Selasa, 27 Maret 2018

(Hikmah of the Day) Ketika Mualaf Lupa Kalimat Talbiyah saat Haji


Ketika Mualaf Lupa Kalimat Talbiyah saat Haji

Suatu ketika, Kiai Basyirun Salatiga menuntun syahadat mantan pastur dari salah satu gereja di Kota Salatiga Jawa Tengah. Belum genap satu tahun ia dinyatakan sebagai Muslim, Kiai Basyirun sudah memintanya untuk daftar inden ibadah haji, berangkat ke Tanah Suci.Tanpa banyak bertanya, ia pun segera melaksanakan perintah sang kiai.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya penantian untuk melakukan ibadah haji pun mulai dekat. Namun, cepatnya waktu yang bergulir tak senada dengan kecepatannya dalam memahami khazanah keislaman. Hal itu tentu membuat hatinya sedikit ciut seiring dengan semakin dekatnya keberangkatan ke Tanah Suci. Ia kemudian memutuskan untuk sowan ke tempat sang kiai, sekaligus meminta solusi mengenai permasalahannya yang mengusik hati.

"Sudahlah, tak usah khawatir. Yang terpenting kuncinya adalah qana'ah. Terima terhadap apa-apa yang terjadi nanti di Tanah Suci," tegas Kiai Basyirun setelah mendengar keluh kesah muallaf tersebut.

Sebagai murid, ia hanya mengiyakan apa yang dikatakan guru spiritualnya. Berbekal ilmu agama yang tak seberapa, ia mulai meyakinkan hati kecilnya dan berangkat beribadah untuk menyempurnakan rukun agama.

Syahdan, keriuhan Masjidil Haram saat musim haji membuat hatinya semakin tak keruan. Bagaimana tidak, seumur umur, baru kali pertama ini ia melihat begitu banyaknya manusia yang berjuta jumlahnya berkumpul dalam satu tempat dengan satu tujuan pula. Ya, untuk melakukan rukun Islam yang kelima.

Hal itu membuatnya lupa akan satu doa yang justru harus sering dikumandangkan. Ia terlupa kalimat talbiyah. Meskipun saat itu seluruh jamaah haji dari berbagai dunia melantunkannya, yang ia dengar hanyalah suara gemuruh tak jelas dari mana arahnya.

Menyadari hal itu, ia hanya dapat pasrah sembari menunggu ilham dari Allah subhanahu wa ta'ala. Ia kemudian teringat akan pesan kiainya agar tetap terima dengan lapang dada, mengenai apa-apa yang terjadi ketika berhaji.

Di tengah jutaan manusia yang berjubel kemudian ia berdoa.

"Ya Allah, hamba pasrahkan semuanya kepadamu..." rintih muallaf mantan pastur tersebut.

Tiba-tiba, suara gemuruh tersebut menuntun lisannya tidak untuk melafalkan kalimat talbiyah:

لَبَّيْكَ الّلهُمَّ لَبَّيْك

Bukan, Bukanlah kalimat tersebut. Melainkan, gemuruh tersebut seakan membisikkan sebuah kalimat berbahasa Indonesia. Tanpa pikir panjang, ia pun menirukan apa yang ia dengar di tengah keriuhan Masjidil Haram. Dengan terbata ia berkata:

"Lama-lama baik... Lama-lama baik..." serunya menirukan bisikan tak jelas tersebut.

Meskipun ia mengetahui bahwa bukan ini talbiyah yang ia maksud. Namun bermodal kemantapan hati, ia kembali menyerukan kalimat tersebut dengan keyakinan bahwa inilah doa yang diilhamkan oleh Allah subhanahu wata'ala kepadanya.

Dan benar, ternyata kalimat yang diucapkannya berulang kali tersebut menurut Kiai Basyirun terkabul. Terbukti, setelah pulang berhaji keimanan muallaf tersebut semakin membaik lama kelamaan. ***

Kisah ini bersumber langsung dari Kiai Basyirun Salatiga, disampaikan dalam acara Walimatus Safar lil Haj KH Muhammad Shofi Al Mubarok di kompleks Ponpes Sirojuth Tholibin Brabo Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah.

[]

(Ulin Nuha Karim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar