Kabinet Indonesia
Berduka
Oleh Adhie M Massardi
Rabu, 02 Mei 2012 ,
07:20:00 WIB
PRESIDEN Susilo dalam
beberapa pekan terakhir ini bisa jadi sedang gundah-gulana. Sedang bermuram
durja. Kalau dugaan ini benar, ada dua kemungkinan penyebabnya.
Pertama, karena
hasrat hati meringankan beban rakyat miskin dengan membagi-bagi uang bantuan
langsung sementara masyarakat (BLSM), tapi apa daya rencana penaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) terkatung-katung di tangan DPR.
Kedua, tentu saja,
karena kehilangan dua anggota kabinetnya. Yaitu, Wakil Menteri ESDM Widjajono
Partowidagdo dan Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih.
Kita tahu, Wamen ESDM
Widjajono berhenti dari Kabinet Indonesia Bersatu II karena berhalangan tetap.
Almarhum meninggal dunia saat mendaki gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat,
untuk refreshing karena harus terus-menerus menjelaskan kepada publik kenapa
pemerintahan Susilo ingin menaikan harga BBM.
Tentu saja karena
perekonomian rakyat sedang megap-megap, ditambah kenyataan betapa tata kelola
dan tata niaga minyak kita dikuasai sepenuhnya oleh para mafioso, membuat
penjelasan Sang Profesor dianggap hanya akal-akalan pemerintah untuk menutupi
berbagai masalah dalam mengelola APBN.
Makanya, di televisi,
dalam berbagai talkshow, Pak Wamen kerap menjadi bulan-bulanan lawan bicaranya,
seperti Kwik Kian Gie atau Kurtubi, yang tahu betul apa yang sesungguhnya
terjadi di dunia perminyakan nasional.
Seniman Sudjiwo
Tedjo, dalam satu kesempatan di TV, berkata lugas. Dirinya percaya pada apa yang
diungkapkan almarhum, tapi karena berada dalam rezim yang sudah kehilangan
kepercayaan rakyat, membuat apa yang dikatakan Wamen ESDM dianggap rakyat
mengada-ada. Hanya dalih untuk mencari laba dari uang BLSMnya.
Kini Allah telah
menempatkan Prof Widjajono di tempat yang, insya Allah, jauh lebih baik. Kita
memang telah kehilangan salah satu akademisi yang gigih dalam mempertahankan
integritasnya.
Satu lagi anggota
kabinet yang meninggalkan Presiden Susilo adalah Endang Rahayu, yang mundur
karena kondisi kesehatannya. Bu Menkes menderita kanker paru-paru yang cukup
serius.
Endang memang
menyimpan misteri. Pegawai Depkes yang aktif di Namru 2 (The US Naval Medical
Reseach Unit Two) ini, secara mengejutkan menggantikan posisi yang semula akan
diberikan kepada Nila Djuwita F Moeloek, yang sudah melewati proses seleksi
anggota kabinet pada pertengahan Oktober 2009 itu.
Sekarang masyarakat
jadi bertanya-tanya. Bu Nila katanya batal jadi Menkes karena masalah
kesehatan. Posisinya lalu digantikan Endang. Lha, kok ternyata yang menyimpan
masalah kesehatan malah justru yang menggantikan orang yang dinyatakan tidak
sehat.
Tapi bukan urusan
kita menyelidiki misteri kesehatan seseorang. Juga tidak penting betul
menyingkap tabir kebohongan di balik ketidaklulusan Nila Moeloek jadi anggota
kabinet. Manusia memang punya skenario sendiri. Tapi jangan salah, Tuhan juga
punya skenario yang Maha Skenario.
Sekarang mungkin Anda
bertanya-tanya: Kenapa Presiden Susilo tidak kunjung mengisi pos kosong di
kabinetnya? Apakah karena ada atau tidak ada yang mengisi, pemerintahan tetap
berjalan? “Namanya juga pemerintahan auto pilot,” kata Ali Ngabalin, teman
saya.
Tapi Anda mungkin
akan kembali bertanya: “Kalau begitu, kenapa kemarin ngotot bikin posisi wakil
menteri? Seolah kalau tidak ada posisi wamen dunia kiamat…!”
“Jangankan tak ada
wamen, tak ada menterinya pun nggak masalah,” kata kawan saya.
Mari kita doakan
semoga Presiden Susilo tidak bermuram durja di tengah suasana kabinet Indonesia
yang sedang berduka. [***]
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar