Gus Muwafiq dan Islam Rahmatan lil ‘Alamin
Judul : Islam Rahmatan Lil ‘Alamin: Berasal dari Arab tapi Islam Bukan Arab
Penulis : Gus Muwafiq
Penerbit : Penerbit Al-Barokah
Cetakan : Pertama, 2019
ISBN : 978-602-52406-4-5
Tebal : 223 halaman
Peresensi : Fathoni Ahmad, Redaktur NU Online
Dalam sejumlah catatan sejarah Islam, generasi kita masih disuguhkan penaklukkan-penaklukkan dan perang-perang yang dilakukan oleh para pemimpin Muslim sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW. Materi ini sedikit banyak membangun persepsi dan mindset bahwa sejarah Islam dalam membangun peradabannya identik dengan perang, padahal penemuan-penemuan berbasis sains dan teknologi telah dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim, terutama pada era Dinasti Abbasiyah.
Peradaban yang berupaya dibangun umat Islam merupakan salah satu langkah
mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Hal
ini berangkat dari pemahaman bahwa Islam bukan hanya menyangkut diniyyan
(agama), tetapi juga tsaqafiyyan (kebudayaan), hadhariyyan (kemajuan), dan
tamaddun (peradaban).
Peradaban Islam tidak hanya berlangsung di jazirah Arab, Persia, dan Turki, tapi
Nusantara juga salah satu kawasan berkembangnya Islam di tengah kemajemukan
tradisi dan budaya sehingga banyak mewujudkan peradaban, baik peradaban laku,
pemikiran, ide, gagasan, dan bangunan-bangunan khas berupa artefak, kitab,
manuskrip, dan benda-benda arkeologi.
Basis dakwah Islam dengan fondasi tradisi dan budaya terus didengungkan oleh
salah seorang ulama muda Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq.
Dalam setiap kesempatan ceramahnya, kiai berambut gondrong asal Yogyakarta ini
terus berupaya membangun kesadaran beragama lewat khazanah kebudayaan yang
dimiliki orang-orang Nusantara.
Buku berjudul Islam Rahmatan lil ‘Alamin yang dikarang Gus Muwafiq ini, merupakan salah satu khazanah tulis yang berupaya memberikan pemahaman keindonesiaan dalam menjalankan prinsip-prinsip agama. Dalam buku setebal 223 halaman, Gus Muwafiq banyak mengulas dan mengungkap wawasan kekinian tentang dunia Islam dan kaitannya dengan perkembangan Islam di Indonesia.
Substansi Islam Rahmtan lil ‘Alamin juga disampaikan saat ceramah Maulid Nabi
Muhammad di istana negara Bogor, Jawa Barat. Ia menegaskan, Nabi Muhammad
adalah Nabi akhir zaman, yang jangkauannya bukan lagi jangkauan negara, bahkan
jangkauan satu bangsa, tetapi jangkauan Nabi Muhammad untuk menjadi rahmatan
lil ‘alamin. Ini perbedaaan Nabi Muhammad dengan Nabi-Nabi lainnya.
Nabi Muhammad menjadi Nabi ketika manusia sudah menjadi bangsa-bangsa, menjadi
suku-suku dan itu harus dijangkau semuanya oleh Nabi. Maka dari situlah Nabi
Muhammad dilahirkan di Kota Makkah. Kenapa Nabi tiak lahir di Bogor, tidak
lahir di China, tetapi lahir di Makkah? Karena Makkah adalah guidance, Makkah
adalah tempat dimana manusia pertama kali mengenal Allah SWT.
Karena di Makkah ada monumen paling tua di muka bumi. Yang Allah sebut, inna
awala baiti wudzia ‘alinasi ilalladzi bibakata mubarakah wa huda lil ‘alamin.
Di situ dibangun bangunan tua, bahkan ada yang mengkaji itu sesungguhnya itu
adalah petilasan pertama ketika Nabi Adam turun ke muka bumi. Memberikan tanda
di situ agar manusia mempunyai guidance kalau harus kembali kepada Allah.
Dan di Makkah pula terjadinya pertukaran antara laki-laki dan perempuan dalam
wilayah yang paling tersembunyi antara Nabi Adam dan Siti Hawa. Pertemuan
tersebut diabadikan oleh Allah SWT dalam sebuah tugu bernama Jabal Rahmah.
Dan dari situ kemudian manusia beranak pinak, manusia menjadi bangsa, suku yang
tidak hanya ada di Arab. Semua ini akan dijangkau dalam konsep Rahmatan lil
‘Alamin. Manusia ketika berpindah-pindah guidance itu hilang, maka Allah
mengutus seorang Nabi untuk menjadi guidance itu. Diutuslah Nabi Ibrahim as
untuk menemukan monumen itu, Nabi Ibrahim ditemani putranya bernama Ismail dan
ditemani istrinya bernama Hajar menemukan kembali situs di mana manusia harus
kembali kepada Allah.
Situs itu dibangun ulang oleh Nabi Ibrahim dan berdoa, rabbana askantu mindzurriyati biwatin ghoiri izar indal baitikal muharam, rabbana liyuqimush sholata wa jaalna waidatan minannari tahwi ilaihim warzuqhum minatstsamarati la’allahum yasykurun. Maka karena Nabi Ibrahim menemukan guidance itu, Nabi Ibrahim menjadi orang yang paling terkenal di muka bumi dengan nama yang berbeda-beda, ada yang menyebut Ibrahim, ada yang menyebut Abraham, bahkan ada yang menyebut sebagai Brahma.
Walaupun ini butuh penelitian yang luar biasa sangat mendalam. Kenapa? Karena
Nabi Ibrahim memiliki simbol yang kemudian diduplikasi oleh seluruh manusia di
muka bumi. Di India ada simbol mirip seperti simbol yang ditinggalkan oleh Nabi
Ibrahim. Korelasi ini akan mengurai benang kusut antara manusia di muka bumi
dengan lahirnya Rasulullah Muhammad SAW. Umat Islam mengenal Ka’bah, sebuah
batu dengan tengah yang tidak ada isinya apa-apa, kosong. Di India ada bangunan
yang sama batu yang tidak ada isinya di tengah, namanya stupa.
Dari sini kita bisa memahami bahwa prinsip pemahaman Islam yang ingin dibangun
Gus Muwafiq ialah spirit Rahmatan lil ‘Alamin. Prinsip ini tidak hanya
menjangkau kalangan Muslim, tetapi juga membangun pemahaman bahwa setiap
peradaban yang dibangun manusia saling terkait sehingga masyarakat tidak harus
bersikap antipati terhadap perbedaan. Bahkan prinsip rahmatan lil ‘alamin bisa
berangkat dari kondisi asli suatu bangsa. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar