Rabu, 12 September 2012

Adhie: DR Rizal Ramli, Playmaker Kabinet Gus Dur


DR Rizal Ramli, Playmaker Kabinet Gus Dur

Oleh Adhie M Massardi

 

DALAM pemerintahan, Gus Dur menggunakan pola kepemimpinan (manajer) sepakbola. Anggota kabinet dipilih dari orang-orang yang memiliki karakter, visi dan kemampuan sesuai pola pemerintahan yang hendak dibangunnya. DR Rizal Ramli dipasang sebagai Menko Ekonomi karena gagasan dan karakternya yang berpihak (kepada rakyat) sesuai jalan politik ekonomi Gus Dur.

 

Banyak orang tahu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah penggemar berat sepakbola. Bahkan sebelum mengalami gangguan serius pada penglihatannya akibat diabetes, Gus Dur banyak ditanggap media massa sebagai komentator bola yang analisanya sering mencengangkan.

 

Tapi sedikit orang yang tahu bahwa sepakbola bagi Gus Dur bukan sekedar hobi dan tontonan menghibur. Ada filsafat sepakbola modern, antara lain fair play, team work, dan dinamika organisasinya yang fleksibel, membuat Gus Dur terpesona, yang kemudian banyak mempengaruhinya dalam mengambil keputusan, khususnya dalam menjalankan roda pemerintahan.

 

Kabinet Persatuan Nasional dibentuk Gus Dur (Oktober 1999) dengan konsep membangun sebuah tim nasional (timnas) sepakbola itu. Sebagaimana di negara-negara lain, timnas dibangun bukan untuk menghadapi klub-klub lokal. Tapi untuk menghadapi persaingan dan berkompetisi dengan timnas (pemerintahan) negara-negara lain. Bahkan negara-negara kuat seperti AS dan Eropa.

 

Oleh sebab itu, meskipun pemerintahan Gus Dur dibangun oleh kekuatan koalisi (Poros Tengah) di parlemen, tapi menteri-menteri dari parpol pendukung tetap diseleksi dengan standar kapasitas dan integritas yang mumpuni. Apabila di lapangan ternyata kemudian kurang perform, Gus Dur tak segan-segan menggantinya. “Karena (kabinet) ini bukan sekedar untuk menyenangkan parpol pendukung, sebab taruhannya nasib rakyat,” demikian alasan Gus Dur.

 

Makanya, untuk pos-pos penting, terutama yang menyangkut policy kenegaraan dan harus head to head dengan negara-negara besar, seperti Menko Ekonomi, Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan dan Mendagri, Gus Dur memilih sendiri. Jadi tidak dikompromikan dengan pihak lain.

 

Akan tetapi berbeda dengan anggota kabinet lainnya, DR Rizal Ramli sejak awal memang diproyeksikan Gus Dur sebagai playmaker kabinet (bidang ekonomi). Para penggemar bola pasti paham betapa pentingnya peran playmaker dalam kesebelasan. Karena di lapangan, ia menjadi wakil langsung, menjadi representasi pelatih (presiden) dalam mengatur pola pertahanan dan penyerangan.

 

Sekedar mengingatkan, beberapa playmaker di dunia sepakbola yang terkenal adalah Andreas Pirlo (AC Milan), Xavi Hernandes dan Andres Iniesta yang membawa Spanyol menjuarai Piala Dunia (2010) dan Piala Eropa (2012), Zico dari Brazil, Michel Platini dan Zenedine Zidane (Prancis), Maradona dan Lionel Messi (Argentina) dan legenda sepakbola Jerman Franz Beckenbauer dan Belanda Johan Cruyff.

 

Makanya, meskipun (mulanya) ditempatkan sebagai Kepala Bulog, tapi perannya bukan hanya mengatur keseimbangan dan mengelola persediaan beras di gudang. Rizal Ramli di Bulog didaulat untuk membangun sektor pertahanan (pangan). Sebab rumusannya, negara yang berpenduduk lebih dari 50 juta jiwa, kebutuhan pangannya tidak boleh tergantung dari pasokan negara lain.

 

Untuk itu, Rizal Ramli harus berhadapan bukan hanya dengan para mafia beras di dalam negeri, tapi juga kekuatan (negara) asing yang selama ini memaksakan produk-produk pertanian negaranya untuk menguasai pasar domestik. Maka ia harus memberikan umpan-umpan matang kepada Menteri Pertanian, Perdagangan, Luar Negeri dan Menteri Keuangan.

 

Setelah dalam waktu beberapa bulan berhasil manata ulang peran dan policy Bulog, termasuk menertibkan rekening liar di sana, dan bidang pertanian secara umum berhasil meningkatkan kesejahteraan para petani, Gus Dur meminta Rizal Ramli masuk ke inti persoalan, menata politik ekonomi nasional, sebagai Menteri Koordinator bidang Ekonomi dan Keuangan.

 

Pertimbangan Gus Dur mengangkat Rizal Ramli menjadi Menko Ekonomi, karena doktor ekonomi lulusan Boston University ini adalah tokoh pergerakan yang memiliki konsep dasar meningkatkan perekonomian domestik, sesuai konstitusi UUD 1945. Sementara pada saat yang sama, Indonesia masih berada dalam cengkeraman kekuatan ekonomi neo-liberal (IMF, Bank Dunia, AS) yang memiliki banyak anteknya di dalam negeri.

 

Karena visi dan karakter Rizal Ramli yang kuat dalam keberpihakannya kepada perekonomian domestik, dalam rapat-rapat kabinet Presiden Gus Dur nyaris tak pernah memberikan instruksi apa pun dalam bidang ekonomi. Gus Dur hanya memantau dari jauh, dan memberikan dukungan politik secara signifikan dalam setiap langkah yang dilakukan Menko Ekonominya. Termasuk ketika memaksa pihak Freeport dan juga IMF untuk duduk kembali di meja perundingan guna meninjau ulang perjanjian (kontrak) dengan pemerintah Indonesia sebelumnya karena dianggap tidak adil dan merugikan rakyat Indonesia.

 

Gus Dur memang sangat percaya pada integritas dan kemampuan Rizal Ramli. Bahkan karena merasa sesama orang pergerakan, tak jarang juga Gus Dur membicarakan masalah perkembangan politik dan keamanan nasional. Bahkan untuk menyelesaikan persoalan di Aceh, Gus Dur secara khusus meminta DR Rizal Ramli untuk membantu Menko Polhukham Jenderal TNI (Pur) Susilo Bambang Yudhoyono. Karena dalam pandangan Gus Dur, persoalan di Aceh bukan hanya soal politik dan keamanan semata. Tapi juga menyangkut masalah ekonomi.

 

Kepercayaan Gus Dur kepada DR Rizal Ramli memang tidak berlebihan. Sebab kalau kita melihat kembali ke belakang, di masa pemerintahan Gus Dur perekonomian nasional nyaris tak mempunyai persoalan berarti. Bahkan kehidupan ekonomi para petani (cokelat, cengkeh, kopra, dll), juga industri kecil dan menengah, berada di titik paling meyakinkan. Panen dan harga produk pertanian sangat menggembirakan para petani.

 

Persoalan paling krusial di era Gus Dur terjadi di bidang politik dan keamanan, yang digawangi oleh Menko Polhukham Susilo Bambang Yudhoyono.

 

Setelah tidak berada di pemerintahan, Gus Dur dan Rizal Ramli masih sering melakukan komunikasi. Membicarakan persoalan bangsa yang kian memrihatinkan. Dibicarakan juga berbagai kebijakan pro-perekonomian domestik yang dulu dijalankan kedua tokoh tersebut, semuanya nyaris sudah ditinggalkan. Dominasi asing di hampir semua sektor kehidupan semakin menguat.

 

Karena kian gerah melihat perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di republik ini, maka dalam sebuah pertemuan dengan Megawati di rumah Ketua Umum PDIP di Jl Teuku Umar, pada 2008, Gus Dur pernah menyarankan “mantan wapresnya” itu agar Mbak Adhis, panggian akrab Gus Dur kepada Megawati, menyalonkan Rizal Ramli dan Prabowo dalam pilpres 2009.

 

Ada dua alasan kenapa Gus Dur menyarankan Megawati untuk menyalonkan Rizal Ramli dalam pilpres 2009. Pertama, Gus Dur melihat kekuatan Yudhoyono sebagai incumbent sudah menguasai birokrasi eksekutif, legislatif, yudikatif, kepolisian, kejaksaan, TNI dan lembaga-lembaga bisnis, bahkan KPU di seluruh Indonesia. Makanya, tidak mudah bagi Megawati yang pernah jadi presiden menghadapi keadaan yang sudah seperti itu.

 

Alasan kedua, yang bisa menghadapi kekuatan konsolidasi uang, birokrasi dan mobilisasi seperti itu, menurut Gus Dur, hanya kekuatan pergerakan yang ideologis dan relatif bersih, serta bukan bagian dari “masa lalu” yang bermasalah. Dan persyaratan itu ada pada DR Rizal Ramli.

 

Tapi terlepas dari dua alasan di atas, untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang sangat krusial seperti sekarang ini, memang hanya orang yang memiliki integritas, leadership, kompetensi dan keberpihakan yang nyata kepada bangsanya.

 

Gus Dur meyakini semua persyaratan itu ada pada diri Rizal Ramli karena sudah pernah melihat dan membuktikan sendiri integritas dan elan perjuangan Rizal Ramli sebagai pemikir, pejuang dan pelaksana gagasan-gagasan kebangsaannya. [***]

 

Penulis adalah Juru Bicara Presiden era pemerintahan KH Abdurrahman Wahid.

 

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar