Sudahkah Kita Meresapi dan Mengamalkan Makna
Basmalah?
Bila ada yang beniat mengamalkan Al-Qur’an,
mulailah dengan mengamalkan ayat pertamanya, yaitu basmallah dalam setiap
aktivitas. Tanpa fondasi basmalah, maka ayat-ayat selanjutnya akan susah
diamalkan. Ibarat akan membangun rumah, kuatkan dulu fondasinya. Untuk itu,
kuatkanlah pemahaman dan pengamalan bismi-Llâhir rahmânir rahîm.
Di antara sekian nama-Nya yang agung, Allah
tidak memilih al-Mâlik (Yang Maha Merajai), al-‘Azîz (Yang Maha Perkasa),
al-Mutakabbir (Yang Maha Memiliki Kebesaran), dan lain-lain sebagai "kartu
nama" untuk disebut hamba-Nya terus-menerus dalam setiap memulai
aktivitas, tapi Dia memilih ar-Rahmân, ar-Rahîm (Maha Pengasih dan Maha
Penyayang).
Ternyata yang pertama disebut dalam ayat
Al-Qur’an adalah sifat pengasih dan penyayang. Sudahkah kita meniru sifat Allah
ini? Dengan mengamalkan basmillah, maka kita belajar menyayangi orang lain,
baik yang berbuat baik maupun berbuat buruk kepada kita. Wali Allah Rabi‘atul
Adawiyah tidak memiliki rasa benci kepada iblis karena semua hatinya dipenuhi
rasa kasih sayang.
Bila ada setitik saja kebencian kepada
manusia, mungkin karena kita belum mengenal dengan baik siapa pencipta manusia
dan belum mengamalkan secara maksimal kandungan basmillah. Jika pun harus
menghukum seseorang, hukumlah karena kasih sayang kita kepadanya, bukan karena
benci. Sebagaimana hadits nabi yang kurang lebih maknanya, sayangilah siapa pun
yang di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu (irhamû man fil ardli
yarhamkum man fis samâ’).
Selanjutnya, saya membayangkan kedahsyatan
basmalah kurang lebih seperti ini. Seorang preman di pasar, ketika menyuruh
anak buahnya yang baru gabung, mungkin akan berkata, "Ambil jatah kita
dari orang-orang, bilang aja lo anak buah gue". Maka pungli pun dengan
mudah didapat oleh sang anak buah yang baru meskipun badannya kerempeng.
Seorang pelanggar lalu lintas, ketika akan
ditilang, bisa jadi akan berkata, "Saya saudaranya pejabat A." Maka
polisi yang hendak menilang, yang tidak mau urusan jadi panjang, mungkin akan
melepas pelanggar lalu lintas tadi.
Seorang oknum pejabat yang ingin saudaranya
menang tender, mungkin akan berkata ke saudaranya "Sebut saja nama saya,
panitia tendernya kenal baik dengan saya. Bahkan dulu ada yang anak buah
saya." Maka urusan tender pun bisa jadi akan beres.
Baru menyebut nama orang-orang biasa saja,
urusan bisa lancar, meski sebagian mungkin melanggar hukum dan bukan contoh
yang baik. Apalagi bila kita menyebut nama Allah pemilik alam semesta. Bahkan
istana Ratu Bilqis pun bisa pindah dengan perantaraan ahli ilmu yang mengucap
basmalah. Dengan mengucap basmalah dalam setiap aktivitas, maka seolah kita
berkata ke alam semesta, "Wahai alam semesta, saya hamba Allah. Maka
tunduklah kepadaku atas nama Allah." Jika Allah berkehendak, maka Dia akan
menundukkan alam semesta itu untuk hambaNya. Allahu a'lam. []
Roziqin, Dosen Hukum Universitas Nahdlatul
Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar