Soal Bermedia Sosial, Ini Pesan Kiai Akyas
Buntet
Bicara tentang media sosial, kita tak lepas
dari status, komentar, dan publikasi ulang terhadap link atau status yang
dibuat orang lain. Mudahnya mengakses media sosial tersebut membuat orang gemar
membuat status atau mengisi kolom komentar. Publikasi ulang juga sering
dilakukan.
Media sosial kerap kali bukan lagi menjadi
media untuk berinteraksi antarindividu, tetapi seakan meluas pada media
psikologi. Ya, tentu kita sering melihat bagaimana orang-orang mengungkapkan
perasaannya di situs Facebook, misalnya. Hal-hal yang seharusnya menjadi
privasi diri sendiri, kini sangat mudah dikonsumsi oleh masyarakat umum. Status
yang kita buat tidak terbatas hanya pada lingkup regional atau nasional, tapi
bahkan internasional, tidak terbentur tembok batas kenegaraan.
Penulis jadi ingat saat upacara tiap hari
Senin di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra Buntet Pesantren Cirebon,
tempat penulis mengaji. Pembina Upacara KH Ade Nasihul Umam dalam amanatnya
menyampaikan satu syiir dengan bahr thowil karya KH Akyas Abdul Jamil berikut.
تُصَوِّيْتُ
تَاعْ تِيعْ تُوعْ وَطَاتْ تَيتْ وَطَاتْ وَلَا # تُبَالِيْ بِجِيْرَانٍ
فَقَوْلُكَ ضَاءِعٌ
Tushowwitu tang ting tung wa tot tet wa tot
wa laa # tubali bijironin faqouluka dloi’un
Kamu bicara tang ting tung dan tot tet tot
(macam-macam) dan tidak memperhatikan tetanggamu, maka ucapanmu itu sia-sia
Jauh sebelum media sosial itu lahir, Muqoddam
Tarekat Tijani itu sudah mengingatkan kita untuk tidak perlu banyak berkomentar
ataupun menulis status jika hanya mengganggu tetangganya. Dalam konteks media
sosial, tentu mengganggu pembaca atau pengguna media sosial lainnya.
Secara langsung, beliau tidak mengatakan
demikian. Tapi, jika kita maknai lebih jauh lagi akan beroleh kesimpulan ke
sana. Atau lebih halusnya, adik Kiai Abbas Buntet itu membolehkan siapapun
berkomentar, asalkan baik dan bermanfaat.
Oleh karena itu, dalam bermedia sosial, jari
kita perlu dijaga. Jangan sampai dengan mudah membagikan link sebelum diyakini
kevalidannya. Perihal pengunggahan status pun, mestinya kita perhatikan betul.
Masihkah kita perlu berbuat kesia-siaan? []
(Syakir Niamillah Fiza/Kendi Setiawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar