Membangun Semangat Kebersamaan dalam
Kehidupan Berbangsa
Dalam konsep fiqih rasa kebersamaan ini
dituangkan dalam teori maslahah ammah. Artinya bahwa kepentingan bersama dan
kebutuhan khalayak harus diutamakan di atas segala macam kepentingan baik
individu maupun golongan. Sehingga terciptalah tatanan kehidupan yang kondusif.
Jika demikian adanya, maka syari’at akan menemukan makna haqiqinya sebagai
sebuah jalan ‘syara’a’ yang menuntun kehidupan ummat.
اَلْحَمْدُ
لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ
تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ
اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (أَمَّا بَعْدُ) فَقَالَ تَعَالَى
فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جَفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ
فِيْ الأَرْضِ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan kwalitas ketaqwaan
kita dengan menjauhi segala larangan-Nya dan kita tambahi ketaatan kita dengan
menjalankan berbagai perintah-Nya. Sesungguhnya diantara perintah itu adalah
mengutamakan kebersamaan dan kepentingan bersama mengalahkan kepentingan
pribadi dan golongan.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Sudah menjadi mafhum bagi masyarakat kita
bahwa carut marut kondisi bangsa ini bersifat kompleks. Meski demikian (tanpa
bermaksud menyederhanakan masalah) jika dirunut maka akan bermuara pada
menipisnya rasa kebersmaaan. Satu rasa satu bangsa seiman dan se-Tuhan.
Dalam konsep fiqih rasa kebersamaan ini
dituangkan dalam teori maslahah ammah. Artinya bahwa kepentingan bersama dan
kebutuhan khalayak harus diutamakan di atas segala macam kepentingan baik
individu maupun golongan. Sehingga terciptalah tatanan kehidupan yang kondusif.
Jika demikian adanya, maka syari’at akan menemukan makna haqiqinya sebagai
sebuah jalan ‘syara’a’ yang menuntun kehidupan ummat. Sebagaimana termaktub
dalam surat al-Anbiya’ bahwasannya perwujudan syariah yang diwahyukan kepada
Rasulullah saw merupakan rahmat bagi alam semesta.
وما
أرسلناك إلا رحمة للعالمين
“Kami mengutus Anda hanya bertujuan memberi
rahmat bagi alam semesta”. (QS. Al-Anbiya’: 107)
Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia
Sebagai sebuah bangsa yang bernegara lengkap
dengan pemerintahan sudah selayaknya jika kepentingan bersama menjadi dasar dan
pijakan pengambilan keputusan para elit negeri. Baik keputusan yang berifat
aksi maupun reaksi.
Namun seringkali kebersamaan ini hanya
menjadi stempel belaka yang tidak merujuk sama sekali pada kenyataan, bahkan
lebih dekat pada kepentingan hawa nafsu dan kesewenang-wenangan. Dalam suasana
pembangunan yang dinamis dewasa ini, selalu ditemukan istilah kepentingan umum.
Walaupun seringkali batasan ‘kepentingan umum’ ini menjadi tidak jelas dan
tidak sesuai dengan pengertian yang sesungguhnya. Kepentingan umum akhirnya
berkembang dalam perspektif yang beragam; ada kepentingan umum menurut versi
pengambil keputusan (umara), atau kepentingan umum menurut “selera” sebagian
kecil kelompok masyarakat, dan kepentingan umum yang dipersepsi oleh
masyarakat. Inilah yang dilarang oleh al-Qur’an, sebagaimana himabuannya dalam
surat as-Shad ayat 26
فَاحْكُم
بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ
اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ
بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Maka tegakkanlah hukum di antara manusia
secara benar dan janganlah Anda mengikuti hawa nafsu, yang akan menjerumuskan
Anda pada kesesatan, jauh dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26)
Jika sudah demikian keberadaannya, maka
berbagai kerusakan akan menjadi penunggu setia bangsa ini. Bangsa yang senang
memutuskan segala macam kebijakan berdasar pada kepentingan hawa nafsu, pribadi
dan atau kelompok.
وَلَوِ
اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن
فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ
“Andaikan kebenaran mengikuti keinginan
mereka, niscaya langit, bumi dan segala isinya akan binasa/rusak/hancur.” (QS.
al-Mu’minun: 71)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Meski demikian tidak lantas segala macam
‘kepentingan bersama’ dapat dijalankan. Ada rambu-rambu yang harus ditaati demi
menghindari kemudharatan. Diantaranya kepentingan bersama haruslah selaras
dengan tujuan syariat, yaitu terpeliharanya lima hak dan jaminan dasar manusia
(al-ushul al-khamsah), yang meliputi: keselamatan keyakinan agama, keselamatan
jiwa (dan kehormatan), keselamatan akal, keselamatan keluarga dan keturunan,
dan keselamatan hak milik. Maka jikalau kepentingan bersama itu telah melabrak
lima dasar syariah itu, hendaklah segera ditinjau kembali.
Rambu selanjutnya adalah bahwa ‘kepentingan
bersama’ itu harus benar-benar mnecakup semua golongan yang berbeda-beda
apalagi di Indonesia yang sangat beragam baik agama, ras, suku maupun adatnya.
Maka dalam hal ini prinsip syura, berembug atau musyawarah menjadi sangat
strategis.
وَالَّذِينَ
اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Artinya: “... dan orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhan mereka dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah di internal mereka sendiri.” (QS. Al-Syura: 38)
Demikianlah khotbah singkay kali ini, semoga
hal singkat ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, baik bagi penentu
kebijakan maupun penganut kebijakan.
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar