Kamis, 19 November 2020

Nasaruddin Umar: Islam dan Trend Globalisme (1) Nabi Muhammad sebagai Pioner Globalisasi

Islam dan Trend Globalisme (1)

Nabi Muhammad sebagai Pioner Globalisasi

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Jika yang dimaksud globalisasi seperti yang dilukiskan oleh Oliver Roy dalam "Globalised Islam", yakni hilangnya sekat-sekat geografis dan dan cuktural sebagai akibat dari bekerjanya sebuah system nilai yang dianut sebagianbesar masyarakat, pioneer globalisasi sesungguhnya ialah Nabi Muhammad Saw. Dalam sejarah kemanusiaan, tidak pernah ada tokoh yang sekaliber beliau yang mampu menyaksikan ajaran yang dibawanya dianut separuh belahan dunia. Pengakuan yang diberikan oleh Michael H. Hart dalam buku monumentalnya "The 100 A Ranking of The Most Influetial Persons in History", yang menghimpun 100 tokoh terkemuka pernah lahir dari perut bumi ini dan menempatkan Nabi Muhammad sebagai urutan pertama paling berpengaruh di dunia. Thomas Carlyle membatasi lagi dengan hanya hanya 11 tokoh terkemuka di muka bimi ini dan tetap diunggulkan Nabi Muhammad Saw sebagai yang The Best. Pengakuan kedua tokoh legendaris ini sesungguhnya membuktikan asumsi bahwa Nabi Muhammad Saw pioneer globalisasi. Jauh sebelum kedua tokoh ini, sudah pernah juga dinyatakan oleh Marshall G.S. Hodgson dalam "The Venture of Islam" yang menelusuri sejarah Nabi Muhammad Saw. Para tokoh ini menyimpulkan bahwa keunggulan Nabi Muhammad, tentu saja selain kapasitasnya sebagai Nabi dan Rassul, ialah kekuatannya sebagai The Best Leader dan sekaligus The Best Manager. Banyak tokoh hanya tampil sebagai pemimpin (leader) tetapi tidak tampil maksimum sebagai seorang manajer.

 

Dalam kurun waktu hanya 23 tahun, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw membentang ke seluruh jazirah Arab, kemudian berpenetrasi ke belahan dunia bagian Timur yang saat itu di bawah protektorat kerajaan Persia yang berpusat di Iran. Di dunia bagian Barat yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Romaw-Byzantium yang sekarang Istanbul.


Tokoh politik dan tokoh spiritual pada umumnya pengaruhnya berkembang luas setelah perintisnya meninggal. Tokoh spiritual misalnya Nabi Musa yang membawa agama Yahudi, Nabi Isa, yang oleh umat Katolik dan Protestan disebut Yesus Kristus, yang membawa agama Nashrani, termasuk Sidharta Gautama yang merintis agama Budha, Karl Marx (murid Fredereck Hegel) merintis faham Komunisme, dan sejumlah tokoh legendaris lainnya, baru terkenal setelah mereka wafat.


Pengakuan yang sama juga diberikan oleh Prof L.W.H. Hull dalam buku monumentalnya History and Philosophy of science. Ia mengungkapkan siklus pergumulan antara agama, filsafat, dan ilmu, yang kemudian melahirkan corak peradaban baru terjadi setiap enam abad. Ia mulai mengakaji enam abad SM sampai abad pertama Masehi ditandai dengan lahir dan berkembangnya pemikiran tokoh-tokoh filsafat Yunani seperti Tales (ahli filsafat, astronomi, dan geometrika), Pytagoras (geometrika dan aritmatika), Aristoteles (ahli filsafat, ilmu empiris), Plato (ahli filsafat, ilmu-ilmu rasional) dll. Periode kedua, abad pertama Masehi sampai abad keenam, ditandai lahirnya Nabi Isa sampai lahirnya Nabi Muhammad abad kedelapan, ditandai dengan merosotnya pengaruh dan popularitas para filosof dan menguatnya peran penguasa yang sekaligus sebagai penguasa gereja.

 

Mereka memperatasnamakan diri sebagai wakil Tuhan di bumi. Otoritas dan penentu kebenaran berada di tangan Raja (Romawi). Peride ketiga Periode keempat, abad ketujuh sampai abad ke 12 ditandai dengan kejayaan dunia Islam yang merubah wajah dunia sedemikian cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya. Periode keempat, abad ke 13 sampai abad ke 19 yang ditandai dengan kemunduran dunia Islam dan kemajuan dunia Barat, khususnya Eropa. Periode berikutnya, abad ke 20 saat ini sudah mulai ditandai dengan sebuah zaman yang sulit deiprediksi karena betu cepat terjadinya perubahan.


Para ahli sejarah mencatat perubahan besar dunia kemanusiaan yang sangat signifikan ialah periode ketiga yang dirintis oleh Nabi Muhammad Saw. Bahkan dikatakan apa yang terjadi di periode ini hanya kelanjutan secara substansial yang pernah dirintis oleh Nabi Muhammad Saw. Kesemuanya ini mengisyaratkan bahwa Islam sebagai agama terakhir yang Allah turunkan diharapkan memberi panduan umat manusia sampai akhir zaman. []

 

DETIK, 07 Agustus 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar