Fathul Mannan, Kitab Pegon Pegangan Baca
Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang
diturunkan kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang
menjadi mukjizat, dan dianjurkan untuk dibaca oleh umat Islam setiap saat.
Membaca Al-Qur’an, dalam ajaran Islam, termasuk ibadah yang sangat dianjurkan
untuk diamalkan setiap hari. Akan tetapi, banyak diantara kalangan umat Islam
Nusantara, khususunya Jawa, yang belum mengerti secara mendalam, tentang
tatacara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, sehingga masih banyak yang
membaca Al-Qur’an secara serampangan dan tidak sesuai dengan ilmu tajwid
Al-Qur’an.
Pada zaman sekarang, ilmu tajwid dan ilmu
qiraat, sudah jarang diminati untuk dipelajari dan diteliti secara mendalam.
Ilmu tajwid sering dianggap sebagai ilmu yang ringan, ilmu kulit, dan ilmu yang
hanya layak dipelajari oleh anak-anak kecil di Taman Pendidikan Al-Qur’an. Anggapan
ini tentu saja keliru, karena segala ilmu yang bersinggungan dengan Al-Qur’an,
baik secara lahir maupun batin, merupakan ilmu-ilmu pokok yang harus dipelajari
oleh seorang Muslim.
Berangkat dari latar belakang, bahwa: (1)
masih banyak masyarakat Islam Indonesia yang belum mampu untuk membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar, (2) masih banyak masyarakat Islam Indonesia
yang belum memahami ilmu tajwid, (3) langkanya referensi dan kajian tentang
ilmu tajwid; Kiai Maftuh Basthul Birri, sang begawan Al-Qur’an, pengasuh Pondok
Pesantren Murottilil Qur’an Lirboyo Kediri, tergerak hatinya untuk menulis
kitab pegon tentang ilmu tajwid berjudul Fathul Mannân li Tashhîh Alfâdz
al-Qur’ân ini. Kiai Maftuh Basthul Birri, di dalam kitab tersebut dhawuh (dalam
bahasa Jawa dengan aksara Arab pegon, red):
كَاڤْرَاهِيْڤُونْ
تِيْيَاڠْ مَاهَوسْ اَلْقُرْآنْ سَامِيْ كِيْرَاڠْ ڤَاڠٓرْتَوْسَانْ إِيْڤُونْ
دُوْمَاتٓڠْ حُكُمْ-حُكُمْ وَاهَوْسَانْ، سَاهِيڠْڮَا مَاهَوسْ إِيْڤُونْ سَامِيْ
سٓمْبٓرَانَا لَنْ كِيْرَاڠْڤَاڠٓرْتَوْسَانْ إِيْڤُونْ. أَمَرْڮِيْ وَونْتٓنْ كَلَانِيْڤُونْڠَاهَوسْ إِيْڤُونْ
تَكْسِيهْ كِيْرَاڠْ، أُوْتَاوِيْ لَاتِيْهَانْ دِيْسِيڤْلِينْ إِيْڤُونْ إِڠْكَڠْ
كِيْرَاڠْ، لَاجٓڠْ اَڠْڮَامْڤِيلْ أَكٓنْ وَاهَوْسَانْ
Artinya: “Kebanyakan orang membaca Al-Qur’an
kurang memiliki pengetahuan tentang hukum-hukum bacaan, sehingga bacaannya pun
ngawur dan tidak sesuai aturan. Hal itu disebabkan, adakalanya karena jarang
mengaji, atau sering mengaji namun tidak disiplin dalam menerapkan hukum-hukum
bacaan sehingga menyepelekan bacaan.”
Di dalam kitab Fathul Mannan ini, Kiai Maftuh
yang terkenal memiliki standar tinggi dalam hal bacaan Al-Qur’an, mengupas
tuntas tema-tema penting di dalam ilmu tajwid, yang sesuai dengan riwayat
bacaan Imam Hafsh bin Sulaiman, salah satu perawi Qiraat Imam ‘Ashim bin Abi
Najud. Pembahasan-pembahasan di dalam kitab tersebut disandarkan kepada
kitab-kitab ilmu tajwid yang sudah terkenal valid dan terpercaya, seperti:
kitab al-Mandzûmah asy-Syâthibiyyah, al-Mandzûmah al-Jazariyyah, Irsyâd
al-Ikhwân Syarh Mandzûmat Hidâyat ash-Shibâan, al-Itqân fi ‘Ulûm al-Qur’ân,
al-Minah al-Fikriyyah, Sirâj al-Qâri’, Nihâyah al-Qaul al-Mufîd dan kitab-kitab
lain yang membahas ilmu tajwid dan qiraat.
Selain pembahasan yang mendetail tentang
tema-tema pokok ilmu tajwid yang ditulis dengan aksara Pegon, yang menarik dari
kitab ini adalah bahwa kitab ini ditashih oleh para ulama besar ahli Al-Qur’an
Nusantara, seperti: Simbah KH Muhammad Arwani Amin Sa’id pendiri Pondok Tahfidh
Yanbu’ul Qur’an Kudus, Simbah KH Nawawi Abdul Aziz pengasuh Pondok Pesantren
An-Nur Ngrukem Yogyakarta, Simbah KH Ahmad Munawwir bin KH Muhammad Munawwir
salah satu pengasuh Pondok Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Simbah KH Adlan ‘Aly
pendiri Pondok Putri Walisongo Cukir Jombang, dan Simbah KH Abu Syuja’ Ngadiluwih
Kediri. Semua kiai-kiai yang mentashih kitab Fathul Mannan merupakan guru-guru
dari Kiai Maftuh Basthul Birri.
Kiai Muhammad Arwani Amin Kudus mengomentari
kitab Fathul Mannan karya Kiai Maftuh, dengan berkata bahwa kitab ini merupakan
kitab ilmu tajwid lengkap, yang membahas pokok-pokok bahasan ilmu tajwid yang
sangat penting dan jarang dibahas di dalam kitab-kitab tajwid lain, yang
berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Jawa.
Kiai Nawawi Ngrukem Yogyakarta mengomentari
kitab Fathul Mannan, dengan menyatakan bahwa kitab ini merupakan kitab yang
sangat bagus dan cocok untuk dipelajari oleh para pemula. Bahkan Kiai Nawawi
Ngrukem menganggap bahwa upaya yang dilakukan oleh Kiai Maftuh, merupakan
aplikasi dari konsep hifdhul hâl atau menjaga laku, yakni laku dalam
membaca Al-Qur’an supaya sesuai dengan aturan dan kaidah yang berlaku. Di dalam
kitab Ta’lim al-Muta’allim disebutkan, bahwa afdhalul ‘ilmi ‘ilmul hâl wa
afdhalul ‘amal hifdhul hâl, sebaik-baik ilmu adalah ilmu laku dan sebaik-baik
amal adalah menjaga laku. Membaca Al-Qur’an merupakan ‘amal al-hâliy, yakni
sebuah amal atau laku yang dianjurkan untuk dilakukan setiap hari. Amal atau
laku ini harus dijaga, dari segala bentuk penyimpangan dan kesalahan. Dan kitab
Fathul Mannan ini merupakan panduan untuk menjaga amal “Membaca Al-Qur’an”,
agar tidak terjatuh dalam kesalahan, baik yang bersifat ringan (lahn khafiy)
maupun yang bersifat berat (lahn jaliy).
Kiai Maftuh Basthul Birri, maupun
guru-gurunya yang telah disebut di atas, merupakan tokoh-tokoh pejuang
Al-Qur’an yang sangat terkenal ketat dalam hal bacaan Al-Qur’an. Membaca
Al-Qur’an bagi mereka, tidak boleh sembarangan, tidak boleh asal bunyi, dan
harus sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang telah ditetapkan. Hal ini senada
dengan sebuah syair yang digubah oleh Syekh Syamsuddin Ibn al-Jazari:
وَالْأَخْذُ
بِالتَّجْوِيْدِ حَتْمٌ لَازِمٌ :: مَنْ لَّمْ يُجَوِّدِ الْقُرْأَنَ آثِمٌ
Membaca Al-Qur’an dengan tajwid merupakan
sebuah kewajiban yang harus dilakukan ::
Barang siapa tidak membaca Al-Qur’an dengan
tajwid maka ia berdosa kepada Tuhan
Sikap ketat dalam membaca Al-Qur’an yang
diterapkan oleh Kiai Maftuh tersebut bisa terbaca dan bisa dirasakan melalui
karya beliau Fathul Mannân li Tashhîh Alfâdz al-Qur’ân ini. Penjelasan
mengenai bab-bab ilmu tajwid begitu detail, dan sangat mudah dipahami oleh para
pemula, karena ditulis dengan menggunakan Aksara Pegon.
Kitab Fathul Mannân li Tashhîh Alfâdz
al-Qur’ân selesai ditulis oleh Kiai Maftuh Basthul Birri pada bulan Rabi’ul
Awwal tahun 1397 H/Februari 1977 M, terdiri dari 3 juz yang terangkum menjadi
satu, memiliki ketebalan 148 halaman, dan dicetak oleh penerbit toko kitab
Al-Ihsan Surabaya.
Kepada Kiai Maftuh Basthul Birri, dan para
begawan Al-Qur’an Nusantara, al-Fatihah... []
Sahal Japara, kepala SMPQT Yanbu’ul Qur’an 1
Pati, pemerhati aksara Arab Pegon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar