Kamis, 19 November 2020

(Ngaji of the Day) Nabi Muhammad, Muadz bin Jabal, dan Sebuah Pesan Rahasia

Nabi Muhammad saw. adalah orang yang sangat memahami dan mengetahui keadaan sahabatnya. Beliau memberikan sebuah pengajaran atau informasi kepada mereka sesuai dengan kadar pemahaman masing-masing. Nabi Muhammad tidak memberikan materi yang berat kepada sahabat yang baru bergabung di majelisnya. Begitupun sebaliknya.

 

Nabi Muhammad terkadang juga memberikan pesan atau informasi khusus kepada salah seorang sahabatnya. Karena suatu hal, Nabi Muhammad melarang sahabatnya itu untuk memberitahukan pesan atau informasi itu kepada sahabatnya yang lain. Hal ini pernah dialami salah seorang sahabat senior Nabi, Muadz bin Jabal.

 

Suatu ketika Nabi Muhammad naik unta bersama dengan Muadz bin Jabal dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba beliau memanggil Muadz bin Jabal hingga tiga kali. Muadz bin Jabal menjawab panggilan Nabi Muhammad. Setelah Muadz berkonsentrasi, Nabi Muhammad kemudian menyampaikan sebuah pesan tentang orang yang diharamkan Allah dari siksa api neraka.

 

“Tiada seorang pun hamba yang bersaksi dengan sungguh-sungguh dari dalam hatinya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kecuali Allah akan haramkan dirinya disentuh api neraka,” kata Nabi Muhammad dalam kita al-Ilm karya Bukhari, sebagaimana dikutip dari buku Muhammad Sang Guru (Abdul Fattah Abu Ghuddah, 2015).

 

Muadz bin Jabal gembira dengan pesan yang disampaikan Nabi Muhammad itu. Hingga kemudian dia meminta izin untuk menyebarluaskan kabar gembira itu kepada para sahabat yang lainnya agar mereka juga ikut senang. Namun, Nabi Muhammad langsung melarangnya. Beliau berdalih, jika kabar itu diberitahukan kepada sahabat yang lainnya maka dikhawatirkan mereka akan ‘mengandalkan’ informasi itu.

 

Lalu mengapa Nabi Muhammad melarang Muadz bin Jabal untuk memberitahukan kabar gembira itu kepada yang lainnya? Para ulama berpendapat, Muadz bin Jabal dilarang menyampaikan itu agar orang-orang tidak bergantung dan mengandalkan dua kalimat syahadat itu. Pendapat lain menyebutkan, hadits-hadits yang memuat tentang keringanan (rukshah) seperti agar tidak disampaikan kepada orang awam. Dikhawatirkan, mereka akan salah memahami dari maksud yang terkandung dari hadits tersebut.

 

Semula Muadz bin Jabal memegang erat sabda Nabi Muhammad itu untuk dirinya sendiri. Hingga suatu ketika menjelang hari wafatnya, Muadz bin Jabal tidak sanggup lagi menyimpan informasi itu. Ia kemudian membocorkan ‘pesan rahasia’ dari Nabi Muhammad kepasa yang lainnya. Hal itu dilakukan karena Muadz bin Jabal ingin menghindari dosa karena telah menyimpan ilmu pengetahuan untuk dirinya sendiri.

 

Tidak hanya Muadz bin Jabal, para sahabat dan ulama setelahnya juga melakukan hal yang sama. Yaitu tidak menyampaikan suatu ilmu pengetahuan kepada semua orang, terutama orang awam, karena dikhawatirkan akan menimbulkan kesalahpahaman. Sikap seperti itu sudah menjadi kebiasaan diantara mereka. Wallahu ‘Alam. []

 

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar