Jumat, 23 Maret 2018

(Hikmah of the Day) Kisah Doa Umat Nabi Musa yang Tak Terkabulkan


Kisah Doa Umat Nabi Musa yang Tak Terkabulkan

Suatu ketika Nabi Musa melihat seorang lelaki dari umatnya yang sedang merintih dan berdoa. Ia terlihat begitu khusyuk dan mengiba kepada Allah yang maha kuasa. Melihat lelaki tersebut, sang nabi merasa iba hingga berkata:

يا ربي لو كانت حاجته بيدي لقضيتها

“Wahai Tuhanku andai saja aku berkuasa memenuhi permintaanya. Tentu akan kukabulkan,” gumam Nabi Musa.

Tak selang berapa lama, kemudian Allah mewahyukan sebuah kabar yang mengejutkan. Wahyu tersebut berkata:

يا موسى إن له غنما و إن قلبه عند غنمه و أنا لا أستجيب دعاء عبد يدعوني و قلبه عند غيري

“Wahai Musa, sesungguhnya ia memiliki  seekor kambing. Dan Sungguh, (ketika berdoa) hatinya terpaku terhadap kambingnya. Dan Aku (Allah) tidak akan mengabulkan doa seorang hamba yang meminta kepadaku, sedang hatinya terpaku pada selain diri-Ku.”

Betapa Allah maha mengetahui segala sesuatu. Ya, lelaki yang dipandang Nabi Musa telah berdoa dengan setulus hati dan sepenuh jiwa. Ternyata di mata Allah ia tak ada apa-apanya. Karena memang dalam hatinya, terpaut akan perkara dunia berupa kambing yang ia miliki. Maka, atas dasar itulah doanya tak dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala.

Kemudian setelah menerima wahyu tersebut, Nabi Musa segera mengabarkannya kepada lelaki tersebut. Maka bergegaslah lelaki itu untuk kemudian melupakan seluruh perkara duniawi dan kemudian berdoa kepada Allah dengan sepenuh jiwa. Hingga akhirnya Allah pun mengabulkan doa hamba tersebut.

Lewat kisah tersebut, betapa berharga pelajaran yang kita dapat. Kesungguhan berdoa baik dari segi lahir maupun batin sagat penting sebagai modal utama demi tercapainya doa. Karena sekali lagi ditegaskan, Allah tidak akan mengabulkan doa seorang hamba sedang hatinya terpaku kepada selainNya. Semoga kita selalu diberi kekuatan dalam meraih khusyuk saat berdoa. ***

Kisah ini disarikan dari kitab Risalah Nawadirul Hikayah karya Syaikh Ahmad Syihabuddin bin Salamah Al Qulyubi halaman 21.

[]

(Ulin Nuha Karim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar