Larangan Debat Berkepanjangan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefisinikan debat sebagai “Pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu
hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.”
Debat semacam ini positif selama kedua belah pihak masih bisa beragumentasi
dengan baik. Akan tetapi ketika keduanya sudah dikuasai emosi dan bahkan saling
serang pribadi masing-masing, maka perdebatan seamcam ini bisa berkepanjangan
dan berpotensi menimbulkan madharat.
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam
kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar
Al-Hawi, 1994, halaman 147) menjelaskan larangan debat berkepanjangan sebagai
berikut:
وعليك
بالحذر من المراء والجدال فإنهما يوغران الصدور ويوحشان القلوب ويولِّدان العداوة
والبغضاء فإن ماراك أوجادلك محِقٌّ فعليك بالقبول منه, لأن الحق أحق أن يتبع, أو
مبطل فعليك بالإعراض عنه, لإنه جاهل والله تعالى يقول:
"واعرض عن الجاهلين
Artinya: “Jangan sekali-kali melibatkan dirimu
dalam perdebatan berkepanjangan, sebab hal itu akan mengobarkan kemarahan,
merusak hati, menimbulkan permusuhan, dan membangkitkan kebencian. Apabila
seseorang mendebatmu dengan suatu kebenaran, terimalah, sebab kebenaran selalu
lebih patut diikuti. Apabila ia terus mendebatmu dengan suatu kebatilan,
berpalinglah dan tinggalkan orang itu, sebab ia adalah seorang jahil, sedangkan
Allah SWT telah berfirman, “Berpalingklah dari orang-orang jahil.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan larangan
debat berkepanjangan disebabkan berpotensi menimbulkan hal-hal negatif seperti
berikut:
Pertama, mengobarkan kemarahan di salah satu
atau kedua belah pihak. Hal ini bisa terjadi jika salah satu pihak mulai tidak
fokus pada topik pembicaraan tetapi sudah menyerang secara verbal pada pribadi
pihak lainnya. Sikap marah dari salah satu pihak biasa dibalas dengan sikap
yang sama oleh pihak lainnya.
Kedua, merusak hati kedua belah pihak karena
masing-masing terbakar emosinya. Emosi yang tak terkendali pada akhirnya akan
menghilangkan akal masing-masing. Keadaan makin parah ketika masing-masing
pihak mulai menggunakan okol (otot) dari pada akal sehingga yang terjadi
kemudian adalah adu kekuatan fisik dan bukannya adu mulut.
Ketiga, menimbulkan permusuhan di antara kedua
belah pihak karena pihak yang awalnya merasa menang secara retoris bisa jadi
pada akhirnya mengalami kekalahan secara fisik. Hal ini terjadi ketika pihak
yang kalah secara retoris ternyata memiliki kekuatan fisik yang lebih kuat.
Permusuhan bisa makin melebar jika pihak-pihak yang berdebat merupakan
representasi dari suatu kelompok tertentu sehingga menyulut solidaritas
kelompok.
Keempat, menumbuhkan kebencian di antara kedua
belah pihak yang sewaktu-waktu dapat membakar emosi mereka. Kebencian yang tak
bisa dipadamkan pada akhirnya akan menjadi bara dendam kesumat dan berpotensi
melanggengkan permusuhan baik di antara individu yang berdebat maupun anggota
kelompoknya.
Untuk menghindari hal-hal negatif diatas,
Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad sangat menekankan agar kita memiliki
sportivitas dalam berdebat, yakni bersikap jujur terhadap suatu kebenaran dari
pihak lain. Artinya jika pihak lain itu ternyata pendapatnya memang benar, maka
secara jujur kita harus bersedia mengakui dan menerimanya. Sikap semacam ini
sangat terpuji karena kebenaran dari manapun asalnya harus diterima dan diikuti
tanpa memandang siapa yang menyatakannya.
Sebaliknya, apabila kita menyakini bahwa
pendapat kita benar dan pihak lawan bicara pendapatnya salah karena
kejahilannya, maka sebaiknya kita segera meninggalkan orang itu karena tidak
sepatutnya kebenaran dikaburkan oleh kejahilan dan apalagi dikalahkan oleh
kebatilan. Dengan cara seperti ini, maka debat berkepanjangan dapat dihindari
sehingga tidak menimbulkan hal-hal negatif sebagaimana disebutkan di atas.
Anjuran meninggalkan pihak yang jahil ini sejalan dengan perintah Allah SWT di
dalam Al-Qur’an, surah Al-A’raf, ayat 199, “Waa’ridh ‘anil jahilin
(Berpalinglah dari orang-orang jahil)." []
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Univeristas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar