Jejak dan Derap Peradaban Islam
Pendirian Observatoriom Maragah
Oleh: Nasaruddin Umar
Ketika Pasukan Hulagu Khan mengobarak-abrik kota ilmu pengetahuan Bagdad dan Persia, tampillah Nasiruddin Al-Thusi melobi jajaran pimpinan pasukan Hulagu agar karya-karya ilmu pengetahuan yang amat bermanfaat untuk kemanusiaan tidak dihancurkan. Nasiruddin bersedia membantu jika sekiranya Hulagu mau memanfaatkan jasanya sebagai ahli astronomi dan sekaligus astrologi. Ia juga menyampaikan kesediaannya untuk merawat sekaligus mengembangkan sejumlah laboratorium keilmuan yang sudah mengukir sejarah kemanusiaan. Akhirnya pasukan Hulagu menerima tawaran Nasiruddin. Pasukan Hulagu bahkan memberikan dorongan dan dana kepada Nasiruddin melakukan penelitian lebih lanjut.
Kesempatan yang ada ini tidak disia-siakan oleh Nasiruddin. Ia mendekati Hulagu agar mendirikan Observatorium dan lembaga sains di Malaga, Persia. Hulagu setuju dan Nasiruddin diminta sebagai direkturnya. Ia diberi kepercayaan untuk merekrut para ilmuan yang ahli dalam bidangnya. Ia berhasil membujuk Qutbuddin Syirazi (w.1311), Ibn Syathir , dan Muhiddin Al-Magribi. Nasiruddin berhasil menyelamatkan sekitar 40.000 buku sains karya para ilmuan muslim di dalam periode sebelumnya. Observatorium Maragah terus berkembang di bawah kepemimpinan Nasiruddin. Ia mengenbangkan laboratorium canngi yang mengesankan penguasa dari Mongol itu, hingga pada akhirnya cucu Hulagu Khan, Ulugh Beg masuk Islam.
Dengan dukungan penuh raja, maka Nasiruddin membangun sejumlah observatorium canggih di berbagai kota. Nasiruddin bukan hanya mengembangkan Observatorium, tetapi juga mengembangkan disiplin ilmu lain, seperti etika, teologi, dan filsafat. Ia menghidupkan kembali filsafat, khususnya pemikiran Ibn Sina. Tidak heran kalau Nasiruddin juga banyak menulis persoalan-persoalan kontemporer keagamaan seperti ilmu fikih dan tasawuf. Ia juga akrab dengan karya-karya Imam Gazali. Karyanya yang amat gemilang ialah Tajrid al-I'tiqad (Penyucian Keyakinan). Begitu dalam dan luasnya ilmu Nasiruddin sehingga ia djuluki Ibn Sina Kedua.
Sebagaimana ilmuan Islam di abad itu, Nasiruddin
sulit mengukur keahlian utamanya karena sama-sama ditekuninya. Ingat Ibnu Rusyd
yang memiliki jam praktek pagi sebagai dokter spesialis, siang sebagai fuqaha
dan filosof, dan malamnya sebagai ahli spiritual. Wawasan keilmuan yang negitu
luas dan komperhensif membuat pribadi mereka lebih utuh.
Konsep astronomi Nasiruddin berbeda dengan
dasar-dasar astronomi yang pernah diletakkan di dalam era kerajaan Romawi Kono.
Ia membantah karya astronom terkemuka, yaitu Ptolemeus, yang menempatkan bumi
sebagai pusat geometri bola-bola langit. Nasiruddin menemukan pengajuan model
planet baru yang non-Ptolemeus. Ia menggambarkan dua bola, yang satu berputar
di dalam dan yang lainnya di luar. Model planet baru ini dikerjakan
diselesaikan dan disempurnakan oleh asistennya bernama Qutbuddin Syirazi,
Damaskus, dan Ibn Syathir. Karena temuannya inilah sehingga sejarawan AS, E.S.
Kennedy menyebut Nasiruddin sebagai Thusi Couple. Temuan Nasiruddin ini juga
diakui oleh fisikawan modern, Ajram (1992).
Kalangan ilmuan modern belum lama ini menemukan
sebuah kemiripan dengan apa yang telah dirintis oleh Nasiruddin dengan model
yang telah ditemukan Copernicus, seorang astronaut Eropa yang kemudian dianggap
sebagai penemu teori gerak planet yang lebih valid. Menurut S.H. Nasr, temuan
Copernicus tidak bisa dipisahkan dengan temuan Nasiruddin, karena karya-karya
Nasiruddin juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa. Pernyataan
Nasr dalam hal ini merupakan bahasa lain dari Copernicus menjiplat karya Nasiruddin.
Banyak sekali karya ilmuan Islam dikembangkan oleh ilmuan Barat tetapi
samasekali tidak dikutip. Ini artinya ketidajujuran ilmiah juga mewarnai
sebagian ilmua Barat. Karya-karya mirip plagiasi ilmuan Barat dari ilmuan Islam
akan dibahas tersendiri di dalam artikel mendatang. []
DETIK, 02 Juni 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar