Menuruti Pemberi
Petunjuk
Banyak orang bingung
menghadapi hidup. Masalahnya beda-beda. Banyaknya masalah ekonomi. Ada lelaki
yang sudah berusia 50 tahun belum menikah, karena takut masalah nafkah. Ada
yang cerita sudah dua kali memutuskan tunangan karena masalah ekonomi. Pertama,
calon mertuanya mensyaratkan emas 20 gram dan punya mobil. Kasus kedua, prp nya
minta 25 gram emas murni. Berat,menurutnya. Jadi tunangan pun batal.
Bukankah selama ini
kita beribadah kepada Allah yang maha memberi petunjuk? Apakah kita tidak tahu
petunjuk-Nya? Ataukah tidak mau mengikuti petunjuk-Nya?
Shalat istikharah
sebenarnya salah satu cara untuk mengenali petunjuk-Nya. Selama belum dapat
petunjuk sampai 3 bulan atau lebih pun sebaiknya terus dilakukan.
Al-Qur'an disebut hudan
artinya petunjuk. Al-Qur'an adalah guide atau panduan bagi kita untuk
melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Rasulullah juga
disebut al-Hadi (pemberi petunjuk). Dengan mempelajari sabda dan mengikuti
sabdanya kita mengikuti petunjuk.
Beruntung Guru Sekumpul.
Berkah banyak shalawat, Rasulullah datang dalam mimpi seseorang dan menyuruh
orang tersebut untuk membantu menyiapkan pernikahan Guru Sekumpul.
Hati kita jika
dibersihkan adalah kitab kehidupan yang lengkap. Di sana ada rahasia dan
petunjuk. Imam Malik tidak berlebihan saat berpesan,"Bertanyalah pada
kedalaman hatimu (yang bersih)."
Setiap saat ada
petunjuk. Kita saja yang tidak peka. Atau sadar, tapi lebih percaya pada
pikiran dan perasaan sendiri dan orang lain.
Bila dekat dengan
Allah maha pemberi petunjuk, bahkan penyakit apa pun diberi petunjuk obatnya.
Saat temannya sakit, seorang kakek berkata,"Sudah ajalnya. Dalam mimpi,
saya tidak menemukan obatnya." Temannya pun wafat. Biasanya sakitnya
selalu ada petunjuk obatnya dari kakek tersebut.
Ayah Habib Syekh saat
akan meninggal, ia mengimami shalat Jumat dan memanggil Seseorang untuk persis
di belakangnya. Ia berpesan bila ada apa-apa dengan dirinya, lanjutkan
shalatnya. Ayah Habib Syekh meninggal saat bersujud dan orang tersebut
mengambil alih tugas sebagai imam sampai salam.
Ajengan Dudun pernah
bilang,"Bila dzikir khofi sudah mantap, maka dia akan tahu saat
ajalnya." Bukankah ini juga petunjuk.
Sungguh petunjuk itu
berseliweran. Sudahkah kita membuka mata hati kita untuk membacanya? Sudahkah
kita pasrah untuk mengikuti petunjuk Allah? Sudahkah kita melepas keinginan dan
hasrat pribadi kita dan orang lain dari dalam diri kita?
Uridu anla uridu (aku
ingin tidak punya keinginan), demikian kata Abu Yazid. Hidupnya cukup dengan
mengikuti petunjuk, karena tidak pernah terputus dengan maha pemberi petunjuk.
Lakukan petunjuk
Allah, baik yang tersurat di kitab maupun yang tersirat di alam semesta. Bila
tidak, dengarkan kekesalan Allah,"'Imalu ma syi'tum (lakukan
semaumu)".
Allah pun pergi
meninggalkan kita.
Saat kita kerja, yang
ada keluhan. Saat mendapat uang, yang ada kekurangan. Saat banyak uang, yang
ada tanpa berkah. Karena petunjuk Allah telah diabaikan, maka kitapun
diabaikan.
Lakukan semaumu,
dan hadapi sendiri masalahmu. Bukankah kau lebih percaya dan mengikuti
perasaan dan pikiranmu sendiri dan orang lain daripada petunjuk Allah? []
(Rojaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar