Empat Sumber Bisikan yang Masuk dalam Hati
Pernahkan terbesit dalam hati Anda, “Ingin sekali rasanya aku bangun malam.”
Tak lama kemudian, datang bisikan yang lain, “Mending tidur saja, takut besok
kesiangan berangkat kerja.”
Itu namanya bisikan hati. Jumlahnya banyak sekali. Sampai-sampai guru-guru pendidik ruhani mengatakan, sehari semalam ada 70.000 (tujuh puluh ribu) bisikan yang datang ke dalam hati manusia. Tak terkecuali kepada hati seorang penempuh jalan Allah. Bayangkan dalam satu menit saja ada berapa bisikan yang masuk ke dalam hati.
Karena itu, seorang yang tengah mendaki jalan Allah, dan berusaha menjaga kejernihan hati, harus berusaha mengontrol semua bisikan itu. Ia harus tahu dari mana sumber bisikan itu. Bagaimana cara membedakannya. Bagaimana pula mengatasinya. Mana bisikan yang pantas diikuti dan mana yang harus disingkirkan. Berikut adalah keempat sumber bisikan yang masuk ke dalam hati.
Pertama, bersumber dari nafsu. Atau yang biasa dikenal dengan hawa nafsu. Contohnya, “Aku sedang puasa, hukumnya fardu, hari sangat panas, dan aku melihat air dingin di atas meja. Segar sekali sepertinya jika air itu kuteguk.” Itu adalah bisikan. Datangnya dari nafsu. Nafsu memang menginginginkan hal itu.
Kedua, bersumber dari setan. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الشَّيْطَانُ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ، فَإِذَا ذَكَرَ اللَّهَ خَنَسَ وَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ
“Setan itu senantiasa mendekam dalam hati bani Adam. Jika bani Adam berdzikir kepada Allah, maka ia bersembunyi dalam hatinya. Dan ketika ia lupa kepada-Nya, maka setan kembali membisikinya.” Bisikan yang bersumber dari setan ini juga biasa disebut dengan waswas, sebagaimana firman Allah, Dari kejahatan waswas (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, (Q.S. an-Nas [114]: 4).
Ketiga, bersumber dari malaikat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu al-Mubarak dari Ibnu Mas‘ud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لِابْنِ آدَمَ لَمَّتَانِ: لَمَّةٌ مِنَ الْمَلَكِ، وَلَمَّةٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ، وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ، وَتَطْيِيبٌ بِالنَّفْسِ، وَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ، فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ، وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ، وَتَخْبِيثٌ بِالنَّفْسِ
“Ada dua lammah (bisikan) bagi ibnu Adam, yakni lammah setan dan lammah malaikat. Lammah malaikat mendorong kepada kebaikan, membenarkan yang hak, dan menjernihkan jiwa. Sedangkan lammah setan mendorong kepada keburukan, mendustakan yang hak, dan mengotori jiwa.”
Artinya, siapa saja yang mendapati dorongan kebaikan, ketahuilah bahwa salah satunya datang dari malaikat, meski pada hakikatnya datang dari Allah. Bersyukurlah pada-Nya. Sebaliknya, siapa saja yang mendapati bisikan buruk, maka berlindunglah kepada-Nya, sebab bisikan buruk salah satunya datang dari setan.
Keempat, bisikan langsung dari Allah yang diberikan kepada hati seorang hamba. Pada hakikatnya, semua bisikan baik berasal dari Allah yang diturunkan sebagai cobaan, pemberian, ujian, dan karunia. Namun, ada bisikan yang langsung diberikan Allah dari keluhuran-Nya kepada hati seorang mukmin. Bisikan itu disebutkan dengan ilham. Dalam Al-Qur’an Surat as-Syams ayat 7 dan 8 disebutkan, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Lihat: al-Habib ‘Ali Al-Jufri, Ayyuhal Murid, hal. 175). Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar