Selasa, 14 Juli 2020

Nasaruddin Umar: Jejak dan Derap Peradaban Islam: Karya dan Pemikiran Al-Khawarizmi

Jejak dan Derap Peradaban Islam

Karya dan Pemikiran Al-Khawarizmi

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Buku Master Pice Muhammad bin Musa al-Khwārizmī ialah 'Al-Kitab al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah' (Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan). Buku ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, pertama ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12. Sampai sekarang karya-karya Al-Khawarizmi masih menghiasi perpustakaan sejumlah Universitas terkemuka di Eropa dan Amerika. Karena kepintarannya maka ia pernah ditunjuk menjadi Kepala atau Pemimpin konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma'mun. Ia juga aktif di dalam Proyek Pembentukan Tata-letak Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta dunia. Kasil-hasil karya proyek yang ditanganinya sangat berjasa di dalam peletakan pengembangan Sains dan Teknologi di Eropa. Sayang ketika itu belum dikenal Hak Paten sehingga sulit melacak berapa karya-karya beliau yang diimitasi di Eropa.

 

Karya-karyanya banyak mengispirasi para ilmuan Eropa di dalam dunia sains, khususnya fisika. Pada masa kejayaan Islam, terutama di masa pemerintahan Al-Ma'mun, terdapat sejumlah ilmuan asing, khususnya dari Yunani dengan berbagai latar belakang agama, yang belajar, magang, atau joint research ke lembaga yang dipimpin Al-Khawarizmi. Di antaranya ialah Brahmagupta (598-660) dan Arya-Bhata (475-550). Brahmagupta adalah seorang astronom yang banyak menemukan ciri-ciri untuk luas dan volume benda padat. Sedangkan Arya-Bhata adalah seorang ilmuwan yang menciptakan tabel sinus (rasio-rasio istimewa) dan mengembangkan sebuah bentuk Aljabar sinkopasi seperti sistem yang dibuat Diophantus. Bahkan ilmuan besar Inggeris, Isaac Newton (1642-17 27), yang dikenal dengan teori Gravitasi Newton, sesungguhnya banyak diinspirasi oleh Al-Khawarizmi.

 

Aljabar yang di dunia Barat lebih dikenal dengan Algebra betul-betul membawa perubahan besar dalam dunia ilmu hitung. Jika saja Al-Khawarizmi tbaru lahir di abad ini sudah pasti mendapatkan hadiah Nobel (Nobel Price) mengingat dahsyatnya penemuan beliau. Aljabar sebagai cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan, dan kuantitas lebih disederhanakan oleh Al-Khawarizmi dengan dengan menggunakan simbol yang sebelumnya berupa huruf atau angka, untuk merepresentasikan bilangan secara umum. Contoh praktisnya: symbol x mewakili bilangan yang diketahui dan y bilangan yang ingin diketahui. Jika si Ahmad mempunyai x polpen dan Siti mempunyai 3 buku lebih banyak daripada Ahmad, maka dalam Aljabar, buku Siti dapat ditulis sebagai y = x + 3. Dengan menggunakan Aljabar, dapat memudahkan kita untuk pempelajari pola aturan aturan bilangan umumnya.

 

Karya lain Al-Khawarizmi yang mengesankan para ilmuan modern antara lain: Penciptaan pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi, memecahkan berbagai masalah matematika yang tidak bisa dipecahkan para ilmuan bangsa Babilonia kuno, sistem penomoran yang amat praktis yang berlaku sampai sekarang, geometri, aljbar, aritmetik, dan logika. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematik yang dijabarkan oleh al-Khawarizmi lebih lanjut. Materi yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri yang mengacu pada Kitab al-Ustugusat (The Elements) hasil karya Euclid. Geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubung dengan magnitud dan sifat-sifat ruang dalam kaitannya sebagai makhluk. Ilmu Geometri sesungguhnya dipelajari semenjak zaman Firaun [2000SM], diteruskan oleh Thales, kemudian Miletus memperkenalkannya ke Yunani dalam kurun abad ke 6 SM. Seterusnya pada abad ke 9 M, Al-Khawarizmi mengembangkannya lebih jauh dan hingga kini lebih dikembangkan lagi di dunia Barat. []

 

DETIK, 30 Mei 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar