang kita punya.
Sederhana dalam cinta pun memiliki makna yang luas, cinta adalah anugerah yang agung dari sang kuasa, cinta mampu memberikan kedamaian bagi pengempu cinta, cinta pun kerap menjadi “obor” penerang dalam gelapnya malam, namun terkadang cinta juga bisa mendatangkan mudharat dan kerugian hingga kegalauan tiada tara bagi manusia. Dalam mewujudkan sebuah konsep cinta yang sederhana. Ada sebuah pernyataan menarik, Ahbib habiibaka haunanmaa asaa an yakuuuna baghiidoka yaumanma, wabghid baghiidoka haunanma asaa an yakuuna baghidoka yaumanma. “Cintailah orang yang kamu cintai secukupnya (sederhana), bisa jadi mereka akan menjadi orang yang kau benci, bencilah orang yang kau benci secukupnya, bisa jadi ia akan menjadi orang yang kau cinta.
Dari ini dipahami, betapa kita harus berusaha untuk senantiasa tidak berlebihan dalam mencintai orang lain, cinta yang saya maksud dan fokuskan disini adalah cinta akan harta, tahta, wanita. Karenanya cukup kita berupaya untuk bagaimana tidak mencinta kesemuanya secara berlebihan agar tidak sakit hati pada akhirnya. Cukuplah muara cinta kita yang sebenarnya bagaimana kita mencintai Allah dan berusaha mendapatkan cintanya, itulah cinta hakiki dan sebenarnya.
Yang juga penting adalah membiasakan diri untuk hidup sederhana dalam kehidupan. Terus berpikir untuk mendapatkan harta yang berlebih dalam kehidupan hanya akan menyebabkan kita galau dalam hidup. Dalam konteks ini, lebih tepat lagi bagaiamana kita menjauhkan diri dari budaya hedonisme yang kian menjamur di masyarakat kita.
Pada hakikatnya, konsep hidup sederhana akan mengawal masyarakat kita untuk terus bangkit daru keterpurukan dan kemiskinan. Masyarakat akan senantiasa berusaha menjauhi diri dari perilaku hedonis yang hanya terkesan menghambur-hamburkan harta secara cuma-cuma, pun dengan pemerintah apabila mereka sadari bahwa hidup sederhana adalah anugerah, sudah barang tentu membuat mereka bahagia dengan harta dan kekayaan yang mereka miliki, dengan begitu tidak akan lagi ada korupsi di negara kita.
Memang, hidup dengan segala ketercukupan harta dan kebutuhan tentu menjadi akan selalu jadi harapan manusia. Adalah hal yang lumrah manakala manusia menginginkan hal yang demikian, karena manusia dianugerahi nafsu oleh Allah SWT yang harus senantiasa kita jaga. Hanya saja, nafsu akan dunia dan material yang menggerogoti pikiran kita justru lebih banyak mendatangkan mudhorot bagi perilaku kita. Sudah sebaiknya kita tinggalkan.
Mulai saat ini, mari sama-sama kita renungkan bersama makna dan hakikat hidup sederhana yang sebenarnya, lalu kita terapkan dalam kehidupan kita. Karena justru hal yang demikian pula yang akan mengantarkan kita kepada rasa syukur, qonaah hingga cinta kepada yang Maha kuasa. Saatnya kita wujudkan gerakan muslim sederhana.
* Pemerhati sosial keagamaan Farabi Institute IAIN Walisongo Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar