Plok Plok Plok di
Istana Jogja
Senin, 28 Mei 2012,
07:17 WIB
Menneg BUMN Dahlan
Iskan
Belum pernah soal
mobil listrik dibahas seserius ini. Serius pembahasannya, tinggi level yang
membahasnya, dan Presiden SBY sendiri inisiatornya. Bahkan, Beliau sendiri pula
yang memimpin rapatnya.
Ini terjadi Jumat
sore lalu di Istana Negara Jogjakarta. Lebih separo menteri anggota kabinet
hadir. Semua rektor perguruan tinggi terkemuka diundang: UI, ITB, ITS, UNS,
UGM, dan lain-lain. Para rektor itulah yang menyiapkan presentasi hasil
kajiannya. Saya sendiri menghadirkan Pandawa Putra Petir yang kini sedang
menyiapkan prototipe mobil listrik nasional.
Para rektor itu, di
bawah koordinasi Mendikbud Muhammad Nuh dan Menristek Gusti Muhammad Hatta,
secara mengejutkan menyajikan hasil kajian akademik yang sangat lengkap dan
mendalam. Padahal Presiden SBY hanya memberi waktu 2,5 bulan kepada mereka.
Presiden memang pernah mengundang para rektor itu ke Istana Jakarta. Untuk
meminta pandangan mereka mengenai realistis tidaknya mobil listrik nasional.
Waktu 2,5 bulan ternyata cukup untuk mereka.
Karena itu saat
Presiden menagih, yang ditagih begitu siapnya. Rupanya Presiden dan para rektor
sama-sama semangatnya. Ini seperti tumbu ketemu tutupnya, Anang ketemu
Ashantinya!
Ini juga menunjukkan
bahwa dunia perguruan tinggi sebenarnya sudah lama memendam kesumat: melahirkan
sesuatu yang bersejarah oleh kemampuan intelektual bangsa sendiri.
Bahwa konsep itu bisa
lahir begitu cepat pada dasarnya juga karena dunia perguruan tinggi sudah lama
melakukan kajian, riset, dan ujicoba yang mendalam.
Para mahasiswa pun
sudah bisa membuatnya. Saya sudah mencoba yang buatan mahasiswa ITS, ITB, atau
pun mahasiswa UGM. Sudah bertahun-tahun mereka memendam harapan: kapan hasil
riset itu tidak sekadar berhenti sampai di peti. Mereka sudah lama mimpi kapan
hasil kajian itu menjadi karya nyata untuk bangsa. Bahkan mereka pernah curiga
jangan-jangan kepentingan bisnis besarlah yang membunuh bayi mereka--sejak
masih di dalam kandungannya.
Maka begitu Presiden
SBY memberikan sinyal yang kuat untuk lahirnya mobil listrik nasional ini, para
rektor menyala seperti bensin menyambar bara yang menganga. "Kami sampai
kurang tidur dan tidak sempat mengajar," ujar doktor elektro UGM yang
terlibat penyiapan konsep itu.
Presiden SBY
kelihatan amat puas mendengarkan presentasi Mendikbud dan Rektor UGM yang
mewakili para rektor semua. Presiden juga memberikan komitmen yang kuat untuk
kelanjutan proyek ini. Para rektor bertepuk tangan berkali-kali.
Kesimpulan paparan
akademik para rektor tersebut adalah: kelahiran mobil lisrik adalah suatu
keharusan. Kata “keharusan” itu ditulis dengan huruf besar semua. Itu
menandakan keniscayaannya. Sedang saat yang tepat untuk melahirkannya, kata
kesimpulan itu: sekarang juga. Kata “sekarang” itu juga ditulis dengan huruf
besar--menandakan jangan sampai kita mengabaikan momentum.
Terlambat
merealisasikannya, kata para rektor, hanya akan membuat Indonesia mengulangi
sejarah buruk kita di masa lalu: jadi pasar empuk semata. Kita akan gigit jari
untuk kesekian kalinya.
"Secara
teknologi, SDM, pasar, dan industrial kita mampu melakukannya," ujar Prof.
Dr. Agus Darmadi, guru besar elektro UGM yang mewakili para rektor menyampaikan
presentasi.
Paparan para rektor
itu tercermin juga dalam paparan tim Pandawa Putra Petir yang dihadirkan
setelah itu. Yakni lima putra bangsa yang siap merealisasikannya. Lima orang
ini merupakan hasil seleksi dari lebih seribu orang yang mendukung lahirnya
mobil listrik nasional. Lima orang inilah yang memenuhi tiga syarat utama
sekaligus: kemampuan akademik, pengalaman industri, dan passion untuk
mewujudkannya.
Dasep Ahmadi,
engineer lulusan ITB dan pendidikan luar negeri sudah lama berada di industri
mobil. Kini Dasep mampu memproduksi mesin presisi dan berhasil mengekspornya.
Kalau sudah bisa membuat mesin presisi, semua mesin menjadi mudah baginya.
Dasep kini lagi menyelesaikan tiga prototipe city electric car. Sudah hampir
jadi. Sebulan lagi sudah bisa dikendarai. Bentuknya yang sudah kelihatan, mirip
Avanza. Sudah dua kali saya mengunjungi workshop-nya.
Danet Suryatama,
engineer lulusan ITS dengan gelar doktor dari Michigan USA, sudah lebih 10
tahun menjadi engineer di pabrik mobil AS. Saat pertemuan dengan Presiden SBY
itu Danet baru tiba dari USA. Masih belum mandi. Hampir saja tidak sempat
hadir. Pesawatnya dari AS terlambat berangkat.
Saya sudah sekali
mengunjungi workshop di Jogja yang akan mengerjakan mobil listriknya. Danet
menyiapkan prototipe mobil listrik kelas mewah. "Agar jangan ada anggapan
mobil listrik itu ecek-ecek," katanya. Desain mobilnya, yang hanya boleh
ditayangkan amat sekilas, membuat penggemar Ferari bisa iri. Dua bulan lagi mobil
ini jadi.
Danet sudah siap
pulang ke Tanah Air untuk mengabdikan diri bagi bangsa sendiri. Sudah 20 tahun
dia berkarya untuk Amerika. Kini, ibunya yang kelahiran Pacitan, seperti
memanggilnya pulang.
Ravi Desai, lahir dan
lulusan Gujarat. Ravi ahli dalam energi dan menekuni konversi energi. Ravi kini
menyelesaikan konversi mobil lama yang ingin diubah menjadi mobil listrik. Saat
meninjau proyeknya di Serpong minggu lalu, saya lihat ada dua sedan Timor di
situ. Timor itulah yang dicopot mesinnya diganti motor listrik. Dua bulan lagi
Timor baru itu sudah bisa meluncur di jalan raya.
Mario Rivaldi,
spesialis sepeda motor listrik. Lulusan Inggris dan Jerman yang pernah di ITB
ini bukan baru membuat, tapi sudah membuat. Bahkan sepeda motornya sudah lolos
uji sertifikasi dan sudah dipatenkan. Mario tidak mau karyanya ini disamakan
dengan motor listrik dari Tiongkok yang kini beredar di Indonesia. Kelas
motornya yang akan diberi merek Abyor itu jauh di atas yang ada.
Tentu karya keempat
engineer itu tidak akan bisa disebut mobil listrik nasional kalau komponen
buatan dalam negerinya tidak memadai. Itulah sebabnya diperlukan si bungsu dari
Pandawa: umurnya masih sangat muda (termuda di antara sang Pandawa) tapi namanya
masih harus dirahasiakan. Waktu diminta oleh Bapak Presiden SBY untuk bicara,
dia juga hanya bicara seperlunya.
Anak Padang ini ahli
membuat komponen motor. Dia sudah punya belasan paten motor di luar negeri. Dia
juga bersedia pulang. Untuk menjadi pelopor industri komponen motor di dalam
negeri. Sudah 14 tahun dia di negara maju, kini saatnya dia kembali.
Semangatnya untuk mengabdi pada bangsa sendiri ternyata begitu tinggi.
"Dalam satu
mobil," kata sang Sadewa ini, "diperlukan 150 motor." Kalau satu
juta mobil diperlukan 150 juta motor. Semuanya impor. Satu pabrik gula besar
bisa memerlukan 1.000 motor. Apa saja, memerlukan motor. Tapi kita belum bisa
membuatnya.
Sadewa dari Sumbar
inilah yang akan mengubahnya. Kini dia sedang membentuk tim yang kuat. Dia akan
keliling perguruan tinggi mencari tenaga yang handal untuk menjadi timnya.
Dalam tiga bulan ke depan prototipe motornya akan lahir di Bandung. Tentu
Sadewa akan memprioritaskan motor untuk mobil listrik nasional lebih dulu.
Melihat tekad putra-putra
bangsa itu Presiden SBY tidak bisa menyembunyikan keterharuannya. Wajah, mimik
dan kata-kata Presiden membuat suasana pertemuan sore itu campur aduk: haru dan
bangga!
Presiden memberikan
dukungan penuh pada lahirnya babak baru ini. Misalnya dukungan regulasi dan
insentif. Menperin MS Hidayat juga sangat bersemangat. Ia komit memberi
dukungan yang diperlukan.
Lantas, kata penutup
dari Presiden SBY dalam pertemuan itu seperti sapu jagad: dalam tiga bulan ke
depan konsep regulasi yang diperlukan berikut insentif yang diinginkan sudah
harus berhasil dirumuskan. Dan Presiden SBY akan menagihnya.
Tepuk tangan pun
menggemuruh: plok-plok-plok!
*Menneg BUMN Dahlan
Iskan
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar