Selasa, 27 November 2018

(Hikmah of the Day) Cara Stephen Hawking Dukung Perjuangan Palestina


Cara Stephen Hawking Dukung Perjuangan Palestina

Fisikawan terkemuka di dunia Stephen Hawking meninggal dunia hari Rabu (14/3/18), pada usia 76 tahun. Berita meninggalnya Hawking menghebohkan dunia. Pasalnya, dia dianggap sebagai orang yang memiliki kontribusi dan terobosan besar dalam bidang fisika dan kosmologi. Diantara teori yang dicetuskannya dan menjadi perhatian besar di jagat dunia sains adalah Teori Big Bang, Teori Gravitasi Kuantum, dan Radiasi Hawking.   

Selain sebagai seorang ilmuan yang cemerlang, Hawking juga dikenal sebagai orang yang mendukung perjuangan Palestina. Pada bulan Mei 2013, nama dan foto Hawking menjadi berita utama di banyak media internasional. Pasalnya, dia menolak hadir dan menjadi pembicara dalam sebuah acara konferensi yang diselenggarakan oleh Presiden pada saat itu Israel Shimon Peres di Yerusalem. 

Alasannya, Hawking menggap kebijakan pemerintah Israel terhadap Palestina cenderung menimbulkan bencana. Sebelumnya Hawking menerima sejumlah email dari akademisi Palestina. Mereka berharap Hawking untuk memboikot acara tersebut. Dan Hawking menyetujui hal itu. 

Dalam sebuah surat, Hawking menyatakan bahwa kalau seandainya jadi hadir dalam konferensi, ia akan menyampaikan apa yang dilakukan pemerintah Israel itu akan menyebabkan bencana. 

Keputusan Hawking untuk memboikot acara konferensi kepresidenan Israel tersebut disambut suka cita oleh para akademisi dan aktivis Palestina. 

Dukungan Hawking untuk bangsa Palestina tidak hanya itu. Tahun 2017 lalu, ia melakukan penggalangan dana di akun Facebooknya untuk disumbangkan ke Sekolah Tinggi Fisika Palestina (Palestinian Advanced Physics School). Dengan menggalang dana, Hawking juga berupaya untuk mendirikan sekolah-sekolah fisika lainnya di Palestina. 

Stephen Hawking lahir pada 8 Januari 1942 di Inggris. Ia belajar fisika di University College dan meneliti kosmologi di Cambridge University. Saat usianya menginjak 21 tahun, ia terkena penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig. Semenjak itu, ia divonis hanya bisa bertahan hidup selama dua tahun saja. Namun nasib berkata lain, ia terus hidup hingga usia 76 tahun.

A Brief History of Time, bukunya yang ditulis pada 1988  menjadi salah satu buku yang paling populer di dunia setelah terjual lebih dari 10 juta eksemplar. []

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar