Pesan Mursyid Naqsyabandiyah Khalidiyah untuk
Pengguna Medsos
Di zaman yang yang penuh terjangan informasi
layaknya air bah ini, suka tidak suka, pertahanan terakhir terletak pada
kedewasaan seseorang. Sejauh mana akal budinya telah dilatih untuk memetakan, merinci
dan menyediakan wawasan yang luas sebagai bahan mengevaluasi informasi.
Lebih penting dari itu, faktor kematangan
emosional dan kejernihan spiritual akan mendeterminasi sikap dan tindakan
terhadap informasi-informasi tersebut. Manusia kini dituntut serba sigap dan
dipersenjatai, karena arena informasi telah berubah menjadi arena pertempuran
pengaruh-mempengaruhi. Ini berita buruk bagi mereka yang beranggapan bahwa
pengucilan dari informasi adalah jalan untuk istiqomah pada sebuah prinsip dan
ajaran tertentu.
Faktanya, sebagian besar masyarakat kita
justru kewalahan. Media sosial seringkali menyemburkan informasi-informasi
bohong, hoaks, fitnah dan konten-konten caci maki dan penghinaan yang efektif
menyulut kemarahan, kebencian, perasaan terteror dan pada akhirnya mulai
memunculkan kecurigaan dan benih permusuhan. Ini dibuktikan dengan dampak yang
timbul dari maraknya penyebaran isu teror terhadap ulama, akhir-akhir ini.
Adalah Syekh Muhammad Irfa’i Nahrowi, kiai
enerjik yang belakangan hari sering “turun gunung” ini, mewanti-wanti agar
tetap teguh menghadapkan hati pada kebenaran. Mursyid tarekat Naqsyabandiyah
Kholidiyah ini berpesan agar tidak ikut-ikutan menjadi reaksioner terhadap
wacana-wacana publik yang kerap memancing-mancing dalam ketenangan kita.
Melalui pesan Whatsapp yang dituliskan
putranya, Gus Atabik Janka Dausat, Anggota Dewan Khos Majelis Dzikir Hubbul
Wathon (MDHW) ini menggugah kita untuk menemukan poin penting dari aneka ragam
“cuitan” yang membanjiri kita. Pesan ini mengingatkan kita bahwa dalam kitab
suci kita sudah tersedia petunjuk teknis untuk menghadapi arus informasi yang
sedahsyat apa pun.
"Salam hormat untuk saudaraku seagama
dan sebangsa. Saudaraku kaum Muslimin, di tengah maraknya gelombang fitnah yang
berdampak pertikaian dan perpecahan, dari hoaks hingga ujaran kebencian, dari
sekian banyak ayat Al-Qur'an untuk mengatasi problematika “zaman now” yang
muncul, jangan tinggalkan ayat ini.”
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan dari banyak “cuitan”
mereka, kecuali “cuitan” dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau
berbuat kebaikan, atau menciptakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa
berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan
memberinya pahala yang besar.”
“Bersaudaralah saudaraku, bersatulah
bangsaku, mari bersama-sama berusaha dan memohon kepada Allah (beribtihal)
untuk memadamkan kobaran api neraka di dunia ini sebagai jalan awal untuk kita
membangun surga dunia dan surga yang hakiki di kehidupan nanti. Jangan relakan
api neraka membakar dada dan pikiran setiap kita.”
“Kenapa suka membesar-besarkan masalah
menjadi watak. Di mana Islam? Di mana Iman dan Ihsan? Juga di mana Allah SWT
dan Rasul SAW? Tidakkah Abu Lahab telah terkubur dalam runtuhnya tirani
jahiliyah?”
اللهم
ارحمنا من زمن هذا واحداق الفتن وتطاول اهل الجرأة علينا واستضعافهم ايانا واجعلنا
فى عياذ منيع وحرز حصين من جميع خلقك حتى تبلغنا اجلنا معافا
اللهم
اهدنا الصراطك المستقيم
والسلام
عليكم.......
Dengan pesan beliau ini, kita diajak
menfilter kembali dalam pilihan merespon sekian banyak sumber informasi
(cuitan) kita mestinya berfokus pada (mereka) yang selalu mengajak; pada
sedekah (kedermawanan), pada perbuatan kebaikan dan pada perjuangan menciptakan
perdamaian di antara manusia. Karena tiada kebaikan kecuali pada mereka yang
tiada lelahnya mengajak untuk mengerjakan amaliah-amaliah sosial yang
mengandung nilai-nilai kemanusiaan tersebut demi mengharap keridloanNya. []
(Fuad Al-Athor/Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar