Kamis, 30 Juli 2020

Nasaruddin Umar: Jejak dan Derap Peradaban Islam: Rumah Sakit Percontohan (2)

Jejak dan Derap Peradaban Islam

Rumah Sakit Percontohan (2)

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Ketika ada seorang asing mau menguji ketelitian rumah sakit di Damaskus yang didirikan oleh para ilmuan muslim (813H), ia berpura-pura sakit. Ia begitu takjub begitu banyaknya dokter dan begitu ramahnya mereka memperlakukan para pasien, serta banyaknya makanan yang baik di rumah sakit itu. Ia bermasud menguji kredibilitas dokter di rumah sakit ini dengan dengan berpura-pura sakit.

 

Selama tiga hari di sana, para dokter memberikan pelayanan medis yang baik. Setelah tim dokter melakukan doagnosa secara professional, maka mereka menyimpulkan bahwa orang asing (non Arab) ini sesungguhnya tidak sakit. Ketua tim dokter menuliskan resep agar "pasien" asing ini diberi makanan lengkap berupa daging ayam gemuk, kue-kue, minuman, dan buah-buahan. Setelah tiga hari ketua tim dokter kepala menulis surat kepadanya yang isinya: Menjamu tamu tamu dikalangan kami hanya sampai tiga hari. Orang asing ini mengerti kalau tim dokter dirinya sakit bohongan lalu ia pamit dengan rasa takjub bercampur malu. Itulah rumah sakit Al-Nuri yang diceritakan dalam artikel terdahulu.

 

Rumah sakit lain yang dapat dibanggakan di abad pertengahan dan masa keemasan Islam ialah rumah sakit Al-Manshuri. Rumah sakit ini semula diperuntukkan oleh kalangan pembesar kerajaan lalu diubah oleh Malik Manshur Saifuddin Qalawun menjadi rumah sakit umum pada tahun 683H/1284M. Raja ini dibangun setelah Raja Malik Al-Manshur dirawat di rumah sakit Al-Nuri. Ia bernazar kalau sembuh ia akan mendirikan rumah sakit serupa di negerinya. Akhirnya ia sembuh dan menunaikan tekadnya untuk mendirikan rumah sakit seperti di kota Damaskus dan dibangunlag rumah sakit Al-Manshur dengan pembiayaan besar. Setiap tahunnya ia mewakafkan untuk pengembangan rumah sakit ini sebesar 1000. Di kompleks rumah sakit dibangun pula mesjid besar dengan berbagai aktifitas ibadah mahdhah dan ibadah social di dalamnya. Di samping mesji dan masih di kompleks rumah sakit itu, juga dibangun pusat pendidikan dan panti asuhan anak yatim. Kompleks istananya berubah menjadi pusat pelayanan masyarakat.


Rumah Sakit Al-Manshuri meniru sifat dan gaya kepemimpinan rumah sakit Al-Nuri. Bahkan ada yang mengatakan rumah sakit ini lebih mewah dan lebih besar dari rumah sakit Al-Nuri. Demikian pula pelayanan dan fasilitasnya lebih canggih dan yang paling penting diperuntukkan untuk umum. Siapapun dan dari kelas masyarakat manapun yang ingin berobat diberikan pelayanan gratis. Bahkan pasien yang keluar dari rumah sakit ini diberikan pakaian gratis dan uang tunai untuk memudahkan peroses penyembuhannya. Lebih menarik lagi, selalu dihadirkan para seniman dan pelawak untuk menghibur para pasien. Pasien yang meninggal semuanya diutus oleh rumah sakit, termasuk biaya pemakaman dan kain kafan.


Sistem pelayanan yang baik dengan para dokter berbagai disiplin kelahlian bertugas selama 24 jam di rumah sakit ini. Selain para dokter juga dilengkapi dengan para perawat dan pegawai professional. Rumah sakit ini juga terkenal dengan kebersihannya. Tidak tanggung-tanggung, rumah sakit ini sudah mempekerjakan cleaning service yang terlatih, sehingga rumah sakit ini betul-betul terkesan bersih. Baik areal dan bangunan rumah sakit maupun system pelayanan terhadap pasien. Setiap pasien di layani dua orang perawat dan diberi tempat tidur lengkap. Para pasien dikelompokkan berdasarkan jenis penyakit. Ada juga ruang istirahat para doketer dan perawat sehingga mereka betah mengabdikan diri di dalam rumah sakit. []

 

DETIK, 06 Juni 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar