Kamis, 29 Maret 2018

(Ngaji of the Day) Ini Air Mata Buaya dan Penyesalan Palsu Menurut Ibnu Athaillah


AL-HIKAM
Ini Air Mata Buaya dan Penyesalan Palsu Menurut Ibnu Athaillah

Penyesalan dan rasa sedih atas sekian banyak amal ibadah dan kesempatan berbuat baik yang terlewat seharusnya dibarengi dengan upaya pembenahan diri ke depan dan pemanfaatan kesempatan semaksimal mungkin. Tanpa ada upaya untuk mengejar ketertinggalan, penyesalan dan rasa sedih itu hanya tinggal omong kosong belaka sebagai disebut oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam hikmah berikut ini.

الحزن على فقدان الطاعة مع عدم النهوض إليها من علامات الاغترار

Artinya, “Kesedihan atas ketertinggalan kebaikan tanpa disertai gerakan perbaikan adalah salah satu tanda terpedaya.”

Penyesalan atas masa lalu seharusnya disusul dengan bukti konkret pemanfaatan kesempatan berbuat baik. Penyesalan dan kesedihan tanpa aktivitas konkret ke depan hanya tinggal menjadi air mata kepalsuan dan semu belaka. Hal ini disebut oleh Syekh Syaqawi dalam hikmah berikut ini.

الحزن على فقدان الطاعة) بضم الفاء وكسرها أى عدم وجودها فى الحال (مع عدم النهوض إليها) فى المستقبل (من علامات الاغترار) أى التعويل على ما لا حقيقة له.

Artinya, “(Kesedihan atas ketertinggalan kebaikan) ketiadaan ibadah saat ini (tanpa disertai gerakan perbaikan) di masa mendatang (adalah salah satu tanda terpedaya) ratapan atas sesuatu yang semu,” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 62-63).

Syekh Ibnu Abbad menyatakan bahwa banyak sekali air mata semu dan penyesalan palsu tak membuahkan apa-apa sehingga penyesalan dan rasa sedih itu hanya tinggal sia-sia. Syekh Ibnu Abbad juga memotivasi mereka yang bergerak bangkit mengejar ketertinggalan dalam beribadah. Mereka dapat memangkas waktu tempuh jauh lebih cepat dibanding mereka yang tidak bersedih.

هذا هو الحزن الكاذب الذي يكون معه البكاء الكاذب كما قالوا كم من عين جارية وقلب قاس وهو آمن مكر الله تعالى الخفي حيث منعه ما ينفعه وأعطاه ما يغترّ به من الحزن والبكاء... قال الشيخ أبو على الدقاق رضي الله تعالى عنه صاحب الحزن يقطع من طريق الله عز وجل في شهر ما لا يقطعه من فقد حزنه في سنين. وفي الخبر أن الله يحب كل قلب حزين...وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم متواصل الأحزان دائم الفكر...

Artinya, “Ini adalah kesedihan palsu yang dibarengi dengan tangisan dusta sebagai dikatakan, ‘Berapa banyak bola mata mengalirkan airnya dan hati yang keras sementara mereka merasa aman dari ujian Allah SWT yang tersembunyi di mana Allah mencegah hal yang bermanfaat untuk mereka dan menganugerahkan kesedihan dan tangis, suatu hal yang memperdaya kepada mereka...’

Syekh Abu Ali Ad-Daqqaq mengatakan, ‘Orang yang bersedih dalam sebulan dapat menempuh perjalanan menuju Allah sejauh sekian tahun waktu tempuh mereka yang tidak bersedih.’ Di dalam hadits Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah mencintai orang dengan hati bersedih...’ Rasulullah SAW sendiri adalah orang yang terus menerus bersedih, dan selalu berpikir,” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 63).

Hikmah ini memotivasi mereka yang telah kehilangan kesempatan beribadah dan berbuat baik untuk membenahi diri di masa depan. Tetapi hikmah ini juga mengecam mereka yang hanya meratapi dan menyesali kelalaiannya tanpa disusul dengan pembenahan diri. Wallahu a‘lam. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar