Senin, 13 Juli 2020

(Ngaji of the Day) Hizib Hirzul Jausyan: Keutamaan dan Cara Mengamalkannya

Hizib Hirzul Jausyan: Keutamaan dan Cara Mengamalkannya


Wirid Hirzul Jausyan secara harfiah memiliki arti “Penjaga Benteng”. Dari segi artinya dapat dipahami bahwa wirid ini merupakan wirid yang bersifat pelindung. Pelindung bagi orang-orang yang mengamalkannya agar terhindar dari berbagai hal yang buruk.

 

Wirid ini sejatinya terdiri dari dua macam, yakni Hirzul Jausyan al-Kabir dan Hirzul Jausyan as-Shagir. Dari kedua macam hirzul jausyan tersebut, yang umumnya diamalkan dan dibaca oleh masyarakat, khususnya kalangan santri adalah Hirzul Jausyan al-Kabir.

 

Wirid Hirzul Jausyan al-Kabir sebenarnya terdiri dari 1001 nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala. Setiap sub bagian dari wirid ini dijeda oleh sebuah doa “Khallisna min an-nar ya Rabb” yang memiliki arti “Selamatkanlah kami dari api neraka, wahai Tuhan kami”.

 

Tentang tata cara mengawali dan membaca Hirzul Jausyan al-Kabir, seseorang sebaiknya mengikuti arahan dari orang yang mengijazahkan (mujiz) wirid ini. Misalnya seperti anjuran yang disampaikan oleh ulama kenamaan Nusantara, KH Mahrus Aly:

 

وذلك ينبغي لأحد من المسلمين خصوصا يومنا هذا يوم الفتنة فتنة الدنيا والدين أن يقرأ ذلك الحزب كل جمعة مرة أو كل شهر مرة وإلا فأربعين يوما مرة فالأولى أن يقرأ كل يوم ثلاث سنوات أو سبع سنوات حتى ثلاثين سنوات أو أربعين سنوات بعد صلاة الضحى في جلسة واحدة للتقرب إلى الله تعالى خالصا لوجهه.

 

“Bagi kaum muslimin, hendaknya membaca ijazah ini (Hirzul Jausyan al-Kabir) khususnya pada masa ini, masa yang penuh fitnah dunia dan agama, dibaca setiap Jumat satu kali atau 40 hari satu kali. Dan sebaiknya (untuk awalan) dibaca setiap hari selama tiga tahun atau tujuh tahun, bahkan sampai 30 atau 40 tahun, dibaca setelah melaksanakan shalat dhuha dalam satu kali duduk, dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah, ikhlas untuk menggapai ridhanya.”

 

Maka untuk awalan membaca Hirzul Jausyan al-Kabir ini, sebaiknya dibaca istiqamah setiap hari setelah melaksanakan shalat dhuha dan mengkhatamkannya dalam satu kali duduk. Jika berpijak pada dawuh KH Mahrus Aly di atas, maka wirid ini dibaca setiap hari selama 3 tahun. Namun, menurut pendapat lain, untuk awalan cukup dibaca setiap hari setelah shalat dhuha selama 41 hari secara terus-menerus. Jika satu hari dalam masa 41 hari tersebut tidak membacanya, maka harus memulai membaca kembali dari hitungan hari pertama lagi.

 

Faedah dari wirid Hirzul Jausyan al-Kabir ini terbilang cukup banyak, dijelaskan secara gamblang dalam Syarah Hirzul Jausyan secara komplet dan cukup panjang.

 

Berikut penulis kutip tiga faedah Hirzul Jausyan al-Kabir:

 

ومن كتبه في رق غزال وعلقه على أحد مريض يبرأ بإذن الله

 

“Barangsiapa menulis Hirzul Jausyan pada kulit rusa (kertas di masa lalu) dan ia gantungkan pada seseorang yang sakit, maka ia akan sembuh atas izin Allah” (Syarah Hirzul Jausyan, hal. 12).

 

ولو أن عبدا من عبيدي قرأ هذا الدعاء العظيم زال همه وغمه بإذن الله تعالى

 

“Jika hamba-Ku membaca doa ini, maka akan hilang rasa prihatin dan rasa sedihnya atas izin Allah” (Syarah Hirzul Jausyan, hal. 14).

 

وهو ألف اسم واسم واحد جعله الله تعالى حرزا وأمانا لمن يدعو به من أفات الدنيا والاخرة وشفاء

 

“Hirzul Jausyan terdiri dari 1001 nama Allah. Allah menjadikan doa ini sebagai perlindungan dan pengaman bagi orang yang berdoa dengan wirid ini dari bahaya dunia dan akhirat serta sebagai kesembuhan (atas penyakit)” (Syarah Hirzul Jausyan, hal. 21).

 

Dalam mengamalkan wirid ini, hendaknya berdasarkan petunjuk dan arahan dari mujiz (orang yang mengijazahkan) seperti dari ulama, habaib, atau kiai. Hal ini tak lain dilakukan agar seseorang dapat lebih jelas dan sempurna dalam mengamalkannya. Terlebih di bagian awal wirid dimulai dengan ber-tawassul yang salah satunya ditujukan kepada mujiz dari wirid Hirzul Jausyan al-Kabir. Jika mengamalkan tanpa rekomendasi dari mujiz, maka seseorang tidak dapat mengamalkan secara sempurna bacaan tawassul yang merupakan pembuka wirid ini.

 

Semoga kita dapat mengamalkan wirid Hirzul Jausyan al-Kabir dengan istiqamah dan penuh penghayatan, sehingga amal kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Amin. Wallahu a’lam. []

 

Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar