Jumat, 23 November 2018

Zuhairi: Mesranya Trump dan Muhammad bin Salman


Mesranya Trump dan Muhammad bin Salman
Oleh: Zuhairi Misrawi

Misteri kematian Jamal Khashoggi, jurnalis senior asal Arab Saudi akhirnya terungkap ke publik setelah Erdogan membagikan rekaman audio proses pembunuhan ke para pemimpin dan berbagai media di Eropa dan Amerika Serikat. Intinya, kematian Khashoggi akan menjadi isu sentral di Timur-Tengah, bahkan dunia internasional dalam beberapa pekan yang akan datang.

Muhammad bin Salman (MBS) diduga kuat terlibat dalam pembunuhan yang sadis itu. Sulit rasanya memisahkan aktor-aktor pembunuhan yang totalnya mencapai 18 orang itu dengan Putera Mahkota Arab Saudi tersebut. Apalagi CIA yang ikut serta dalam investigasi menemukan percakapan yang dapat dijadikan bukti adanya komunikasi langsung antara pelaku dengan kantor MBS di Riyadh.

Bahkan, ada kabar Duta Besar Arab Saudi di Amerika Serikat Khaled bin Salman yang juga adik kandung MBS ikut serta mengarahkan Khashoggi untuk mendatangi kantor Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki. Padahal sebenarnya Khashoggi dapat mengurus surat-surat pernikahannya di Kantor Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington, Amerika Serikat.

Tidak hanya itu saja, Turki mengancam akan mengeluarkan seluruh kartu yang masih dirahasiakan seputar proses pembunuhan Khashoggi tersebut. Di antaranya komunikasi yang berlangsung antara Turki dan Riyadh, yang dapat mengungkap aktor utama di balik kematian jurnalis senior tersebut.

Jadi, kasus kematian Khashoggi bukan kasus biasa. Ini menyangkut masa depan MBS yang ditengarai akan menjadi kandidat orang nomor wahid di Arab Saudi setelah Raja Salman bin Abdulaziz. Tidak hanya sampai di situ saja, karena MBS mempunyai hubungan khusus dengan Amerika Serikat dan Israel, yang juga pasti dampaknya pada peta geopolitik di kawasan Timur-Tengah, bahkan dunia internasional.

Oleh karena itu, Donald Trump sejak awal sangat hati-hati dalam menyikapi kasus tersebut. Di satu sisi, ia menyebut kematian Khashoggi sebagai tindakan yang sangat brutal dan sadis. Tetapi, di sisi lain masih menganggap Arab Saudi sebagai mitra strategis Amerika Serikat.

Dalam wawancara dengan Fox News, Donald Trump menyiratkan tidak akan mengambil langkah keras terhadap MBS yang disebut-sebut menjadi otak utama pembunuhan Khashoggi. Ia justru terlihat memberikan perlindungan terhadap MBS. Setidaknya ada tiga alasan yang menjadi argumen Trump untuk menyokong sepenuhnya terhadap MBS.

Pertama, Donald Trump sudah menandatangani kontrak penjualan senjata ke Arab Saudi, yang totalnya lebih dari 100 miliar dolar AS. Bahkan Trump menjadikan kunjungan pertamanya ke kawasan Timur-Tengah justru Arab Saudi, karena MBS menjanjikan pembelian senjata yang sangat besar ke AS. Trump sendiri berpandangan dengan pembelian senjata yang besar itu akan menguntungkan AS secara ekonomi, karenanya dapat menambah pemasukan dan membuka lapangan pekerjaan yang lumayan besar. Untuk itu, Trump akan bersikukuh untuk terus melindungi MBS daripada mengambil langkah-langkah besar untuk

Kedua, Donald Trump menganggap Arab Saudi sebagai mitra strategis yang tepat untuk meredam pengaruh Iran di Timur-Tengah. Keputusan Trump untuk mengeluarkan sanksi ekonomi terhadap Iran merupakan salah satu kesepakatan yang disusun bersama-sama dengan Arab Saudi dan Israel. MBS merupakan sosok penting yang mendorong Trump agar mengambil langkah keras terhadap Iran. Bahkan Arab Saudi dan AS menjadikan isu Iran ini sebagai salah satu cara untuk menenggelamkan kasus kematian Khashoggi dalam beberapa minggu terakhir.

Ketiga, Donald Trump menganggap Arab Saudi mau memenuhi permintaan untuk tidak menaikkan harga minyak. Trump mempunyai kepentingan perihal stabilitas harga minyak, karena jika Arab Saudi menaikkan harga minyak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di AS. Sementara, satu-satunya jualan Trump adalah soal ekonomi menjelang Pilpres 2020 nanti. Karenanya, Trump pernah mengancam Arab Saudi jika menaikkan harga minyak, maka bantuan militer AS akan ditarik.

Di samping ketiga alasan tersebut, sebenarnya ada juga yang mengaitkan kedekatan antara Trump dan MBS terkait dengan kerja sama bisnis antara perusahaan Trump dengan MBS. Jared Kushner, menantu Trump ditengarai mempunyai hubungan khusus dengan MBS dalam soal bisnis tersebut.

Maka dari itu, hubungan Trump dan MBS sangat mesra. Sulit rasanya Trump akan mengambil langkah serius dan tegas terkait kematian Jamal Khashoggi. Trump sepertinya akan menjadikan kasus tersebut sebagai angin berlalu, hingga semua pihak melupakannya.

Meskipun demikian, Trump tidak mudah lari dari kasus kematian Khashoggi. Ganjalan pertama yang harus dihadapi Trump di depan mata adalah sikap Kongres AS yang saat ini didominasi oleh Partai Demokrat. Setelah memenangkan pemilu sela, Partai Demokrat akan mendesak Trump untuk mengambil sikap tegas perihal kematian Khashoggi. Apalagi Jerman sudah memasukkan 18 orang yang diduga sebagai pelaku pembunuhan terhadap Khashoggi sebagai orang-orang yang masuk dalam daftar hitam. Mereka tidak akan bisa bepergian ke Eropa, khususnya Jerman.

Lebih dari itu, Partai Demokrat akan mendesak Trump untuk meninjau ulang penjualan senjata ke Arab Saudi, sebagaimana dilakukan Spanyol. Partai Demokrasi akan menyoal dukungan AS terhadap perang di Yaman yang sudah terbukti berdampak buruk bagi kemanusiaan. Dunia internasional memberikan perhatian khusus terhadap perang di Yaman, karena Arab Saudi telah menjadikan Yaman semakin terpuruk.

Menurut Marco Carnelos dalam middleeasteye.net, Trump sebenarnya telah mengabaikan nilai-nilai luhur yang dianut AS, seperti hak asasi manusia, perdamaian, dan keadilan. Trump lebih mengutamakan uang daripada nilai-nilai luhur.

Maka dari itu, sikap Trump terhadap Arab Saudi, khususnya MBS akan menjadi tekanan politik yang sangat serius. Dunia internasional tidak akan tinggal diam terhadap kasus kematian Khashoggi. Trump akan berhadapan dengan gelombang protes dari dalam dan luar negeri agar kematian Khashoggi diproses seadil-adilnya. Siapa pun yang terlibat harus mendapatkan sanksi yang seberat-beratnya.

Dalam hal ini, MBS sedang menghadapi hari-hari yang tidak menentu. Sementara ini, ia masih mendapatkan perlindungan dari Trump. Tapi, kartu-kartu yang masih di tangan Turki akan menjadikannya semakin terisolasi dalam pergaulan dunia. Apalagi muncul juga upaya untuk melengserkan MBS dari lingkaran kerajaan. []

DETIK, 22 November 2018
Zuhairi Misrawi | Intelektual muda Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar