Rabu, 11 November 2020

Nasaruddin Umar: Ilmuan Muslim Populer di Barat (10) Al-Khawarizmi

Ilmuan Muslim Populer di Barat (10)

Al-Khawarizmi

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Al-Khawarizmi bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Musa al-Khwarizmi. Di dunia Barat dikenal dengan beberapa nama seperti al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Ia lahir di Khwarizm-Bukhara, propinsi Khiva, Khurasan, Uzbekistan sekarang, pada tahun 780-845M. Keluarganya berasal dari Bagdad. Ketika usianya masih muda ia pernah mengabdi pada pemerintahan Khalifah al-Ma'mun, terutama di Baitul Hikmah, sebuah lembaga akademik paling bergengsi saat itu di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatorium yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah.

 

Kontribusi Beliau yang amat monumental ialah tentu saja Aljabar, Matematika, Geometri, Kimia, Fisika, Observatorium, Ilmu Falak, Logika, Filsafat, Sejarah Islam, dan Musik dan Logarisme (yang diambil dari kata Algorismi atau Al-Khawarizmi), Latinisasi dari nama beliau, dan tentu saja ilmu-ilmu keagamaan seperti fikih dan filsafat. Al-Khawarizmi digelari beberapa nama yang dikaitkan dengan prestasinya, antara lain Bapak Al-Bara, Bapak Matematika, atau Bapak Aritmatika. Aljabar diambil dari buku karyanya berjudul "Al-Kitab al-Jabr wa al-Muqabalat" dan yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Aljabar sendiri menurut bahasa berarti pertemuan, hubungan, dan perampungan.

 

Selain merupakan cabang matematika yang dapat dicirikan sebagai generalisasi dan perpanjangan aritmatika, Aljabar juga merupakan nama sebuah struktur yang abstrak. Dengan kata lain, Aljabar adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan kuantitas, dengan menggunakan simbol-simbol yang biasanya berupa huruf untuk merepresentasikan bilangan secara umum sebagai sarana penyederhanaan dan alat bantu memecahkan masalah-masalah perhitungan, misalnya simbol x mewakili bilangan tertentu yang diketahui dan y untuk bilangan yang ingin diketahui. Dengan menggunakan sistem ini, maka kita dengan mudah dapat mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak diketahui untuk kelas masalah yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan persamaan linier, persamaan kuadrat dan persamaan linier tak tentu. Ini berarti sebuah langkah progresif jika dibandingkan dengan ilmuan Yunani, Mesir, India, dan China dalam milenium pertama sebelum masehi, yang biasanya masih menggunakan metode geometri untuk memecahkan persamaan seperti ini.

 

Aljabar sesungguhnya merupakan penyempurnaan terhadap pengetahuan yang telah dicapai oleh bangsa Mesir dan Babylonia sekitar 2000 tahun SM. Kedua bangsa ini sudah ditemukan menggunakan beberapa catatan yang berhubungan dengan Aritmatika, namun sistem dan strukturnya masih sangat sederhana. Memang pernah ada yang menyebut nama Diophantus, yang kerap dianggap penemu Aljabar. Namun pandangan para sarjana Matematika, khususnya Aljabar, karya Al-Khawarizmi jauh lebih baik di banding karya Diophantus.

 

Al-Khawarizmi juga memperkenalkan angka-angka India, yang kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia juga merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit. Al-Khawarizmi juga dikenal menguasai disiplin ilmu-ilmu lain selain Matematika atau Aljabar. Ia juga dikenal menguasai pengetahuan Fikih dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya. Jika ia berbicara tentang fikih atau ilmu-ilmu keislaman lainnya, tidak disangka kalau ia seorang ahli matematika ulung. Selain ilmuan juga praktisi keagamaan, sehingga selain alim ia juga seorang yang arif. []

 

DETIK, 29 Juli 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar