Cara Stephen Hawking
Dukung Perjuangan Palestina
Fisikawan terkemuka
di dunia Stephen Hawking meninggal dunia hari Rabu (14/3/18), pada usia 76
tahun. Berita meninggalnya Hawking menghebohkan dunia. Pasalnya, dia dianggap
sebagai orang yang memiliki kontribusi dan terobosan besar dalam bidang fisika
dan kosmologi. Diantara teori yang dicetuskannya dan menjadi perhatian besar di
jagat dunia sains adalah Teori Big Bang, Teori Gravitasi Kuantum, dan Radiasi
Hawking.
Selain sebagai
seorang ilmuan yang cemerlang, Hawking juga dikenal sebagai orang yang
mendukung perjuangan Palestina. Pada bulan Mei 2013, nama dan foto Hawking
menjadi berita utama di banyak media internasional. Pasalnya, dia menolak hadir
dan menjadi pembicara dalam sebuah acara konferensi yang diselenggarakan oleh
Presiden pada saat itu Israel Shimon Peres di Yerusalem.
Alasannya, Hawking
menggap kebijakan pemerintah Israel terhadap Palestina cenderung menimbulkan
bencana. Sebelumnya Hawking menerima sejumlah email dari akademisi Palestina.
Mereka berharap Hawking untuk memboikot acara tersebut. Dan Hawking menyetujui
hal itu.
Dalam sebuah surat,
Hawking menyatakan bahwa kalau seandainya jadi hadir dalam konferensi, ia akan
menyampaikan apa yang dilakukan pemerintah Israel itu akan menyebabkan
bencana.
Keputusan Hawking
untuk memboikot acara konferensi kepresidenan Israel tersebut disambut suka
cita oleh para akademisi dan aktivis Palestina.
Dukungan Hawking
untuk bangsa Palestina tidak hanya itu. Tahun 2017 lalu, ia melakukan
penggalangan dana di akun Facebooknya untuk disumbangkan ke Sekolah Tinggi
Fisika Palestina (Palestinian Advanced Physics School). Dengan menggalang dana,
Hawking juga berupaya untuk mendirikan sekolah-sekolah fisika lainnya di
Palestina.
Stephen Hawking lahir
pada 8 Januari 1942 di Inggris. Ia belajar fisika di University College dan
meneliti kosmologi di Cambridge University. Saat usianya menginjak 21 tahun, ia
terkena penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig.
Semenjak itu, ia divonis hanya bisa bertahan hidup selama dua tahun saja. Namun
nasib berkata lain, ia terus hidup hingga usia 76 tahun.
A Brief History of
Time, bukunya yang ditulis pada 1988 menjadi salah satu buku yang paling
populer di dunia setelah terjual lebih dari 10 juta eksemplar. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar