Pasukan Semut Untuk Target Balas Dendam Bulog
Senin, 17 September 2012
Meski pengadaan beras tahun ini sudah mencapai 3,1 juta ton, Dirut Perum
Bulog Sutarto Alimoeso masih terus keliling daerah.
Hari Minggu kemarin, misalnya, Sutarto masih “liburan” di sawah-sawah di
sekitar Jogja.
“Tahun ini, target kami 3,6 juta ton,” katanya. Sebuah target yang ambisius
yang membuat seluruh jajaran Bulog kerja keras tanpa weekend.
Bulog memang seperti sedang “balas dendam”: target satu tahun itu dibuat
sama dengan hasil pengadaan beras selama dua tahun sebelumnya dijadikan satu.
Bulog pun mengerahkan “pasukan semut” yang merayap ke desa-desa dan ke
sawah-sawah di seluruh Indonesia. Seluruh jajaran pemerintah memang terlihat
all out tahun ini. Besarnya impor beras tahun lalu (dan tahun sebelumnya)
memang cukup membuat kita malu.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa hampir tiap minggu mengadakan rapat
pengadaan beras. Menteri Keuangan Agus Martowardojo tahun ini mencairkan uang
muka pengadaan beras lebih cepat dari biasanya.
Dan Tuhan memberikan iklim yang luar biasa.
Tahun ini iklim sangat bagus bagi seluruh petani beras, tebu, dan tembakau.
Hujan tahun ini sangat deras di awal tahun, berkurang di pertengahan, dan
kering di musim kemarau. Panen padi melimpah di mana-mana. Panen tembakau
mencapai puncak panen rayanya. Dan panen tebu menghasilkan rendemen yang luar
biasa. Di tengah krisis pangan dunia saat ini, iklim yang begitu bagus yang
diberikan Tuhan tahun ini memang harus disyukuri dengan kerja keras.
Apalagi kalau bulan depan Tuhan sudah memberikan hujan untuk Jawa. Saat ini
hujan memang sudah sampai di Sumatera dan semoga, seperti diramalkan oleh ahli
cuaca, bulan depan sudah tiba di Jawa.
“Kalau sampai akhir Oktober belum ada hujan, kita memang harus waspada.
Pengadaan beras bisa-bisa tidak mencapai target,” kata Sutarto.
Itu karena petani sudah sangat pandai. Begitu pertengahan Oktober belum ada
hujan, petani tidak akan jual gabah lagi. Gabah itu akan ditahan di rumah
masing-masing untuk cadangan pangan. Ini karena petani tahu kalau hujannya
mundur, musim tanamnya juga akan mundur, yang berarti musim panen berikutnya
juga mundur.
Mereka perlu cadangan pangan lebih banyak di rumah masing-masing.
Saat ini seluruh gudang Bulog penuh dengan beras. “Hari ini, beras kami
yang ada di gudang mencapai 2,1 juta ton,” ujar Sutarto.
Angka itu perlu dikemukakan karena belum pernah Bulog memiliki beras dari
pengadaannya sendiri sebanyak itu. “Entah sudah berapa tahun kami belum pernah
mencapai angka rata-rata setinggi ini,” katanya. Kalau begitu, apakah tahun ini
Indonesia sudah terbebas dari keharusan impor beras? Teoritis, beras memang
sudah cukup. Impor tidak perlu lagi.
Namun keputusan untuk tidak impor beras sebaiknya juga tidak perlu kesusu.
Kalau pun Indonesia perlu impor beras, tujuannya bukan lagi untuk mencukupi
kebutuhan, melainkan sekadar untuk “jaga-jaga”.
Jumlahnya pun tentu tidak akan besar. “Jaga-jaga” itu juga penting
mengingat kecukupan beras tidak bisa disepelekan –misalnya sekadar karena untuk
gagah-gagahan.
Semangat petani menanam padi memang menyala-nyala. Dengan harga beras
sekarang ini, petani “lupa” menanam yang lain, misalnya kedelai. Sepanjang harga
kedelai hanya sedikit di atas harga beras (apalagi sama dengan harga beras),
tidak akan ada petani yang mau menanam kedelai.
Saat ini tanaman yang bisa bersaing dengan padi hanyalah tebu. Dengan
perbaikan manajemen di seluruh pabrik gula BUMN, hasil gula yang diraih petani
saat ini sangat memuaskan. BUMN sendiri akan terus meningkatkan bantuannya
untuk dua komoditi itu. Bahkan di musim tanam yang akan datang, program BUMN
yang disebut Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), dengan
program yarnen alias bayar setelah panen, dinaikkan dua kali lipat.
Dalam program yarnen ini, BUMN memberikan pinjaman bibit unggul dan pupuk
yang semuanya tepat waktu. Dengan demikian petani tidak asal membeli benih
(misalnya cari benih yang murah yang disesuaikan dengan kemampuan keuangannya).
Demikian juga petani tidak asal membeli pupuk, bahkan kadang tertipu pupuk
palsu. Mengingat hasil program yarnen tahun ini sangat menggembirakan, maka
BUMN meningkatkan program yarnen hingga mencapai 3,2 juta hektar.
Dengan program ini, sawah yang semula hanya menghasilkan 5,5 ton/ha bisa
menghasilkan 7 ton/ha. Di atas kertas program ini akan menyumbangkan kenaikan
produksi beras sebesar 1,5 juta ton setahun (dua kali panen). Seluruh BUMN
bidang pangan (PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum
Bulog) terjun secara total-football.
Masing-masing mendapat jatah “yarnen” sekian ratus ribu hektar. Lengkap
dengan kewajiban pembinaannya.
Manajemen di masing-masing perusahaan itu (termasuk anak-anak perusahaan
mereka) memang sudah selesai ditata. Sudah siap terjun ke sawah lebih dalam.
Konsep dream team tidak hanya berlaku untuk masing-masing perusahaan tapi juga
untuk seluruh klaster BUMN bidang pangan.
Tidak boleh lagi di antara perusahaan itu yang, misalnya,
senggol-senggolan. Apalagi sikut-sikutan. Semua harus menyatu untuk kesuksesan
program pemerintah di bidang pangan.
Bentuk kekompakan itu juga harus bisa dilihat di lapangan. Mereka sudah
memutuskan untuk melakukan rayonisasi. Tidak akan ada lagi istilah “rebutan”
lahan. Kalau di satu kecamatan sudah ada PT Sang Hyang Seri, misalnya, tidak
boleh lagi PT Pertani masuk ke kecamatan itu. Apalagi dengan program yang
berbeda. Itu akan membuat petani bingung.
Maka minggu-minggu ini akan ada “serah-terima” wilayah. Siapa yang harus
mundur dari kecamatan tertentu dan siapa yang harus maju di kecamatan tersebut.
Satu perusahaan punya tanggungjawab wilayah yang jelas. Pemetaan sudah selesai.
Terkomputerisasi. Bagi yang ingin tahu kecamatan apa di bawah binaan perusahaan
yang mana bisa dilihat di data-base BUMN bidang pangan. Lengkap dengan data
kios-kios pertaniannya.
Perkiosan ini juga ditata ulang. Tidak berjalan sendiri-sendiri dengan
modelnya sendiri-sendiri. Kios milik PT Sang Hyang Seri, misalnya, harus juga
menjual produk PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog. Demikian juga
sebaliknya. Tidak boleh lagi petani dibuat mondar-mandir. Misalnya, untuk
membeli bibit unggul harus mencari kios SHS. Lalu untuk membeli pembasmi hama
harus lari ke kios PT Pertani.
Dan untuk membeli pupuk harus mencari kios PT Pupuk Indonesia. Semua barang
harus ada di semua kios. BUMN mana pun pemiliknya.
Karena penataan ini menyangkut seluruh infrastruktur di seluruh kabupaten
di seluruh Indonesia, maka perlu juga dikontrol pelaksanaannya. Mana yang sudah
sempurna dan mana yang masih belum berjalan. Seluruh direksi BUMN pangan sudah
all out mengusahakannya, tapi siapa tahu masih ada yang terlena.
Arifin Tasrif, Dirut PT Pupuk Indonesia yang menjadi “ketua kelas” kelompok
ini juga sudah menyiapkan pasukan khusus: brigade hama.
Di setiap kabupaten disiapkan satu brigade hama. Dilengkapi dengan sarana
dan bahan-bahan yang diperlukan. Termasuk data jenis-jenis hama yang biasa
muncul di suatu kawasan. Brigade hama ini sudah terlatih. Nama-nama anggota
brigade pun sudah ditentukan untuk setiap kabupaten lengkap dengan nomor
handphone mereka. Mereka juga wajib tinggal di kabupaten itu dan aktif
memonitor lapangan.
Pembagian yang jelas tidak hanya menyangkut wilayah binaan, tapi juga
bidang usaha. Dirut Sang Hyang Seri yang baru, Kaharuddin, memilih
mengkhususkan diri di bidang penyediaan benih unggul. Titik. Tidak akan
main-main di pupuk.
Untuk 3,2 juta hektar program yarnen tersebut, misalnya, semua benihnya
dicukupi oleh SHS. PT Pertani, konsentrasi di bidang pasca panen. Dirut PT
Pertani yang baru, Eddy Budiono, tidak perlu lagi rebutan dan jegal-jegalan
untuk memenangkan proyek benih, misalnya. Atau memenangkan proyek pupuk. PT
Pertani akan konsentrasi pada penanganan gabah. Gedungnya yang baru di daerah
Pasar Minggu nanti pun akan diberi nama Graha Gabah.
Sedang PT Pupuk Indonesia akan sepenuhnya bertanggungjawab untuk penyediaan
pupuk dan brigade hamanya. Ditingkatkannya program yarnen secara drastis ini
sekalian untuk mengkompensasi kemungkinan mundurnya program pencetakan sawah
baru, akibat lahan yang dicadangkan di Kaltim ternyata tidak tersedia. Program
pangan ini memang besar, menantang, dan mulia. Manajemen yang diperlukan juga
amat khas dan njelimet. Tapi pengalaman menarik dalam menangani yarnen tahun
ini, telah menimbulkan optimisme yang besar untuk mampu melipatduakannya tahun
depan.
Melihat senangnya para petani yang terlibat di program ini, menimbulkan
gairah untuk terus dan terus meningkatkannya.
Deputi Menteri BUMN bidang ini, M Zamkhani, juga masih sangat muda dan
enerjik untuk mengkoordinasikan semua itu. Musim tanam yang akan datang,
insya-Allah dua bulan lagi, adalah kick off yang sebenarnya.
Dahlan Iskan, Menteri BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar