Semua Luh dan Las
Sudah Berganti Tus
Senin, 17 Desember
2012
Minggu pagi pukul
lima kemarin. Hotel Borobudur Jakarta masih sunyi. Tapi, di dalam ballroom
hotel itu hampir 1.000 orang menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan gegap
gempita. Mereka adalah karyawan terbaik seluruh pabrik gula milik BUMN yang
baru saja menyelesaikan musim giling 2012.
Mereka adalah para pekerja
keras yang telah mengubah wajah seluruh pabrik gula hanya dalam waktu kurang
dari setahun. Mereka adalah para “kopassus” yang untuk rapat kerja yang dimulai
pukul 05.00 pun dalam posisi “siaaaap”!
Mereka berkumpul lagi
kali ini untuk membahas hasil kerja keras mereka setahun terakhir. Juga untuk
merumuskan perbaikan apa lagi yang harus dilakukan pada 2013 yang segera tiba.
Krebet Baru (Malang)
dan Ngadirejo (Kediri) adalah dua pabrik gula dengan capaian terbaik tahun ini.
Krebet Baru untuk kali pertama bisa mengalahkan pabrik gula swasta di
sebelahnya. Ngadirejo yang dulu hampir dilepas ke swasta, hanya kalah tipis
dari Krebet Baru. Bahkan, bisa jadi Ngadirejo lebih unggul kalau saja mulai
gilingnya sedikit mundur, menunggu umur tebu sedikit lebih tua.
PTPN X, di bawah
Dirut Subiyono, mendominasi prestasi tahun ini. Sembilan PG di bawah Subiyono
semuanya masuk prestasi papan atas. Tapi, lonjakan terbesar sebenarnya
diperoleh PTPN XI. Semula, 16 PG di bawah PTPN XI jelek semua dan banyak sekali
yang rugi.
Bahkan, tiga di
antaranya menjadi pasien UKP4 pimpinan Kuntoro Mangkusubroto itu. Tahun ini
delapan pabrik di lingkungan PTPN XI sudah masuk prestasi papan atas.”UKP4
langsung mencabut status pasien di tiga pabrik gula tersebut.
“Intinya, semua harus
disiplin,” ujar Andi Punoko, Dirut PTPN XI, menjawab pertanyaan mengapa PTPN XI
bisa bangkit serentak seperti itu. “Disiplin tanam, disiplin bibit, disiplin
pupuk, disiplin tebang, disiplin angkut, disiplin pemeliharaan, dan disiplin
pengoperasian pabrik,” katanya.
Di samping pembenahan
internal, dilakukan terobosan eksternal. Tahun ini seluruh pabrik gula
memberikan jaminan rendemen minimal kepada petani tebu. Manajemen juga membuka
diri setelanjang mungkin kepada petani. Bahkan, semua pabrik gula melepaskan
begitu saja kepada petani gula yang menjadi hak petani.
Dengan demikian,
tahun ini petani tebu mendapatkan hasil yang sangat baik. Di PTPN XI saja ada
uang Rp 150 miliar yang dulu jatuh ke pihak ketiga, sekarang jatuh langsung ke
petani tebu. Belum lagi rendemen yang naik dan harga gula yang bagus.
Karena itu, saya
tegaskan tahun depan tidak boleh lagi pabrik gula meminjam dana dari pihak
ketiga dengan cara seperti mengijonkan gulanya. Bank-bank BUMN sanggup
menyediakan dana talangan itu.
Dengan modal
kepercayaan petani tebu yang sudah pulih seperti itu, tahun depan bisa
diharapkan keadaannya akan lebih baik lagi. Pabrik gula bisa mengenakan
disiplin yang lebih ketat kepada petani, antara lain, demi petani itu sendiri.
Misalnya, bagaimana petani hanya boleh mengirim tebu ke pabrik dalam kondisi
MBS (manis, bersih, segar).
Artinya, petani tidak
boleh mengirim tebu muda yang kadar manisnya belum cukup. Tebu yang dikirim
juga harus bersih, tidak banyak campuran daun kering atau tanah. Tebunya harus
masih segar, begitu ditebang harus langsung dikirim ke pabrik.
Prinsip MBS itu
diterapkan tanpa tebang pilih. “Tahun ini kami menolak 100 truk tebu yang
dikirim ke pabrik dalam keadaan tidak MBS,” ujar Administrator PG Ngadirejo.
“Termasuk tebu milik bekas pejabat pabrik gula sendiri,” tambahnya. “Tidak ada
lagi KKN,” katanya.
Maka, seperti halnya
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) yang dari rugi menjadi untung lebih
Rp 300 miliar, PTPN XI pun yang tahun lalu rugi Rp 150 miliar tahun ini laba di
atas Rp 100 miliar. Bahkan, sektor gula PTPN IX yang tahun lalu rugi hampir Rp
200 miliar tahun ini sudah laba Rp 15 miliar.
Sedangkan PTPN X
tetap menjadi raja laba dengan total sampai Rp 500 miliar. “Pokoknya, kalau
tahun lalu hanya luh atau las, kini sudah serba tus,” ujar Zamkhani, deputi
Menteri BUMN Bidang Usaha Industri Primer. Maksudnya, dulu-dulu labanya puluhan
atau belasan, kini serba ratusan miliar.
Begitu banyak
pelajaran yang diperoleh dari terobosan-terobosan tahun ini. Dalam forum besar
pukul lima pagi kemarin itu juga diadakan dialog tukar pengetahuan bidang
tanaman, teknik, dan pengolahan. Para kepala bagian saling sharing keunggulan
pabrik masing-masing.
Tahun depan giliran
kondisi fisik pabrik yang harus berubah. Taman-taman, lantai-lantai,
tembok-tembok, atap-atap, mesin-mesin, semuanya harus indah, rapi, dan bersih.
Pabrik-pabrik itu harus bisa sebersih mal.
Lima bulan lagi saya
akan kembali keliling seluruh pabrik gula BUMN. Benarkah saya sudah bisa
melihat “mal-mal” di tengah kebun tebu itu!
Dahlan Iskan, Menteri
BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar