”Allah melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap,” kata Nabi Muhammad dalam sebuah hadits riwayat Ahmad.
Abdullah bin Rawahah adalah sahabat Nabi Muhammad saw. dari kalangan Anshar. Abdullah adalah seorang penyair yang cakap. Rangkaian kata-kata dalam syair-syair yang dibuatnya begitu indah dan kuat sehingga Nabi Muhammad saw. sangat menyukai dan menikmatinya. Nabi Muhammad saw. bahkan mendorongnya agar lebih tekun membuat syair. Semenjak masuk Islam, dia membaktikan kemampuan bersyairnya untuk kejayaan Islam.
Abdullah bin Rawahah berbaiat kepada Nabi Muhammad saw. pada saat Baiat Aqabah Pertama (Ula). Pada saat itu, Abdullah bersama 12 orang dari Madinah datang ke Makkah secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui kafir Quraisy. Mereka kemudian menyatakan diri untuk menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Mereka inilah yang nantinya menjadi pendakwah Islam pertama di Madinah dan membukakan jalan bagi hijrahnya Nabi Muhammad saw.
Seiring dengan berjalannya waktu, Islam berkembang pesat di Madinah, terutama setelah Nabi Muhammad saw. hijrah ke sana. Abdullah bin Rawahah menjadi salah satu sahabat kepercayaan Nabi Muhammad saw. Dia ditugaskan untuk melakukan banyak hal. Salah satunya adalah untuk mengecek harta benda masyarakat Khaibar untuk keperluan penarikan jizyah.
Merujuk buku Akhlak Rasul menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), suatu ketika Nabi Muhammad saw. menugaskan Abdullah bin Rawahah datang ke wilayah Khaibar untuk menaksir jumlah kurma yang dimiliki masyarakat sana. Pengecekan itu dimaksudkan untuk keperluan penetapan jumlah jizyah (pajak bagi penduduk non-Muslim). Memang, Khaibar adalah wilayah dimana penduduk Yahudi tinggal. Sesuai kesepakatan, mereka harus membayar pajak (jizyah) karena tinggal di wilayah kekuasaan Islam.
Sesuai dengan perintah Nabi Muhammad saw., Abdullah bin Rawahah memeriksa jumlah kurma yang masih menggantung di atas pohon di Khaibar. Namun tidak disangka-sangka, penduduk Khaibar –yang notabennya etnis Yahudi- mengumpulkan perhiasannya dan menemui Abdullah bin Rawahah. Penduduk Khaibar menyerahkan perhiasannya itu kepada Abdullah bin Rawahah dengan harapan utusan Nabi itu mengurangi taksirannya dan memberikan keringanan dalam hal jizyah.
Abdullah bin Rahawah dengan tegas langsung menolak suap yang ditawarkan penduduk Khaibar itu. Dia menegaskan, harta suap adalah harta haram. Oleh karena itu, dia tidak mau mengambilnya barang sedikitpun.
“Harta sogokan (risyhwah) yang kalian tawarkan kepadaku adalah harta haram. Kami tidak akan memakannya,” tegas Abdullah bin Rawahah. Setelah penolakan itu, masyarakat Khaibar berpendapat kalau sikap tegas Abdillah bin Rawahah itulah yang menyebabkan bumi dan langit masih tegak.
Begitulah teladan dari Abdullah bin Rawahah, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dia menunjukkan sikap amanah meski dihadapkan pada godaan harta benda yang berlimpah. []
(A Muchlishon Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar